Oleh: Bahren Nurdin, MA
Sebelum kita melihat kembali ke mana sesungguhnya haluan hidup yang sedang kita jalani saat ini, ada baiknya kita perhatikan baik-baik apa yang Allah sampaikan dalam Al-Quran pada surah Al-Mu’minun ayat 11 “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. Paling tidak ayat ini meminta kita kembali merenungkan sebuah pertanyaan mendasar ‘mengapa kita diciptakan?’
Bahwa ayat ini menyatakan bahwa manusia itu tidak diciptakan sekedarnya saja, tidak pula asal diciptakan, tetapi memiliki tujuan yang mulia. Dan yang paling mendasar kemudian bahwa tidak hanya diciptakan tetapi juga dimintai pertanggung jawaban oleh sang Pencipta manusia itu; Allah. Diciptakan dan dimintai pertanggung jawabkan.
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa manusia itu diciptakan paling tidak untuk memenuhi kewajibannya dihadapan Allah yaitu sebagai penyembah (hamba) “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku, (QS 51; 56), dan sebagai penjaga (pemimpin) yang diamanahkan sebagai penjaga bumi Allah, “(Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah”. (QS. Al-Baqarah (2):30).
Paling tidak dua hal ini menjadi landasan dasar untuk menentukan jalan hidup manusia di muka bumi ini. Siapa pun, dia tidak boleh keluar dari ‘rel’ ini. Jika mencoba keluar dari ketentuan ini, niscaya ia akan mengalami kesesatan; salah jalan. Di mana endingnya? Bertemu dengan Allah.
Untuk mecapai itu kemudian Allah membekali manusia dengan potensi-potensi di dalam dirinya. Paling tidak ada dua potensi dasar, yaitu potensi positif (taqwa) dan potensi negatif (fujur). Potensi inilah yang kemudian memainkan peranan dalam menentukan arah jalan manusia itu. Jika yang berperan dan dikembangkan adalah potensi positif, maka positiflah jalan hidupnya, dan sebaliknya.
Di sinilah wilayah mindset. Potensi ini ternyata dikendalikan oleh mind (pola pikir) juga hati yang dimiliki manusia. Secara alamiah, sesungguhnya manusia itu telah difitrahkan oleh Allah sebagai pengabdi karena telah diilhami ketaqwaan. Dia memiliki hati untuk ‘berkomunikasi’ kepada Sang Khaliq. Bahkan ketaqwaan itu ditunjukkannya jauh sebelum manusia itu mengerti makna kehidupan. Lihatlah apa yang ia ucapkannya “Bukankah Aku ini Tuhanmu?, Mereka menjawab; ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi” (QS 1: 172).
Namun pada kenyataannya, kesucian jalan hidup menuju Tuhan dan mematuhi apa yang telah diperjanjikan itu ternyata mengalami ‘gangguan’. ‘Mind’ dan hati yang suci itu kemudian ditimpa berbagai ‘debu’ hingga menjadi kotor. Jalan yang tadinya lurus akhirnya berbelok. Pembelokan itu sesungguhnya karena berkembangnya potensi negatif (fujur) yang ada. Manusia kemudian cenderung mudah berputus asa, ingkar nikmat, sering mengeluh, berlaku bodoh, lemah, dhalim, dan sebagainya.
Potensi negatif ini sebenarnya hanyalah kotoran-kotoran yang menempel di hati dan merusak minset manusia sehingga membelokkan arah kehidupan. Lurus menjadi bengkok.
Jika itu yang terjadi, sudah semestinya manusia itu mengembalikan dirinya untuk kembali ke jalan yang sebenarnya (re-orientasi tujuan hidup). Menata ulang dan kembali ke pangkal jalan. Jika dipakai istilah computer, harus install ulang. Dua perangkat penting yang perlu diinstall adalah mindset dan hati.
Ramadhan adalah momentum terbaik untuk melakukan install ulang tujuan hidup. Saatnya melihat dengan teliti apakah jalan yang ditempuh saat ini sudah sesuai dengan tujuan hidup yang sebenarnya. Jika ternyata sudah jauh berbelok, kembalilah. Seharusnyalah ia menjadi manusia ideal yang diinginkan oleh Allah yaitu manusia yang beramal sholeh, berahklak mulia, dan memberi manfaat bagi orang lain. Memiliki hubungan yang elok kepada Tuhan dan sesama manusia.
Akhirnya, re-orientasi artinya menata ulang tujuan hidup sebagai manusia. Bersegeralah sebelum terlambat. Jangan pula sampai keliru untuk menentukan mana yang tujuan dan mana yang fasilitas untuk mencapai tujuan. Allah sudah membekali potensi bagi manusia untuk menentukan jalan hidupnya sendiri; taqwa dan fujur. Apa pun pilihannya, pasti dimintai pertanggung jawaban di hadapan Sang Pencipta!
#BNODOC15909062017
*Akademisi dan Praktisi Mind-Setting Programming Jambi
Discussion about this post