Jika benar apa yang dihembuskan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) bahwa peralihan status IAIN STS Jambi menjadi Univeristas Islam Negeri STS Jambi batu ujiannya adalah pelaksanaan pemilihan rektor (Pilrek) mendatang, maka tidak ada pilihan lain bagi institusi ini kecuali mensukseskannya. Agaknya hal ini adalah konsekuensi logis dari kisruhnya Pilrek sebelumnya. Sudah sama-sama diketahui bahwa pemilihan rektor pada periode lalu diwarnai kisruh yang berkepanjangan. Saking panjangnya, pemerintah pusat menurunkan caretaker alias pelaksana tugas rektor Prof. Dr. Dede Rosada, MA. Pada masa itu semua kandidat ‘merasa’ menang dan benar sendiri. Semua merasa berhak atas kursi panas BH 12 itu.
Maka dari itu, pemilihan rektor kali ini harus benar-benar memunculkan jiwa-jiwa besar. Singkatnya, terlepas dari salah dan benar, siapa pun yang membuat ‘kisruh’ Pilrek kali ini, dialah orang yang telah mengorbankan cita-cita orang banyak. Maka dari itu, semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak, harus benar-benar menjunjung tinggi profesionalisme dan objektivitas.
Panitia Pemilihan
Dari informasi yang berkembang di media massa (karena tidak ada pemberitahuan resmi dari pihak senat atau rektorat), bahwa saat ini telah terbentuk Panitia Pemilihan Rektor IAIN STS Jambi. Panitia yang dibentuk ini tentunya memegang peran sangat penting untuk mensukseskan jalannya pemilihan. Kunci utamanya adalah netralitas dan objektivitas. Haram hukumnya bagi panitia memihak kepada salah seorang kandidat yang nantinya ikut kontestasi ini. Panitia harus benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keterbukaan.
Sering sekali, perseteruan dan kekisruhan dalam pemilihan semacam ini berawal dari para penyelenggara yang tidak taat aturan. Sering kali mereka yang membuat aturan, mereka yang melanggarnya sediri, dan seterusnya. Maka dari itu, panitia ini juga harus teruji netralitasnya. Tidak ada salahnya, seharusnya panitia ini dibentuk melalui tim seleksi yang ketat. Atau melalui pertimbangan anggota senat yang matang.
Kandidat
Pasan utama kepada para kandidat yang akan naik ‘ring’ pada pilrek kali ini adalah, jadilah akademisi, bukan politisi (busuk). Apa yang ingin saya sampaikan adalah, walaupun belum ditetapkan oleh panitia tentang siapa yang akan maju, tetapi sudah dapat dipastikan para ‘petarung’ ini adalah kaum intelektual yang telah memiliki titel-titel akademik yang mupuni. Mereka adalah para doktor dan guru besar. Maka jadilah akademisi sejati.
Tidak ada yang salah dengan kontestasi politik semacam ini. Sebagai negara demokrasi, setiap orang memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Namun, karena mereka-mereka ini adalah para ilmuan dan cendikiawan, tidak ada salahnya untuk memberikan contoh peralihan kekuasaan dengan cara-cara yang benar dan beradab (demokratis). Apa yang saya sebut dengan politisi busuk itu adalah memperebutkan kekuasaan dengan segala cara; bahkan dengan menegakkan kebathilan. Itu tidak baik.
Demokrasi di kampus Islam ini sudah seharusnya menjadi angin segar demokrasi ditengah stigma negatif akan perebutan kekuasaan di berbagai level pimpinan di negari ini. Praktek-prakter politik kotor seperti money politic, black campaign, fitnah, hasut, adu-domba, dan lain sebagainya wajib untuk ditinggalkan. Berilah contoh yang baik kepada masyarakat bahwa orang-orang yang berada di dalam institusi pendidikan tinggi Islam ini memang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rosullullah. Buktikan bahwa orang IAIN itu tidak Ingkar Allah Ingkar Nabi.
Singkatnya, jika para kandidat yang bertarung nantinya tetap berseteru, itu artinya tanda-tanda kiamat memang sudah dekat dan kemungkinan akan dimulai dari IAIN Jambi. Bagaimana mungkin, para pakar agama ini terbuai dengan magnet perebutan kekuasaan dan melupakan akhirat sebagai tempat kembali untuk selamanya.
Peran Mahasiswa
Mahasiswa seyogyanya juga memiliki peran strategis sebagai kontrol sosial kampus (watch dog) baik secara individu maupun organisasi. Secara structural memang tidak ada keterkaitan secara langsung. Akan tetapi, sukses atau tidaknya pemilihan rektor ini tentu akan memberi dampak langsung terhadap mahasiswa. Jika pemilihan rektor ini mengalami kendala dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, tentu saja akan berdampak terhadap proses belajar mengajar. Maka dari itu, mahasiswa harus ambil bagian baik melalui organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. Tapi harus diingat, jangan sampai over acting sehingga malah menimbulkan atau menambah ruwet persoalan.
Harus digaris bawahi, mahasiswa juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keterbukaan. Mahasiswa harus independent dan netral. Satu-satunya kepentingan mahasiswa dalam hal ini adalah keinginan penuh hati akan terpilihnya pemimpin yang terbaik untuk kampus ini. Sejauh ini, belum nampak ada diskusi-diskusi, tulisan-tulisan, dan seminar-seminar internal kampus yang mengangkat isu pilrek ini. Atau mahasiswa memang sedang sibuk selfie sehingga diskusi ilmiah terhadap isu-isu semacam ini dianggap tidak penting.
Akhirnya, tulisan ini hanya semacam peringatan dini (early warning) kepada siapa saja yang terlibat dalam perhelatan pemilihan rektor kali ini. Terlibat, baik langsung mau pun tidak langsung. Mari kita sama-sama melihat kepentingan yang lebih besar dari hanya sekedar perebutan kekuasaan. Semoga.
Discussion about this post