Oleh: Bahren Nurdin, MA
Kemungkinan agak berat pertanyaan itu untuk dijawab. Tapi sebenarnya tidak juga. Tergantung orientasi hidup yang sedang dijalani. Jawabannya sederhana; dikenang sebagai orang baik, atau dicatat sebagai orang tidak baik. Sederhana kan?
Ingatlah, bahwa sesungguhnya terlahir dan mati itu adalah dua peristiwa yang teramat sangat biasa dan alamiah. Ketika terlahir semua orang terutama anggota keluarga yang menyaksikan kelahiran itu tersenyum bahagia karena kedatangan mahluk hidup baru dalam keluarganya. Sebaliknya ketika meninggal dunia semua orang tersebut kemudian menangis karena merasa kehilangan. Sekali lagi peristiwa yang sangat sederhana. Dengan kata lain, lahir sama dengan datang dan mati sama dengan pergi. Datang disambut pergi dilepas.
Akan tetapi, ada yang membuat lahir dan mati itu kemudian menjadi tidak sesederhana itu yaitu isi kehidupan rentang waktu dari lahir hingga mati tersebut. Artinya, apa yang diperbuat selama rentang waktu tersebut sangat memberi dampak baik positif maupun negatif terhadap lahir dan mati. Hal ini dapat dibuktikan betapa banyak orang-orang besar yang terkenal di dunia ini yang hari kelahiran dan kematiannya tetap dikenang walau pun mereka telah meninggal dunia ratusan tahun lamanya. Hari lahir dan matinya menjadi sangat penting karena mereka berhasil mengisi rentang waktu dari lahir hingga mati tersebut dengan sangat baik.
Saya sering mengamati status kawan-kawan Facebook yang mengucapkan selamat jalan kepada sahabat atau sanak keluarga yang telah terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Beberapa diantaranya hanya sekedar mengucapkan ‘selamat jalan sahabat’. Ada yang berurai air mata. Ada pula yang mencoba membongkar memori lama, kenangan-kenangan bersama almarhum/ah. Menuliskan panjang lebar segala kenangan, kebaikan, nostalgia, dan seterusnya.
Ungkapan belasungkawa di media sosial memang tidak bisa sepenuhnya menjadi barometer pengukur kebaikan seseorang, tapi paling tidak dapat dijadikan gambaran umum seperti apa hidup yang pernah ia jalani. Seberapa banyak teman yang ia miliki dan merasa kehilangan. Seberapa baik ia terhadap orang-orang yang pernah bersama. Atau bahkan sebaliknya. Yakinlah, apa yang tergambar dari ungkapan-ungkapan itu banyak sedikitnya merupakan refleksi dari hidup yang pernah dilakoni.
Di sinilah poin pentingnya. Hukum kausalitas berlaku. Sebagaimana juga Allah telah menegaskan bahwa “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8). Balasan dari kebaikan itu (baik di dunia maupun di akhirat) adalah kebaikan pula dan balasan kejahatan itu juga akan dikembalikan kepada dirinya. Fair!
Jelas sudah, pertanyaan ‘seperti apa anda akan dikenang?’, jawabannya seperti yang anda inginkan dan anda kerjakan. Jika begitu kuncinya ada pada diri sendiri bukan pada orang lain. Diri andalah yang memiliki kuasa penuh terhadap keputusan itu. Itulah dalam banyak kesempatan, saya selalu mengatakan, “kita tidak bisa meminta terlahir dari rahim siapa dan sebagai apa. Tapi kita bisa menentukan mati sebagai apa. Dikenang sebagai pemenang (orang baik), atau dicatat sebagai pecundang”.
Tidak salah pula, di bulan Ramadhan ini kita mencoba untuk melakukan muhasabah diri. Menakar-nakar kualitas hidup dan persiapan diri untuk akhirat. Allah juga memerintahkah demikian melalui firmanNYA dalam Al-Quran, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyr (59):18). Jangan hanya pandai menghitung THR, hehehe.
Akhirnya, satu yang pasti adalah kematian. Tidak bisa ditunda dan datangnya tiba-tiba. Pertanyaannya, seberapa cepat anda berpacu dengan waktu untuk mempersiapkan diri menjawab pertanyaan ‘seperti apa anda akan dikenang?’, dan ‘bekal apa pula yang sudah dipersiapkan untuk ‘pulang’?’. Keputusannya ada di tangan anda sendiri. Salam muhasabah!
#BNODOC15808062017
*Akademsi dan Praktisi Mind-Setting Programming, Jambi
Discussion about this post