Di berbagai kesempatan diskusi dan seminar saya selalu ditanya tentang kebenaran ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria). Saya tidak ingin latah terjebak dengan opini publik (public opinion) atau pun jastitifikasi (justification); positif atau negatif. Saya lebih cenderung mangajak dan mengajarkan masyarakat untuk melihat sesuatu itu dengan menggunakan landasan yang benar. Pemikiran dan opini bisa saja dibentuk dan dibenturkan, tapi ketetapan Allah tidak bisa diganggu dan diggugat oleh siapa pun (haq).
Isu global pergolakan ISIS agakanya akan terus menyita perhatian masyarakat dunia. Akhir-akhir ini, isunya semakin memanas di kalangan masyarakat Jambi karena ‘wabahnya’ diduga sudah menyerang generasi muda yaitu anak-anak sekolah menengah atas (SMA). Para orang tua yang memiliki anak remaja nampaknya pun mulai ketakutan. Media, baik cetak maupun elektronik, pun telah berhasil menyebarkan luaskan ketakutan ini. ISIS dianggap ‘hantu’ yang paling mengerikan bagi peradaban ini.
Maka, Al-Quran dan Sunnah adalah pegangan mutlak umat Islam di muka bumi ini. Semua urusan ummat harus dikembalikan kepada dua pusaka yang ditinggalkan Rosulullah Muhammad SAW ini. Islam sebagai agama rahmatallil ‘alamin harus dipahami dan dipelajari dengan sungguh-sungguh sebagaimana perjalanan Rosul dalam menyebarkan Islam di jagat raya ini. Rosul sudah memberi sebaik-baik contoh bahwa untuk menyebarkan kebenaran itu harus dengan tujuan yang benar dan cara yang benar.
Penegakan kalimatillah adalah tugas setiap muslim di muka bumi ini. Berdiri tegaknya hukum-hukum Islam itu harus dijadikan cita-cita mulia setiap individu yang menyebut dirinya mukmin dan mukminat. Untuk melakukan itu semua, Allah telah menunjuk orang yang sangat mulia yang sampai hari ini masih menempati posisi puncak sebagai orang terbaik sedunia yaitu Rosulullah Muhammad SAW. Untuk mendirikan Negara Islam, Rosulullullah Muhammad SAW telah mencontohkan bagaimana beliau mendirikan Madinah yang kemudian menyebarluaskan pengaruhnya ke seantero dunia. Contohlah cara beliau! Tujuannya benar caranya pun benar. Jangan merasa benar!
Khusus untuk kalangan generasi muda, paling tidak ada tiga kebenaran yang harus mereka miliki. Kebenaran Pertama, memiliki orang tua yang benar. Saya tidak menjeneralisir bahwa saat ini banyak orang tua yang ‘tidak benar’. Namun, keseharian kita sering sekali disuguhkan berita-berita miris tentang ‘kejahatan’ orang tua terhadap anaknya. Banyak pula yang beranggapan bahwa menjadi orang tua itu cukup dengan memberikan kebutuhan materi yang berlimpah kepada anak-anak mereka. Tidak ada jaminan.
Tengoklah, tidak jarang anak-anak muda yang terjerumus dalam berbagai kejahatan saat ini sebagian besar tidak kekurangan materi. Mereka berkecukupan. Mereka hanya kekurangan peran orang tua dalam hidup mereka. Mereka membutuhkan hal-hal lain selain materi seperti kasih sayang, perhatian, pengajaran, ketauladanan, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini tidak bisa dibeli dengan materi seperti apa pun. Inilah yang sering terlupakan dan terabaikan dengan alasan kesibukan. Ketika anak-anak tidak mendapatkan orang tua yang benar dan membawa kebenaran maka mereka mencoba ‘bergerilya’ mencari sendiri, bahkan sering kali dengan cara-cara yang tidak benar. Mereka terperosok ke jurang karena tidak ada penuntun yang benar. Jadilah orang tua yang benar.
Kebenaran yang kedua, memiliki pergaulan yang benar. Seekor elang yang hidup dan berkembang di tengah-tengah komunitas ayam, maka dia akan tetap menjadi ayam walau pun berbadan elang. Sebuah analogi yang tepat untuk melihat peran pergaulan dan lingkungan. Lingkungan sangat berperan dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku seseorang. “Masa depan Anda dipengaruhi oleh dua hal, buku yang Anda baca dan dengan siapa Anda bergaul” (Hermawan Anderu).
Kebenaran dalam memilih teman bergaul juga sangat menentukan jalan hidup para generasi muda penerus bangsa ini. Namun tidak pula berarti harus menutup diri dari pergaulan. Artinya, anak-anak muda kita memang harus terus diajari menentukan teman-teman bergaul mereka. Mana teman yang akan membawa kebaikan dan mana yang akan menjerumuskan. Mereka juga harus memiliki kekuatan untuk melawan itu semua.
Terakhir, kebenaran ketiga, kebenaran menjalankan ajaran agama. Terkadang bukan ajaran agamanya yang salah, tapi cara mempelajari dan menerapkannya yang salah. Tidak ada yang salah dengan kata-kata jihad yang telah digariskan oleh Al-Quran, tapi kelemahan manusialah untuk memahaminya sehingga makna jihad yang suci itu pun dibelokkan dengan hawa nafsu sendiri. Anak-anak muda yang terus dididik dengan benar akan tidak mudah terpengaruh dengan bujukan-bujukan kesesatan dalam beragama.
Tiga hal penting ini cukuplah untuk menangkal segala macam bentuk kemungkaran yang ‘berbaju’ kebesaran agama. Allah-lah yang Maha Benar dan Maha Mengetahui mana yang benar.
Discussion about this post