Oleh: Bahren Nurdin, MA
Tahun 2017 masih menyisakan beberapa bulan lagi. Namun suasana perpolitikan Kota Jambi menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Serentak tahap II tahun 2018 sudah mulai memanas. Beberapa nama mulai muncul ke permukaan sebagai bakal calon, tidak terkecuali petahana (incumbent) yang kini masih aktif sebagai Wali dan Wakil Wali Kota Jambi. Santer pula beredar berita pasangan yang kini masih ‘mesra’ akan segera pecah kongsi pada 2018 nanti. ‘Monggo’!
Sampai hari ini, siapa melawan siapa, siapa berpasangan dengan siapa, siapa daftar di partai apa, dan siapa nomor satu siapa nomor dua masih sangat dinamis. Itulah yang saya sebut dengan ‘meleleh’. Seperti air, suasana politik Jambi saat ini masih cair yang masih memungkinkan untuk mengalir ke mana saja. Semua kemungkinan masih bisa terjadi. ‘Lanjak ke, Mang!’
Ingat, politik itu adalah ‘kalah dan menang di atas kepentingan’. Tidak ada kawan yang abadi, juga tidak ada lawan yang dibenci; yang ada kepentingan hakiki. Kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan. Atau kadang pada waktu tertentu tidak bisa lagi dibedakan mana yang kawan dan mana yang lawan. Bahkan ada pula yang berpura-pura menjadi kawan padahal lawan. Itulah dinamika politik yang kerap terjadi di negeri ini.
Politik tentu memiliki kalkulator sendiri. Alat hitung politik memiliki banyak dimensi yang dipengaruhi oleh bayak faktor pula. Untuk maju menjadi calon kepala daerah, seseorang tidak hanya cukup menghitung dana yang dibutuhkan atau jumlah pendukung yang ada, tapi menghitung kekuatan kawan dan lawan juga harus dilakukan. Kekuatan diri dan kekuatan lawan yang diperhitungkan dengan matang akan menghasilkan kemenangan; juga kekalahan.
Jika para bakal calon punya kalkulator, maka masyarakat juga harus pula pandai berhitung. Dalam kondisi saat ini, dimana politik masih sangat ‘encer’, saatnya masyarakat memasang panca indera untuk melihat siapa dari mereka yang memungkinkan untuk dijadikan pemimpin di ‘Tanah Pilih Pesako Betuah’ ini. Maksud saya, lihatlah sepak terjang mereka saat ini. Siapa diantara mereka yang semata mementingkan ‘perut’ mereka sendiri, dan siapa yang banyak berbicara untuk kepentingan rakyatnya. Bacalah maneuver-maneuver politik yang mereka lakukan. Pelajari ‘track record’ mereka selama ini. Rekam baik-baik, siapa yang sungguh-sungguh dan siapa yang berpura-pura.
Saya yakin masyarakat Kota Jambi sudah sangat cerdas dan melek politik. Saatnya ‘membasmi’ politik pencitraan. Masyarakat yang cedas tidak akan terkecoh dengan ‘kecantikan’ luarnya saja. Seorang pemimpin juga dibutuhkan ‘inner beauty’ (pancaran jiwa) yang memiliki kesungguhan dan ketekunan berbuat untuk rakyatnya. Penampilan ‘luar’ boleh saja dipoles sedemikian rupa, tapi apa yang terpancar dari ‘dalam’ tidak akan bisa direkayasa. Di sinilah diperlukan kecerdasan politik masayarakat untuk menela’ah, mempelajari, dan mamastikan bahwa siapa pun yang mengajukan diri harus menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya. Bukan sebatas retorika tapi ‘iktikad dan berbuat.
Artikel ini hanya pandangan umum dan sekedar ingin mengingatkan warga Jambi untuk tidak diam saja ketika para politisi ‘sibuk’ memantaskan diri. ‘Tidak diam’ dalam arti, masyarakat diminta mengamati tingkah polah mereka dan mempelajari orang-orang yang betul-betul maju dengan mengedepankan kepentingan rakyat. Jangan biarkan mereka yang berkata sendiri ‘saya maju demi rakyat’, tapi masyarakat sendirilah yang melihatnya. Beri kesempatan kepada siapa pun yang benar-benar memperjuangkan kemajuan dan kemakmuran rakyatnya. Siapa pun itu!
Akhirnya, politik Kota Jambi memang mulai ‘berasap’, tapi masyarakat harus tetap ‘cool’. Saat ini masih sangat cair dan semua kemungkinan masih bisa terjadi. Perbedaan pilihan politik adalah sebuah keniscayaan. Maka jangan jadikan perbedaan itu sebagai media perpecahan. Ingat, keputusan ada di tangan rakyat. Rakyatlah yang menentukan. Rakyat cerdas, akan terpilih pemimpin waras!
#BNODOC19312072017
*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post