Oleh: Bahren Nurdin, MA
[KESATU: Kemacetan yang terjadi di ruas lampu merah Aur Duri menuju arah Simpang Sungai Duren (Unja – UIN STS, Mendalo) sudah mencapai ‘stdium 4’. Parah. Namun perhatian pemerintah nampaknya belum juga tercurahkan. Keluhan-keluhan masyarakat melalui berbagai media diabaikan begitu saja dan tidak dihiraukan. Penyebab utama macet ini adalah populasi mahasiswa Unja dan UIN yang tidak tertampung lagi oleh volume jalan yang ada. Lantas, apa solusi yang dapat ditawarkan? Pertama, penyediaan mass transportation, bis kampus.]
Kedua, pengembangan jalan (infrastruktur). Jika tidak salah, status jalan ini adalah jalan nasional. Maka perhatian dari pemerintah pusat melalui pemerintah kabupaten dan provinsi sangat dibutuhkan untuk pengembangan jalan ini. Jumlah kendaraan terus bertambah, sementara volume jalan tidak berubah. Bukan jalan yang menyempit, tapi kendaran yang semakin banyak.
Maka pelebaran jalan adalah harga mati. Dengan kondisi kendaraan yang memanfaatkan jalan ini, idealnya jalan ini harus dua jalur dengan empat lajur. Jika tidak memungkinkan karena padatnya bangunan di kiri dan kanan jalan, minimal dikembangkan denganmemisahkan lajur motor pada sisi kiri dan kanan. Dengan cara ini, motor memiliki lajur sendiri yang tidak bersatu dengan kendaraan roda empat.
Pengambangan ini tentunya yang paling memungkinkan untuk dilakukan dalam waktu dekat tanpa memakan anggaran yang besar. Memang, lebih ideal lagi dengan membangun jalan layang yang melintasi dua universitas ini. Membangun jalan layang memerlukan biaya besar dan perencanaan yang lama. Untuk ke depan, kenapa tidak.
Tapi, kemacetan yang terjadi hari-hari ini sudah betul-betul ‘darurat’. Harus ada solusi jangka pendek yang dapat membantu masyarakat keluar dari perangkap macet Mendalo ini.
Ketiga, pemusatan pemondokan mahasiswa. Sudah saatnya pemerintah bekerja sama dengan para pengembang untuk membangun pemusatan pemondokan mahasiswa berupa rusunawa (flat). Beberapa waktu lalu, saya sempat sampaikan hal ini kepada pemangku kebijakan di Kabupaten Ma. Jambi. Mudah-mudahan akan ada realisasinya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Harus diakui pula, perumahan-perumahan yang ada saat ini di seputaran kampus Unja dan UIN belum cukup untuk menampung sebagian besar mahasiswa kedua perguruan tinggi ini. Itulah yang membuat mereka harus mengendarai motor dari beberapa daerah yang jauh sehingga menibulkan kemacetan.
Sudah saatnya merancang sebuah kota kecil yang ramah mahasiswa. Kita sebut saja, “Mendalo Kota Mahasiswa’. Di kota ini berdiri beberapa flat (rusunawa) yang bisa menjadi pemusatan pemondokan mahasiswa sehingga tidak perlu lagi menggunakan sepeda motor. Dari flat ini kemudian mereka cukup menggunakan ‘shuttle bus’ yang akan mengantar dan menjemput mahasiswa di dua kampus ini.
Harus diingat pula bahwa kemacetan yang terjadi di Mendalo tidak boleh lagi dianggap sepele. Kemacetan ini juga tidak hanya persoalan menyita waktu, tetapi juga menyangkut kondisi psikologi para mahasiswa yang hendak belajar. Jika pagi-pagi mahasiswa sudah melewati kemacetan dengan kondisi melelahkan diyakini akan berdampak pada kesiapan mereka dalam mengikuti perkuliahan. Jika begitu, tidak menutup kemungkinan kemacetan ini akan memberikan dampak negatif pada proses belajar mengajar yang ada.
Akhirnya, harus ada langkah cepat untuk mengatasi macet yang terjadi di Mendalo ini. Ada begitu banyak dampak negative yang mungkin akan terjadi jika dibiarkan berlarut-larut. Maka dari itu, semua stake holder yang berwenang dalam mengatasi macet ini sudah harus mengambil langkah konkret. Masyarakat sedang menanti. Semoga. #BNODOC28614102017
*Akademsisi UIN STS dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post