Oleh: Bahren Nurdin, MA
Saya dan keluarga salah satu penggemar ‘wisata’ masjid. Pada momentum-momentum tertentu dan jika diberi Allah kesempatan, beberapa masjid besar, unik, dan ‘menarik’ sedapatnya disambangi hanya sekedar ‘numpang’ shalat berjamaah di dalamnya. Mohon doa sahabat semua, suatu saat nanti saya dan keluarga diizinkan Allah untuk berkunjung ke masjid-masjid bersejarah di Tanah Arab sana atau bahkan di seluruh dunia. amin. Sungguh bahagia rasanya bisa sujud dan bersimpuh di dalamnya sebagai pertanda penyerahan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Masjid adalah salah satu tempat istimewa bagi ummat muslim. Tidak dibuat-buat, keistimewaan masjid merupakan panggilan jiwa karena begitulah Al-Quran menyerukannya. Dalam Surah QS At-Taubah, ayat 18 Allah berfirman, “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. Seorang muslim (beriman) harus ada keterikatan hatinya kepada masjid Allah.
Begitu juga apa yang diserukan oleh Rasulullah dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy)-Nya pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya… (di antaranya): Seorang hamba yang hatinya selalu terikat dengan masjid”.
Masjid kemudian tidak juga hanya untuk shalat tetapi juga hal-hal ke-ummatan seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Di zaman Rasulullah masjid juga difungsikan sebagai pusat dakwah menyampaikan ajaran-ajaran Islam (pendidikan), pusat pemerintahan, balai musyarawarah, markas perang, bahkan pernah juga dijadikan asrama bagi para pelajar, dan lain sebagainya. Itulah keistimewaan masjid.
Saat ini, beberapa masjid besar di Indonesia mengadopsi konsep ini dengan menggunakan istilah ‘Islamic Center’. Tanpa menyebutkannya satu-persatu, beberapa diantaranya sudah pernah saya kunjungi. Secara umum saya ingin mengatakan “Pemerintah kita berani membuat, tapi enggan memelihara”. Kalimat ini sesungguhnya memerlukan penjelasan yang panjang dan detail. Tanpa bermaksud menjeneralisir pula, dari pengalaman saya berkunjung ke ‘Islamic Center’ tersebut selalu saja fasilitas-fasilitas pendukungnya tidak terawat dan manajemennya ‘amburadul’. WC bau, air tidak mengalir, tempat berwudu kotor, karpet lama tidak dicuci, Al-Quran berserakan, hanyalah sebagian kecil masalah-masalah yang umum ditemukan.
Masjid yang dibangun menggunakan uang negara milyaran rupiah tapi tidak terpelihara dengan baik. Begitu jugalah pengalaman saya dan keluarga lebaran ini berkesempatan berkunjung ke salah satu ‘Islamic Center’ yang ada di Kabupaten Rohul, Riau. Menarik sekali, masjidnya besar, kawasannya luas, arsitekturnya mempesona. Entah karena suasana lebaran atau kerena tempat baru, bersama saya dan keluarga ada ribuan atau bahkan puluhan ribu keluarga lainnya berkunjung ke sana. Dapat dibayangkan, orang sebanyak itu tidak ‘diurus’ dengan baik. Hasilnya, parkir berantakan, sampah berserakan, kamar mandi menyedihkan; yang muncul kemudian kesan jorok dan kumuh.
Sebenarnya, bukan poin itu pula yang ingin saya sampaikan melalui artikel ini tapi bagaimana masjid dapat dijadikan wisata religi yang terkelola (manajemen) dengan baik. Melihat banyaknya orang yang berkunjung ke ‘Islamic Center’ ini, menunjukkan bahwa perhatian masyarakat terhadap masjid yang dibangun dengan megah dan mewah dapat dijadikan pelepas ‘dahaga’ wisata bagi masyarakat luas. Di sini mereka bisa berkumpul dan bersilaturrahim dengan sanak keluarga.
Kuncinya, sekali lagi manajemen yang baik, sehingga siapa pun yang berkunjung merasa nyaman dan tentram. Sungguh masih sangat banyak potensi-potensi yang bisa dikembangkan di ‘Islamic Center’ semacam ini. Bidang pendidikan misalnya, alangkah indahnya jika tempat ini dilengkapi museum yang menampilkan miniature berbagai masjid ‘besar’ dan bersejarah di Indonesia atau bahkan di dunia. Anak-anak bisa menambah ilmu pengetahuan. Ada bekal yang mereka bawa pulang selain foto ‘selfie-selfie-an. Dan, bidang-bidang lainnya. Saya yakin secara konsep hal ini telah di temukan, tapi pada tataran aplikasi di lapangan ‘masih jauh panggang dari api’.
Akhirnya, membangun masjid dengan konsep ‘Islamic Center’ boleh dikatakan gampang. Pemerintah tinggal susun anggaran dan disetujui oleh Legislatif, selesai. Tapi pada tataran pengelolaannya masih perlu kerja keras. Bahasa lainnya, berani membangun belum mampu mengelola. Padahal, ‘Islamic Center’ yang terkelola dengan baik sesungguhanya dapat dijadikan objek ‘wisata buatan’ yang sekaligus menjadi sarana manarik perhatian ummat kepada masjid. Bolehlah kita namai ‘wisata masjid’. Ada begitu banyak potensi yang bisa dikembangkan sebagaimana fungsi masjid tidak hanya untuk rukuk dan sujud. Semoga.
#BNODOC17929062017
*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi.
Discussion about this post