Oleh: Bahren Nurdin, MA
Tidak benar! Perlu klarifikasi lebih lanjut. Begitulah kira-kira tanggapan artikel saya yang berjudul “Motorprix: Gratis Tapi Bayar”. Tanggapan-tanggapan yang sampai ke saya, baik langsung maupun tidak langsung sangat luar biasa. Bagi saya, itu membuktikan tulisan saya dibaca.
Paling tidak adak tiga tipe tanggapan yang saya terima melalui berbagai media, dari sms, WA, maupun perdebatan di Facebook. Tipe pertama, menghujat, mencaci maki, menjastifikasi, membenci, dan mendengki dengan kata-kata yang keluar “Pengamat gadungan”, ‘Dosen tolol”, “Pengamat karcis parkir”, ‘Oknum dosen” dan sampai pada kata-kata yang tidak layak ditulis di sini.
Saya marah? Tentu tidak. Saya tahu mereka adalah teman-teman baik saya. Mereka juga guru-guru saya yang hebat. Mereka senior-senior saya yang memiliki ilmu lebih dari saya. Jadi wajar jika mereka ‘mengajari’ saya dengan cara demikian. Saya memang masih harus terus belajar dari siapa saja. Saya mengucapkan ribuan terima kasih.
Saya juga minta maaf jika tidak ‘meladeni’ perdebatan-perdebatan atau pesan-pesan yang masuk karena itu akan hanya menimbulkan kebencian. Saya ingin bersahabat dengan semua orang. Tulisan saya bisa salah. Opini saya bisa saja tidak disetujui. Tawaran saya, lakukanlah pembantahan dan ketidaksetujuan itu dengan tulisan pula. Itu lebih terhormat.
Tipe ke dua, mengklarifikasi, memberikan fakta-fakta dan bukti, menceritakan apa sesungguhnya yang terjadi. Saya dijelaskan sangat detail apa sesungguhnya yang dialami di lapangan. Saya kemudian difahamkan bahwa angka-angka yang diterima masyarakat tidak sepenuhnya tanggung jawab panitia. Menariknya lagi, panitia pun menjadi ‘korban’ sama halnya masyarakat seperti saya. Saya bersama keluarga menikmati panas di tengah deruan suara motor yang berpacu. Saya nonton!
Tipe yang ke tiga, menawarkan solusi. Tipe ini memang terkesan lebih elegan dan dewasa. Setelah menjelaskan duduk perkaranya, diskusi berujung mencari solusi. Apa tawarannya “Bang, agar berimbang informasi yang diterima masyarakat, tulislah apa yang dialami panitia”. Deal! Terbitlah tulisan ini.
Diberbagai kesempatan saya selalu menegaskan bahwa sampai detik ini tidak ada niat sedikit pun untuk menyakiti siapa pun melalui tulisan-tulisan saya. Tidak pula bermuatan politis yang cenderung memihak dan pragmatis. Orang-orang yang mengikuti tulisan-tulisan saya pasti dapat merasakannya. Orang yang cenderung melihat secara negatif apa yang saya tulis biasanya mereka yang tidak membaca tulisan itu secara baik dan utuh. Membaca sepotong kemudian mengambil keputusan sendiri.
Menyangkut tulisan ‘Motorprix:Gratis Tapi Bayar’, saya menyebutkan kata ‘panitia’ bukan menuduh. Fakta otentik tertulis di karcis parkir tersebut ‘PANITIA PELAKSANA’. Siapa yang menyangkal ini. Bukti karcisnya ada. Namun kemudian jika itu ternyata bukan dari panitia yang sebenarnya, ini yang seharusnya dijelaskan kepada masyarakat. Itu artinya, nama panitia sudah dicatut alias diatasnamakan. Mengapa marahnya kepada saya? Harusnya panitia marah kepada yang telah mencatut kegiatan mereka.
Tidak kita pungkiri bahwa hal-hal semacam ini menajadi perhatian kita semua. Dalam artikel saya ‘Pariwisata Jambi Masih ‘Bobok Cantik’ saya sudah sampaikan bahwa masyarakat kita harus lebih terbuka dan ramah pariwisata. Jika kita ingin menjadikan kegiatan Motorpirx ini menjadi event yang berkelas maka hal-hal semacam ini harus diselesaikan. Apa yang dimaksud ramah pariwisata adalah menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung. Bagaimana membuat orang luar mau datang ke Jambi jika orang Jambi sendiri tidak nyaman berada di rumahnya sendiri.
Maka dari itulah, dalam tulisan itu saya sudah tegaskan bahwa ‘roh dari tulisan ini tentunya adalah semangat perbaikan untuk kemaslahatan bersama’. Kalimat ini agaknya tidak terbaca bagi orang-orang yang telah diselimuti oleh emosi dan kebencian. Terjadinya pemungutan karcis parkir di luar tanggungjawab panitia (sebagaimana bantahan panitia ke pada saya), harus dicarikan solusinya untuk event selanjutnya. Buka persoalan masyarakat keberatan atau tidak, tapi lebih menyangkut menajerial dan kenyamanan penonton.
Lantas, jika bukan panitia, trus siapa? Saya tidak memiliki kapasitas untuk menjawab dan menjelaskannya. Inilah tugas panitia untuk duduk bersama mencari solusi terbaik. Kerja sama yang baik dapat dipastikan akan mendatangkan hasil yang baik pula. Jangan sampai pula ajang yang baik ini dihancurkan oleh hal-hal yang semestinya bisa dicarikan solusinya.
Akhirnya, panitia sudah melalukan pembantahan dan klarifikasi bahwa penetapan karcis parkir itu di luar tanggung jawab panitia. Tidak pula perlu mencari dalangnya dan menciptakan permusuhan. Hal terpenting adalah melakukan perbaikan untuk kegiatan selanjutnya. Semoga.
#BNODOC12809052017
*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post