Oleh: Bahren Nurdin, MA
Pemimpin harus bekerja, itu pasti. Tapi seorang pemimpin tidak harus jadi pekerja. Lantas apa yang membedakan pemimpin dan pekerja? Mental dan cara kerja. Dua hal inilah yang membedakan antara pemimpin dan pekerja. Pemimpin memiliki mental (mindset) yang tidak sama dengan pekerja dan cara kerja pemimpin juga berbeda dengan cara kerjanya para pekerja. Bekerjanya seorang pemimpin bisa saja tidak kelihatan ‘bekerja’ walaupaun sesungguhnya ia ‘bekerja’ lebih keras dari pekerja itu sendiri.
Seorang pemimpin boleh jadi seperti air di dalam tembok. Jika anda melihat tembok yang menjulang dan kokoh, mungkin anda lupa ada peran air yang begitu besar pada tembok tersebut. Coba bayangkan, bisakah tembok yang kokoh itu dibangun tanpa menggunakan air? Tidak bisa, karena air digunakan untuk mencampurkan semen, kerikil, batu bata dan lain-lain. Airlah yang memiliki peran penting. Tapi ketika tembok itu menjulang, ari tidak lagi memperlihatkan dirinya.
Begitulah terkadang seorang pemimpin. Ia bisa saja tidak hadir secara kasat mata di tengah masyarakatnya, tapi yang ia kerjakan lebih dari sekedar kehadiran. Secara fisik boleh saja ia tak terlihat hadir, tapi pemikiran, gagasan dan kepemimpinannya untuk menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki membuat ia hadir di mana-mana. Ia membantu bukan dengan menggunakan tangannya secara fisik, tapi melalui tangan-tangan orang lain yang digerakkannya.
Mindset masyarakat juga harus diubah. Masyarakat juga harus memahami bahwa ketidak hadiran seorang pemimpin secara fisik, bukan berarti pemimpin itu tidak peduli, tidak empati atau tidak bekerja. Kehadiran pemimpin yang sesungguhnya adalah melalui kebijakan dan kekuasaanya.
Itulah pemimpin. Jika yang ia gunakan untuk membantu orang adalah tangannya secara fisik, ia hanya memiliki dua tangan. Sangat terbatas. Tapi, jika yang ia gunakan untuk membantu melalui kepemimpinan dan kekuasaan yang ada pada ‘tangannya’, maka ia akan mempu menggerakkan jutaan tangan untuk memberi bantuan.
Dalam bukunya yang berjudul “Leadership ½ Malaikat; Solusi Jitu Atasi Krisis Kepemimpinan” (2013), Octavia Pramono meyodorkan beberapa modal kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin yang sukses khususnya dalam mengelola Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui artikel singkat ini, saya ambil satu saja yaitu “Jadilah seseorang (pemimpin) yang mampu melakukan ‘empowering’ atau pemberdayaan”.
Secara harfiah, kata ‘empower’ menurut kamus Oxford berarti ‘Give (someone) the authority or power to do something’, (memberi kuasa kepada orang lain untuk melakukan sesuatu). Pada konteks kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu mendistribusikan kekuasaan yang ia miliki kepada semua lini organisasi yang ia pimpin agar memiliki kuasa (power) untuk bertindak mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Dengan kata lain, pemimpin yang hebat adalah bukan menghadirkan dirinya secara fisik dalam mengatasi setiap masalah yang ada tapi ia mampu membuat semua lini kepemimpinannya berdaya untuk ‘mewakili’ kehadirannya.
Contoh sederhana, dalam mengatasi masalah bencana tertentu, boleh jadi seorang pemimpin tidak berada di tempat bencana, tapi dengan kekuasaan yang ia miliki ia bisa memerintahkan badan-badan yang bertanggung jawab menangani bencana tersebut untuk bergerak cepat. Ia mengorganisir pemberian bantuan dan penyelamatan. Dengan cara ini, semua lini bisa bergerak cepat dan masyarakat terbantu. Tugas terpentingnya mamastikan semua lini organisasi bergerak sesuai tupoksi. Memastikan masyarakat terselamatkan.
Jadi, jika pun pemimpin itu harus hadir di tempat bencana, itu tidak lebih dari sebagai bentuk keprihatinan, turut berempati, dan bersama-sama rakyatnya merasakan penderitaan. Bukan untuk bekerja. Sekali lagi, pekerjaannya seorang pemimpin dalam kondisi ini adalah memastikan semua lini di dalam oraganisasinya bergerak. Secara ril dia pasti sibuk sekali telfon sana, telfon sini. Panggil sana, panggil sini. Rapat penyusunan perencanaan penanganan. Jika diperlukan rapat darurat dengan pemimpin-pemimpin level di bawahnya, dan lain-lain.
Pekerjaan-pekerjaan teknis di lapangan dipastikan dilakukan oleh para ahli atau orang-orang terlatih. Penyelamatan atau evakuasi misalnya, pastilah akan lebih aman dan terjamin bila dilakukan oleh tim yang sudah dididik dan dilatih untuk melakukannya. Tugas pemimpin cukup memastikan bahwa tim penyelamat sudah hadir dan mereka mengerjakannya sesuai Standard Operational Procedure (SOP) yang ada.
Akhirnya, masing-masing orang sudah memiliki tugas dan fungsinya. Salah satu tugas pemimpin adalah memberdayakan (empowering) segala potensi yang ada dan memastikan semua potensi itu berjalan dengan baik. Keberadaan seorang pemimpin boleh jadi bukan secara fisik, tapi ia hadir melalui kebijakan dan kekuasaan yang ia miliki. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka boleh jadi itulah ciri pemimpin yang bermental pekerja!
#BNODOC16515062017
*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post