Welcome the Candidates
(Menerawang Calon Gubernur Jambi 2010-20015)
Sebenarnya perhelatan pergatian Gubernur Jambi setelah masa kepemimpinan Zulkifli Nurdin selama dua periode berakhir masih terhitung satu tahun lagi, tepatnya tahun 2010. Akan tetapi nampaknya setahun bukan merupakan waktu yang panjang dalam dunia perpolitikan khususnya dalam membidik tampuk kekuasaan. Lihat saja apa yang terjadi saat ini berbagai nama mulai bermunculan kepermukaan sebagai kandidat, baik yang masih malu-malu maupun yang telah terang-terangan mengajukan diri sebagai kandidat.
Azaz demokrasi memang mengajarkan kita bahwa seorang warga negara Indonesia memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Lebih-lebih pada era reformasi saat ini, untuk mengajukan diri sebagai pemimpin daerah bukan lagi menjadi hal yang tabu. Cukup memiliki keberanian dan sedikit modal untuk berkampanye juga melengkapi syarat-syarat yang diperlukan, maka siapa pun bisa mengajukan diri sebagai calon kades, bupati, gubernur, dan sebagainya.
Atas dasar itu pula kita kemudian bisa melihat terjadinya kemajemukan calon-calon yang muncul. Artinya mereka datang dari berbagai kalangan dan latar belakang kehidupan. www.infojambi.com salah satu media online kebanggaan masyarakat Jambi yang memulai mem-blow up nama-nama calon Gubernur Jambi (calon yang saya maksud adalah dalam arti luas yang sejajar dengan arti calon ibu, calon ayah, calon mati dst, bukan mengandung arti khusus calon yang telah ditetapkan oleh KPU). Namun jika dicermati nama-nama yang muncul saat ini, paling tidak dari polling yang di adakan www.infojambi.com, bukan nama-nama yang asing khususnya dalam kancah perpolitikan di Provinsi Jambi. Meraka adalah nama-nama lama di berbagai bidang yaitu ekonom, birokrat, akademisi, politisi, dst.
Melihat nama-nama ini, pertanyaan selanjutnya adalah “siapa yang paling layak menjadi gubernur Jambi ke depan?”. Pertanyaan ini tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk dijawab. Jika ingin jawaban yang sempurna dan menentukannya dengan tepat maka diperlukan pengkajian yang mendalam dan komprehensif. Akan tetapi, pada essay singkat ini saya hanya ingin sedikit berbagi wacana bagaimana sesungguhnya menerawang calon gubernur Provinsi Jambi mendatang. Saya menelaahnya dari sisi kepentingan masyarakat. Apa yang sesungguhnya yang diperlukan masyarakat Jambi saat ini?
Pertama, kesempatan berpenpendidikan. Pendidikan gratis bukan lagi menjadi jualan politik melainkan sebuah keharusan. Masyarakat Jambi saat ini memerlukan kesempatan dan sarana pendidikan yang layak. Tidak ada lagi masyarakat yang tidak bersekolah hanya karena tidak mampu membayar spp. Tidak ada lagi SPP paling tidak sampai pada tingkat SMU. Kedua, masyarakat jambi butuh peningkatan taraf hidup. Masyarakat Provinsi Jambi sudah terlalu lama hidup dibawah garis kemiskinan khususnya di daerah-daerah pedesaan terpencil. Banyak dari mereka yang hidup di bawah satandar kehidupan layak. Ketiga, pembangunan infrastruktur yang menyangkut hak hidup orang banyak. Masayarakat Jambi saat ini membutuhkah pembangunan infrastruktur yang menyangkut hak hidup orang banyak seperti jalan, jembatan, listrik, air bersih dsb. Masyarakat tidak membutuhkan gedung kantor bupati yang megah, kantor camat yang mewah, rumah dinas bupati seperti istana, kantor DPR/DPRD yang menjulang, dsb.
Paling tidak tiga poin ini merupakan kebutuhan masayrakat Jambi yang mendesak. Maka jika dilihat dari sisi ini gampang sekali untuk menjawab pertanyaan “siapa yang paling layak menjadi gubernur Jambi ke depan?” Jawabannya adalah kandidat yang mampu memenuhi ketiga kebutuhan masyarakat tersebut.
Bila dikaitkan dengan nama-nama yang muncul saat ini, maka bisa dengan mudah diukur apakah mereka bisa memenuhi ke tiga poin tersebut atau tidak. Bisa diukur dari apa yang telah mereka perbuat selama ini (tarck record). Seperti babarapa bupati yang mengajukan diri sebagai calon Gubernur Jambi, mari kita lihat bagai mana mereka membagun daerah mereka selama berkuasa sebagai bupati. Bagaimana mereka membangun pendidikan, mengentaskan kemiskinan, dan infrastruktur untuk masyarakat. Jika selama menjadi bupati tidak becus dalam menyelesaikan masalah ini maka sudah dapat dipastikan meraka juga akan gagal membangun Provinsi Jambi ke depan. Maka jangan dipilih.
Begitu juga dengan para ekonom (pengusaha) yang mencoba masuk ranah perpolitikan. Kita bisa melihat apa yang telah dia perbuat salama ini untuk pembangunan Jambi. Jika salama ini hanya memperkaya diri dan keluarga tanpa memberikan perhatian pada kepentingan masyarakat seperti, dengan kekayaannya, berapa pesantren yang ia bangun? Berapa panti asuhan yang ia bina? Berapa banyak orang miskin yang ia bantu? Berapa mesjid yang dia bantu, berapa sekolah yang ia perhatikan, berapa sering berkumpul dnegan orang-orang desa yang susuah? dst. Jika jawabannya tidak ada, maka jika ia diberi kesempatan memimpin Jambi saya khawatir bisa-bisa Provinsi Jambi dijual (dijadikan uang) dan masyarakat jadi penonton dengan kesengsaraan. Sudah dapat dipastikan para ekonom orientasinya sadalah duit / keuntungan.
Ini juga berlaku untuk para akademisi yang ikut perhelatan ini. Bisa dilihat dengan jelas rekam jejak (track record) yang dilewati. Apa yang telah diperbuat di bidang pendidikan. Jika ia sebagai rektor misalnya, bagaimana universitas yang ia pimpin dari tahun ke tahun apakah mengalami kemajuan atau kemunduruan? Singkatnya, jika memimpin sebuah universitas saja tidak mampu memberikan yang terbaik alias tidak berbuat apa-apa maka juga dapat diperkirakan tidak layak memimpin Provinsi Jambi yang notabenenya jauh lebih komplek dari haya sebuah universitas.
Kesimpulannya, untuk menerawang siapa gubernur Jambi mendatang tinggal lihat dan pelajari apa yang telah mereka perbuat selama ini. Jangan terpedaya oleh kampanye dan janji. Banyak yang bisa dipelajari dari latar belakang dan sepak terjang mereka. Masa lalu para kandidat tersebut adalah reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) yang tepat untuk perhelatan pemilihan gubernur kali ini. Yang berprestasi di masa lalu perlu kita apresiasi dengan mempersilakan mereka memimpin Jambi. Yang tidak kita berikan punishment (hukuman) dengan tidak memilih atau mencalonkan mereka. Sekali lagi jangan liat JANJI tapi lihatlah BUKTI. Salam Demokrasi.
Discussion about this post