Disclaimer:
- Anda tidak disarankan membaca artikel ini karena tidak penting!
- Jika anda bersikeras untuk tetap membancanya, maka anda DILARANG menginterpretasi, berkomentar atau memberikan like/dislike (jempol).
- Anda hanya boleh angguk-angguk atau geleng-geleng.
Semoga anda mengerti!
Ini true story (cerita nyata). Artikel ini hanya semacam catatan harian saja.
Beberapa waktu lalu, saya diundang menjadi pembicara dan disediakan akomudasi berupa fasilitas kamar hotel. Menariknya, hotel ini berlokasi di pinggir danau dengan view yang indah dan cantik.
Pagi-pagi saya bersama keluarga kecil sudah menuju restoran hotel untuk sarapan. Saya, isteri dan dua jagoan kami. Restoran itu menghadap ke danau dengan beberapa pohon yang menghijau. Di sinilah cerita dimulai.
Cerita tentang monyet. Sekali lagi ini cerita nyata. Foto-fotonya juga masih ada. Belum beberapa menit kami sampai dan memilih tempat duduk, Si Sulung teriak “Ada monyet!” sambil menunjuk ke arah danau. Benar saja, saya melihat beberapa dari mereka sedang menikmati hembusan angin danau nan sepoi-sepoi.
Saya melihat paling tidak ada tiga ekor yang masih bayi. Mereka bermain barsama induknya. Lompat-lompat kecil ke sana kemari. Beberapa diantaranya asyik menelisik dedaunan muda sebagai sarapan. Ada juga dua ekor yang mencari sesuatu di tanah. Saya kira koloni monyet ini sangat damai dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka hidup dengan cara mereka sendiri.
Namun kemudian, masalah dimulai. Isteri saya membawakan beberapa potong nanas, semangka, melon dan lain-lain sebagai pendahuluan sarapan kami. Naluri memberi anak-anak saya pun muncul. Si Sulung mengambil dua potong nanas dan dilemparnya ke arah para monyet tersebut.
Apa yang terjadi? Mereka mulai terusik. Beberapa monyet besar turun dengan gagah berani. Satu di antaranya mengejar monyet yang kebetulan mendapat lemparan buah dari anak saya. Perkelahian tak terhindarkan. Beberapa potong kembali di hamburkan ke arah mereka. Perkelahian semakin menjadi-jadi.
‘Pertempuran’ meluas, tidak hanya mereka yang berebut makanan, induk dan anak-anak mereka pun ikut ribut dan berteriak sana sini. Sebagai kaum eksternal, kami hanya melihat polah tingkah mereka. Kami juga tidak tahu apa yang mereka katakan karena kami tidak tahu bahasa monyet. Yang kami lihat dan kami dengar hanya teriakan dan keributan.
Untuk menghindari ‘peperangan’ lebih luas lagi di antara monyet-monyet ini, saya minta anak saya untuk tidak lagi melempar buah ke arah mereka. Keadaan pun kembali tenang.
Namun, beberapa menit kemudian, petugas hotel dari lantai dasar (saya kira itu dapur) melemparkan buah-buahan dalam jumlah yang agak banyak. Anehnya, ternyata mereka tidak ribut seperti menerima makanan dari kami. Saya menyimpulkan, buah yang kami berikan terlalu sedikit dan tidak adil. Banyak yang tidak dapat bagian.
Ketidakadilan membuat mereka berkelahi satu sama lain. Nyatanya, ketika mereka diberikan dengan jumlah yang banyak dan semua monyet dapat bagian, mereka diam dan menikmati makanan masing-masing.
Saya dan keluarga juga merasa bersalah karena sudah mengganggu ketenangan kumpulan hewan ini. Kedatangan kami pagi itu paling tidak sudah menyebabkan ‘pertumpahan darah’ sesama mereka. Padahal, niat saya dan anak-anak hanya ingin berbagi. Lagian, tidak mungkin pula kami bagikan semua buah yang disajikan hotel itu kepada mereka. Bagaimana tamu hotel yang lain?
Saya ingin minta maaf sebenarnya, tapi kami tidak tahu bagaimana caranya. Komunikasi menjadi penghalang. Kami tidak bisa memahami satu sama lain. Kalaulah saya mengerti maunya mereka, saya ingin ajak mereka atau perwakilan dari mereka untuk sarapan bersama. Dikit sama dikit, banyak sama banyak. Kita duduk, ngobrol dan sarapan bersama. Tidak perlu berkelahi.
Tapi sudahlah, saya juga harus buru-buru mengisi seminar hari itu. Mereka pun sudah tenang karena sudah dapat makan dari pihak lain yang memberi lebih banyak dari apa yang saya berikan. Saya yakin, saya dianggap mereka sebagai musuh karena memberi tidak adil, sementara petugas hotel yang memberi lebih banyak itu akan menjadi pahlawan di mata mereka.
Saya tidak tahu, bakal bertemu lagi atau tidak dengan mereka. Tapi, pagi ini saya dan keluarga baru saja belajar dari monyet-monyet ini. Mereka ajari kami tentang makna pemberian, keadilan dan pentingnya komunikasi. Thank you and love you all, Nyet!
Discussion about this post