Sungai Langat
Kata-kata ini aku rangkai di tepi bibirmu, sayang
Di sisi jembatan beton yang membentang dari mulutmu yang menganga
Berteman gelap malam dan angin syurga
Malam merangkak
Meronta bersama putaran dunia
Henfon jelekku mengatakan jam 21 : 10 waktu Malaysia
Di atas jembatan itu mobil dan motor lalu lalang entah kemana
Di bawah sini kau masih mengalir dengan caramu sendiri
Walau tak tahu harus mengalir ke mana
Cahaya lampu jalan membuat malamku bertambah syahdu
malammu terus menderu
Mungkin orang mengiraku gila dan entah apa
Di atas rumpun rerumput basah
Baru saja disiram hujan tadi siang
Aku bentang laptopku
Mukaku ditampar cahaya listrik mengeluarkan bayang kata
Ku ukir tinta dilayar fana tuk sejarah
Berulang kali aku tersenyum
Menyaksikan air terus belalu, mengalir, ke hilir negri kayangan
Memang tak bening
Mungkin di hulu sana ada manusia angkuh
membuat kau keruh
Atau memang dunia ini sudah keruh
Kisruh runtuh gemuruh membusuk
Tapi biarlah walau keruh
Hanya kau masih tetap sungai sisa masa lalu
kau masih mengalir ke hilir
Belum ke hulu.
Di bawah jembatan beton ini ada manusia pencari ikan
Mereka memancing
Bersuluhkan lampu minyak
Berteman nyamuk dan hawa malam koyak
Masih adakah ikan yang dikail?
Atau hanya melepas pertanyaan sejarah dan nafsu
Aku sendiri di tepi bibir mungilmu
mencari kenikmatan sanubari merindu alam nan alami
Mataku tak puas menyaksikan kilau cahaya memantul di airmu
Aku suka walau bukan cahaya Ilahi
Kerena aku dilahirkan dari kilau cahaya itu di kampung bumi pertiwi
Aku besar di kilau lampu minyak yang memantul ke sungai Batang Hari
Biasa malam seperti ini ada deru ombak dari perahu datukku
Datuk ku dulu sama seperti merka yang kini di bawah jembatan itu
Mencari ikan untuk keluarga
Tapi kini angin bercerita ikan-ikan itu tak lagi ada
ikan itu telah banyak dituba, disengat ribuan watt aliran listrik
Tak ada lagi pemancing
Tak ada lagi datuk datukku
Aku pun tak lagi di sana
Aku tak ada lagi
Kini ada sinar merah
Sinar putih
Sinar kuning
Tapi tak ada sinar Ilahi
Dunia semakin gersang dan ilusi
Sungai masih mengalir entah sampai kapan
Aku tentu tak kan menunggu
Sepotong dua potong sampah mengalir
Memenuhi dermaga menyumbat telaga
Sampah yang telah dibuat mausia busuk
Egois untuk mereka sendri
Sampah yang nyampah menyeruah di aliran sungai
Siapa yang peduli
Aku ingin peduli tapi aku masih di sini
Menekan tombol-tombol komputer yang jua akan jadi sampah
Aku masih di sini dengan rasa dan lara
Aku lara dengan sukma dan asa
Tapi kini lara itu aku alirkan bersama keruhnya sungai ini
Ooo…ternyata keruh sungai ini karena lara
Karena lara para penghuni dunia
Lara para pendosa yang tak mau berbagi suka cita
Egois membuang lara ke dalam perutmu
Dirimu kini terkena lara, duka terluka.
Langat….
Kau masih mau mengalir?
Aku sebentar lagi akan menata lara, sama
Lara dari sekian banyak langkah dan darma
Aku sebentar lagi kan pergi meniti hari tak bertepi
Sama akan harimu yang tak pasti
Oooo…mengalirlah.
Aku masih tersenyum menata air mu
Senyumku mengalir bersama riak-riak kecil mu
canda-canda manismu malam ini
Sungai Langat, aku pernah di sini disisimu
Bersamamu menelusuri malam ini, malam indah di bibir mungilmu
Kan ku kenang sepanjang hayat ku
Kita pernah bersama berbagi cahaya
juga duka
Malaysia, 11 Desember 2008
Discussion about this post