Saya selalu sampaikan di berbagai kesempatan bahwa ‘rakyat cerdas akan terpilih pemimpin berkualitas!’
Waktu terus bergerak ke depan. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2018 semakin mendekati waktu hari pencoblosan. Tanggal 27 Juni 2018 adalah hari yang akan menentukan bagi para pasangan calon (kandidat) yang mencalonkan diri apakah dipercaya oleh rakyat atau tidak. Rakyat pun harus pula memberikan hak suara meraka untuk menentukan pemimpin mereka sendiri.
Lantas, apa yang dapat dijadikan pedoman untuk menentukan pilihan itu? Banyak yang bertanya-tanya karena terkadang masyarakat dibuat ‘bingung’ oleh para paslon yang menampilkan sesuatu yang ‘bagus-bagus’, lebih-lebih masa kampanye seperti saat ini. Semua paslon nampak ‘hebat’ tanpa cacat. Dengan ‘polesan’ sana dan sini, semua paslon nampak ‘perfect’ dan meyakinkan. Tidak dapat disalahkan karena kita hidup di zaman pencitraan.
Maka dari itu, hanya masyarakat cerdaslah yang akan mempu melihat dan menilai mana paslon yang hanya sekedar memoles diri dengan citra baik, dan mana yang benar-benar siap mengabdikan diri untuk rakyat. Memang diperlukan sedikit waktu dan ketelitian untuk melakukannya. Berikut ini saya sampaikan beberapa tips untuk menjadi pemilih cerdas agar tidak terperdaya oleh politik pencitraan para paslon.
Pertama, luruskan niat. Sesuatu yang diniatkan dengan baik, mudah-mudahan akan mendatangkan kebaikan. ‘Segala sesuatu itu dihitung berdasarkan niatnya’. Maka apa niat yang benar dalam konteks ini? Niatkanlah bahwa ketika memberikan dukungan dan suara kepada salah satu pasangan niatnya memilih pemimpin karena Allah. Artinya, anda memiliki alasan yang tepat untuk nanti dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Bukankah kita juga mengetahui bahwa sebesar biji zarah pun nantinya setiap perbuatan kita dimintai pertanggungjawabannya.
Hal ini sering dianggap sepele oleh sebagain besar dari kita, padahal ini sangat penting karena menyangkut hubungan personal kita kepada Allah. Persoalan bagaimana paslon terpilih dalam menjalankan amanahnya, itu urusan dia dengan Allah, tapi urusan mengapa kita memilih seseorang untuk dijadikan pemimpin itu urusan kita kepada Allah. Maka sekali lagi, luruskan niat yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Kedua, pelajari rekam jejak (track record). Ini artinya melakukan pengkajian untuk menelusuri kehidupan para paslon di masa lalu. Harus diyakini bahwa apa pun yang pernah diperbuatnya di masa lalu, banyak sedikitnya akan berkontribusi terhadap kehidupannya ke depan. Pada konteks pilkada ini, masa lalu yang perlu diperhatikan bagaimana selama ini hidup mereka di tengah masyarakat. Jika selama ini tidak pernah peduli masyarakat, atau selama ini ia tinggal di ‘menara gading’ yang tidak tahu menahu dengan urusan rakyat, tiba-tiba jadi pemimpin, maka yakinlah ia akan abai dengan urusan rakyat. Lihat dan pelajari dengan cermat.
Ketiga, pelajari visi, misi dan program. Jika track record mempelajari masa lalu, visi dan program mempelajari masa yang akan datang. Hal yang paling mendasar adalah seberapa masuk akal (realistis) visi dan program yang ditawarkan. Artinya, visi, misi dan program yang diberikan kepada masyarakat harus betul-betul terukur untuk dapat diwujudkan. Sumber pembiayaan, waktu pelaksanaan dan cara melaksanakannya jelas masuk akal untuk dilakukan. Ingat, masyarakat tidak boleh terperdaya oleh ‘janji-janji’ manis yang sesungguhnya mustahil untuk dilaksanakan. Memang, kita semua tahu bahwa ‘politisi itu akan berjanji membuat jembatan walau di sana tidak terdapat sungai’. Yang penting terlihat ‘wah’.
Keempat, cermati juga tim sukses dan orang-orang yang mengitari paslon. Ini juga sering luput dari kajian banyak orang. Poin ini perlu saya sampaikan karena banyak kejadian jatuhnya para pemimpin di negeri ini karena dia dikelilingi oleh orang-orang yang rakus dan tamak. Dampaknya, tidak jarang pemimpin yang dikelilingi oleh orang-orang ‘culas’ ini tidak berdaya sehingga terjerumus dalam lembah korupsi. Maka carilah para paslon yang dikelilingi oleh keluarga yang baik, kawan-kawannya baik, tim sukses yang baik, dan mesin politik yang baik pula.
Akhirnya, pilihan ada di tangan anda untuk menentukan pemimpin di negari ini. Memilih itu gampang, tapi mempertanggungjawabkan apa yang kita pilih itu harus memiliki pertimbangan matang. Memang tidak ada paslon yang sempurna, tapi kita harus terus berikhtiar untuk mencapai kesempurnaan itu. Paling tidak, usaha yang baik akan mendatangkan kebaikan. Semoga.
Discussion about this post