Oleh: Bahren Nurdin, MA
Upss… tunggu dulu. Tulisan ini tidak bermaksud membahas destinasi wisata di negeri Trump tersebut. ‘LA’ pada judul di atas bukan Los Angeles tapi LOPAK AUR. Sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi. Dari Kota Jambi berjarak lebih kurang 30 KM, dan hanya 15 menit menggunakan kendaraan pribadi dari kampus UIN STS Jambi, Kampus Mendalo.
Tidak bermaksud membandingkan ‘aple to aple’ dengan pantai-pantai yang ada di Los Angeles, Lopak Aur juga memiliki pantai pasir yang amat sangat luar biasa indah dan menawan. Lupakan Los Angeles, saya ingin menggambarkan betapa indahnya pantai Lopak Aur ini kepada anda. Terdapat hamparan pasir dan bebatuan kecil di tengah Sungai Batang Hari yang mengalir. Hamparan pasir yang menghampar di tengah air yang melangalir ini membuat ia bagai gurun yang mengapung. Anak-anak bermain Putsal Pantai. Beberapa lainnya berlarian ke sana kemari. Ada juga yang berenang dengan gembira riang. Satu dua pengunjung sibuk dengan tongkat selfie. Hembusan angin memebelai mesra siapa saja. Lambaian nyiur di tepi sungai menambah syahdu rasa dan asa.
‘Savana’ membentang hijau di tengah pulau. Di tanah subur inilah masyarakat bercocok tanam tanaman palawija seperti jagung, kacang-kacangan, ketela, sayur-sayuran, dan sebagainya. Pagi dan petang mereka mendayung sampan melintasi arus sungai nan damai; beriak tapi tak berombak. Pagi diantar mentari, sore dipanggil suara mengaji. Ketika mentari hendak menuju peraduan, ‘ambung’ yang mereka dukung di bawa pulang. Cahaya tamaram senja disambut suara azan bertalu-talu. Anak-anak desa kembali kerumah, siap-siap mengaji menuju masjid.
Kata-kata memang tidak akan cukup untuk melukiskan karya Tuhan luar biasa ini. Sangat cantik dan istimewa. Alam yang indah dengan tatanan kehidupan masyarakat yang terjaga dan terpelihara dengan keunikannya pula (local wisdom). Bertahun-tahun pulau ini mereka nikmati dengan bijak dan arif. Inilah Pulau LA, rahmat Tuhan yang masih tersisa.
‘Penjarah’ Alam Mengintai
Saya ditunjuk oleh UIN STS Jambi sebagai salah seorang Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) di desa ini. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Ketika pertama kali menginjakkan kaki, saya disambut hamparan pulau nan indah dan mempesona. Lama saya berdiri dipinggir sungai Batang Hari yang menghadap hamparan pasir itu. Melalui angin dan nyiur yang melambai-lambai, pasir-pasir itu berbisik ‘jagalah kami. Kami rahmat Tuhan untuk kalian’.
Maka kesempatan sebagai DPL tidak saya sia-siakan untuk menyampaikan pesan pasir itu kepada masyarakat setempat. Dalam beberapa pertemuan dengan masyarakat bersama adik-adik mahasiswa saya selalu katakan pantai ini wajib kita jaga! Bagaimana caranya? Kita jadikan destinasi wisata dan memberdayakan segala potensi masyarakat yang ada.
Mengapa? Alasan yang paling mendasar mengapa pulau ini harus secepatnya dijadikan destinasi wisata adalah untuk menjadikan pulau ini ‘milik orang banyak’. Ya, jika sudah banyak orang yang berkunjung ke pulau ini, jika sudah banyak yang menyayangi pulau ini, jika sudah banyak orang yang menyukai sunset yang indah ini, maka selamatlah pulau ini dari para penjarah alam. Gejala itu sudah nampak. Satu dua di hulu pulau ada dongpeng (alat penambang emas tampa izin).
Penjarah alam sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan ‘aksinya’; menjarah. Tidak terlalu lama, jika tidak dijadikan tempat wisata pulau ini akan dikeruk. Pasirnya akan diangkut, emasnya akan digali, tanahnya akan dihancurkan. Tidak butuh waktu lama pula, semua akan jadi kenangan. Kita sedang berpacu dengan waktu. Jangan sampai kalah cepat.
Peran UIN STS Jambi
UIN STS Jambi melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat, telah bertekad untuk bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk menjadikan desa ini salah satu desa binaan. Desa ini akan dijadikan ‘labor sosial’ bagi para dosen yang ingin menghibahkan waktunya untuk kepentingan ummat. Para dosen dituntut untuk turun dari ‘menara gading’nya bersama-sama masyarakat memberdayakan segala potensi yang mereka punya.
Saya bersama adik-adik mahasiswa Kukerta, walaupun belum maksimal telah mencoba menggerakkan pemberdayaan ekonomi keluarga masyarakat desa ini. Kami berhasil ‘memprovokasi’ masyarakat untuk membangun saung-saung kecil di pinggir sungai tersebut. Dengan keberadaan saung-saung ini, kini mereka sudah bisa berjualan pangan-pangan kecil sebagai pendapatan tambahan bagi mereka. Bersama LPM, Mahasiswa, dan Para pemuda yang tergabung dalam pengurus POSDAYA kami terus berpromosi sembari berbenah diri.
Untuk menyambut kedatangan orang luar, banyak hal yang harus dipersiapkan. Tidak hanya fasilitas fisik tapi paradigma dan kesiapan mental masyarakat juga harus dimantapkan. Saya selalu tegaskan, keberadaan pantai ini harus kita maksimalkan karena ia sumber rezeki dari Allah. Tapi jangan sampai dijadikan sumber maksiat yang dibenci Allah. Semoga.
Selamat datang di LA. Kami menunggu kunjungan anda.
#BN29012017
Sumber: www.kenali.co
http://kenali.co/berita-76296-pantai-la gurun-pasir-terapung.html#ixzz4Xz3LLIX3
Discussion about this post