Salam Motivasi!
“Hidup selalu menantang. Jatuh, bangkit lagi. Cintai rasa sakitmu. Ia berharga, membuatmu besar mendorongmu jauh. No pain, no gain”. Saya suka dengan kalimat-kalimat iklan ‘Counterpain’ ini. Motivatif dan inspiratif.
Hidup memang selalu menantang. Salah satu ‘trigger’ menantangnya kehidupan itu adalah masalah yang muncul dalam kehidupan. Tidak ada satu orang pun di atas dunia ini yang lepas dari masalah. Cobalah sekali-kali bertanya pada setiap orang, pasti mereka akan menceritakan masalah yang dihadapi.
Apa yang membedakan orang satu dengan yang lainnya adalah bagaimana menghadapi masalah yang dimiliki. Boleh jadi masalahnya sama, tapi respons terhadap masalah pasti berbeda. Ada yang ‘menikmati’ masalah ada pula yang terbawa masalah. Ada yang fokus pada solusi, ada pula yang sibuk mencari kambing hitam atau bahkan menyalahkan orang lain. Di sinilah menantangnya hidup itu.
Tidak jarang pula berbagai masalah yang dihadapi membuat orang terhempas, jatuh dan terpuruk. Pilihannya cuma dua; bangkit atau ‘mati’. Untuk bangkit diperlukan ‘energi’ yang kuat dari dalam diri. Dan itu dapat dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa rasa sakit yang dialami adalah ‘bumbu’ wajib untuk menambah nikmat kesuksesan yang hendak dicapai. ‘Cintai rasa sakitmu karena ia berharga’. Harganya mahal, semahal sukses itu sendiri.
UNTUK ‘PEJUANG’ MORA
Paragraf di atas itu hanya pengantar saja. Sebenarnya saya hanya ingin berbagi semangat saja kepada kawan-kawan saya para penerima beasiswa Ministry of Relegious Affair (MoRA) yang saat ini memasuki ‘medan tempur’ meraih beasiswa ke luar negeri program pendidikan Strata Tiga (S3). Saling menasehati dalam kebenaran dan kebaikan.
Ting… pengumuman Keputusan (SK) Dirjen Pendidikan Islam No. 2672 Tahun 2019 tentang Penetapan Peserta Lulus seleksi Tahap II Bantuan Studi Beasiswa S3 Luar Negeri Tahun 2019, diterima. Senang, bahagia dan bersyukur kepada Allah. Doa-doa selama ini dikabulkan. Alhamdulillah.
Upss.. Beberapa saat kemudian, bahagia itu mulai berubah ‘warna’ ketika membaca ketentuan yang harus diikuti, ‘WAJIB mengikuti pelatihan Bahasa dan Akademik selama 6 bulan’. What? Ribuan pertanyaan muncul seketika. Bagaimana dengan anak-anak yang masih kecil? Bagaimana isteri yang sedang hamil? Bagaimana orang tua yang sedang dirawat di rumah sakit? Bagaimana anak yang sedang menyusui? Siapa yang mengantar Si Abang dan Kakak ke sekolah? Dan…. banyak lagi pertanyaan yang harus dijawab!
Semua pertanyaan itu masalah, ternyata! Tidak mudah! Tidak akan mudah meninggalkan anak yang berumur satu tahunan selama berbulan-bulan. Dia belum mengerti ‘Nak, ini demi masa depanmu’. Dia belum peduli itu. Yakinlah yang ia mau Abi dan Uminya ada dan bisa mencium dan memeluknya setiap saat. Tapi, sekali lagi, ‘the show must go on’. Air mata perpisahan harus menetes jua; ada yang jatuh ke dalam ada yang ‘berderai bombai’.
Sesungguhnya perjuangan baru dimulai, kawan. Masih sangat panjang. Ada begitu banyak rintangan dan halangan juga tantangan yang akan menghadang. Hadapi semua itu! Saya menganalogikannya seperti renovasi rumah. Pasti ada goncangan. Pasti tidak nyaman. Wajib keluar dari ‘comport zone’. Jika tidak mau, maka tidak akan ada perbaikan. Selamanya akan seperti itu.
Rasa sakit dan derita yang dihadapi sesungguhnya adalah harga dari sebuah perjalanan kehidupan. Bukankah kita pernah melihat pandai besi membuat pedang? Sebilah besi tidak akan menjadi pedang tanpa dibakar, dirajam, dipukul, digerinda dan sebagainya. Besi itu benar-benar disakiti. Bandingkan, berapa harga besi (mentah) dan harga pedang? Harga pedang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Besi tua hanya bernilai kiloan.
Dari mana harga pedang ratusan juta itu? Dari derita yang ia alami saat berproses. Semakin ia ‘disakiti’ semakin tinggi harga yang ia dapat. Bukankah kisah tentang sukses itu adalah cerita tentang melewati rasa sakit? Dan siapa-siapa yang menyediakan dirinya untuk melewati derita itu, merekalah yang layak mendapat kebahagiaan kelak.
Memang tidak banyak orang yang mau diajak sakit, tapi diajak menikmati kesuksesan, banyak! Maka, yang perlu dilakukan untuk menempuh jalan yang ‘terjal’ ini adalah memastikan orang-orang yang mau diajak sakit. Utamanya, suami-isteri, anak-anak, orang tua dan sanak saudara. Saling mensupport dan menguatkan. Saling berbagi derita dan air mata. Berpelukan dalam luka dan suka. Yakinlah, semua akan indah pada waktunya.
Kawan-kawan, masa depan sedang menanti kita. Untuk sampai ke puncak gunung, kita harus mendaki. Mari saling menguatkan. Mari saling berbagi dalam suka dan duka melewati berbagai rintangan yang menantang. Jalan masih panjang, siapkan energi dan saling memotivasi. Sampai jumpa di puncak sukses. Finally, just enjoy your pain!
Discussion about this post