Adakah yang kan bertanya padamu
Dari mana negerimu, Wahai Naga?
Adakah yang peduli
Hendak ke manakah engkau kan pergi?
Mungkin masa telah mengaburkan tujuanmu
Atau masa kan menguburmu nanti.
Wahai Naga
Liuk mu membentang panjang di tengah padang
Lingkarmu bagai cincin di jemari ratu kami
Entah di mana kepala
Di mana pula engkau lingkarkan ekormu.
Engkau terbujur lelap di antara bangunan-bangunan UKM kami
Wahai naga
Seperti apakah ragamu silam?
Biar kuceritakan pada anak cucu ku nanti.
Adakah engkau hijau dan lembut..??!
Kini yang ku tahu sisik-sisik mu terbuat dari batu-batu yang telah membaja
Perutmu tak lagi cembung tuk mengalirkan telaga biru
Tangan-tangan cekatan telah mengubahmu
Komputer-komputer ganas telah merekabentuk diri mu
Kepala-kepala panas telah menyulap tubuhmu
Wahai naga
Kulihat kini darahmu tak lagi bening dari hulu telaga
Tak lagi hening menuju dermaga
Ikan-ikan tak lagi nyaman di perutmu
Cacing-cacing tak lagi dingin disisi sisik-sisik mu
Rumput-rumput tak mahu subur menyelimutimu
“Semua demi keindahan” kata mereka.
Wahai naga
Sedihkah Engkau kini dengan kondisimu yang tak lagi menjadi dirimu ?
Engkau telah berubah menjadi naga beton
Robot semen yang kaku, membeku, monoton
Engkau telah dipisahkan dari rahim ibumu
Engkau bukan lagi naga cantik nan lembut dan syahdu
Naga…, engkau kini angkuh dan kotor.
Wahai naga…
Berbaringlah sampai bila engkau mampu
Kutahu engkau tak mahu, tapi
Ku juga tahu engkau tak mampu
Jangan engkau tanya pada burung yang bernyanyi, atau jengkerik yang memekik.
Mereka pun menunggu giliran tuk diubah.
Selamat tidur wahai nagaku.
Keteranagan:
Tajuk : Naga UKM, Kini kau Tak Lagi Dirimu
Tema : Lingkungan Alam di UKM
Objek : Sungai yang mengalir di bawah UKM
Description :
Melalu puisi ini penulis ingin mengungkapkan kekecewaannya terhadap sungai yang mengalir di antara gedung-gedung UKM yang sudah tidak lagi alami. Sungai itu digambarkannya bagai seekor naga yang sedang tertidur di tengah padang. Menurut harapan penulis, sungai itu tidak lagi menjadi dirinya karena semua telah diberi beton. Perubahan ini ternyata hanya kehendak manusia (UKM) agar tampak indah dan bersih. tapi malah namapk otor dang angkuh. hilang dia dari kealamiahannya (unnatural).
Note: Puisi ini dikirim kepada Panitia Risiita 2 (Apresiasi Puisi Cinta) Universitas Kebangsaan Malaysia untuk diperlombakan.
Discussion about this post