(rimah yang tersisa)
Anda utusan PPI UKM yang ikut ke Wisma Duta Kuala Lumpur menghadiri upacara 17 Agustus 2008? Jika anda ikut, tulisan ini hanya semacam sebuah diari, tapi bagi anda yang tidak ikut tulisan ini adalah sedikit informasi.
Pengumuman di milis beberapa hari yang lalu menyebutkan bahwa bagi peserta yang telah mendaftar untuk mengikuti upacara harus hadir jam 7. 30 Waktu Hentian Kajang. Panitia kemudian menyatakan akan berngkat jam 8.00. alhamdulillah cuma molor 15 menit.Semua berjalan baik-baik saja. Ketika jam 8.00 menghampiri para peserta (kaya orang aja jam nya), sudah siap dan BAS PEKRJA sudah standby.
Pertanyaan pertama mulai muncul. Hhaa…? BAS PEKERJA? Ada yang salah dengan bas pekerja? Ooo…tentu tidak. Tidak ada yang salah dengan bas tersebut. Bas adalah Bas (kendaraan umum untuk mengengkut penumpang). Seandainya tulisan “BAS PEKERJA” yang ada dinding bas tersebut diganti dengan “PPI-UKM” maka tetap itu jua basnya. Tapi jangan lupa kata orang linguistic ada yang namanya modifier dan modified. Modifier adalah bas dan ia netral tanpa muatan apapun. Akan tetapi jika sampai pada modified baru ia memiliki muatan. Apa yang diterangkan dari kata “BAS PEKEJA”. Kata ini kemudian menyampaikan baraneka ragam makna dan penafsiran. Singkatnya ada makna di balik kata. Sekarang saya tanya anda semua, apa maknanya jika PPI UKM di pinjamin Bas Pekerja? (jawab sendiri saja)
Sekali lagi bas adalah bas, tapi bila kita melihat betapa banyak bas yang dimiliki oleh UKM maka rasanya miris. Untuk ‘meminjamkan’ satu bas saja ternyata UKM tidak mau kepada PPI. Padahal ini adalah hari terbesar dan teristimewa bagi warga PPI. Ingat hari ini juga libur (hari ahad).. Artinya ada begitu banyak bas yang menganggur. Di mana salahnya? UKM yang pelit atau PPI yang tidak memiliki daya tawar (bargaining position). Mengapa? Sampai kapan?
Masih mengenai bas, percikan lain terjadi ketika bas yang ditumpangi salah jalan alias nyasar. Sebenarnya panitia sudah memberikan informasi mengenai rute yang akan dilewati menuju Wisma Duta. Tapi tiba-tiba si sopir marah-marah alias mencak-mencak. Rasanya ‘darah muda’ naik juga saat itu. Sopir India itu seenak perutnya saja marah-marah. Kalau tidak ingat di rantau orang mungkin sudah sebaiknya si INDIA itu dilempar keluar bas…haaa.. Lagi-lagi PPI tak punya nyali..!
Karena terjadinya salah jalan tersebut otomatis memakan waktu untuk sampai di Wisma Duta. Ternyata benar, sesampai di wisma duta upacara sudah dimulai. Tapi anehnya, peserta yang datang terlambat tidak diperbolehkan masuk oleh para penjaga (berseragam hitam-hitam). Ada lebih kurang 1000 orang yang harus menunggu di luar seperti anak ayam. Jadilah upacara di depan pagar Wisma Duta alias tak jadi ikut upacara. Sekali lagi tidak ada yang ikut upacara, yang ada hanyalah nonton goyangan ngebor Inul. Sedih rasanya…jauh-jauh ke Malaysia hanya untuk nonton “pinggul” Inul. Mana makna upacaranya?
Pertanyaan terakhir adalah mengapa ini terjadi? Jika saya tidak salah dengar tahun lalu juga terjadi hal yang sama (telat datang). Mungkinkah kita tidak lebih pintar dari keledai yang katanya tidak mau masuk lobang yang sama dua kali? Wah jangan dung, rugi bangsa kita menitipkan amanat sebagai intelektual bangsa. Masalah si India tadi mungkin ahanya factor X saja yang perlu sisiasati. Tapi ada factor lain hingga kasus ini berulang. Pikirkan..!
Jadi sebagai kesimpulan, pertama, ternyata kita masih belum memiliki bargaining position yang kuat dengan UKM. PPI UKM baru berada pada tataran symbol dan paradigma, belum sebuah kekuatan (power), gerakan (movement), dan pengomando perubahan (agent of leading), dst. Kedua, kita tadi bukan pergi upacara, cuma nonton Inul ngebor… Marah gak palawan kita ya?
Malaysia, 17 Agustus 2008
Discussion about this post