Oleh: Bahren Nurdin
Selama ini kita menyakini bahwa investasi jangka panjang itu salah satunya adalah anak. Agaknya ada yang sedikit terlupakan bahwa orang tua adalah juga investasi yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan anak.
Baru-baru ini saya mendapatkan kiriman melalui media sosial sebuah video singkat tentang ‘curhatan’ seorang ayah. Dari bahasa yang digunakan, video ini berasal dari negeri tetangga Malaysia karena menggunakan Bahasa Melayu. Saya tidak kenal persis siapa namanya, tapi dari performa yang ditampilkan ia seorang ayah yang terdidik dan juga berada.
Ceritanya sederhana. Dia memiliki 11 orang anak (5 perempuan dan 6 laki-laki). Ia telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya dengan sukses. “semuanya hebat-hebat, semua sudah mendapat ijazah dan memiliki harta kekayaan masing-masing”, kata Sang Ayah. Tapi sungguh menyesakkan dada, dibalik kesuksesan anak-anak itu, sang ayah menyimpan sedih dan iba karena ternyata anak-anaknya abai akan dirinya. Anak-anaknya tidak pernah telfon, mengunjungi, apa lagi membelikan sesuatu untuk dirinya. Sedih!
Menahan isak tangis Sang Ayah menceritakan perlakuan anak-anak kepada dirinya. Namun ada sebuah pesan mendalam yang hendak ia sampaikan melalui video ini yaitu apa yang berlaku atas dirinya saat ini, itu pulalah yang pernah ia perbuat kepada kedua orang tuanya. Dia menyadari bahwa dirinya tidak juga pernah mengistimewakan orang tuanya. Berlakulah ‘hukum karma’ dan itulah yang kita sebut ‘what you give what you get’. Apa yang diberi, itupulalah yang didapat (investasi).
Sungguh kisah semacam ini bukan cerita baru. Ajaran agama pun sudah sangat banyak memberikan peringatan akan hal ini. Lebih-lebih ajaran Islam, bahwa Al-Quran dan Hadits sangat banyak memberikan perhatian bagaimana anak harus memperlakukan orang tua. Banyak sekali, namun sebagian besar dari kita masih abai.
Melalui artikel singkat ini, saya tidak ingin bertausiah tapi ingin sedikit menawarkan perubahan minset bahwa meperlakukan orang tua dengan baik bukan merupakan beban tapi sebagai investasi. Kehidupan modern saat ini pasti suka dengan yang namanya investasi dan menghindari sedapat mungkin apa pun yang tergolong dalam kategori beban atau biaya.
Diakui atau tidak, mengapa kasus di atas terjadi, karena masing-masing dari pelaku merasa semua adalah beban dan pengorbanan sehingga berat untuk dilakukan. Maka mulai hari ini saya ingin mengajak kita semua untuk mengubah pola pikir (melakukan sesuatu kebaikan untuk orang tua itu) dari beban menjadi investasi.
Pertama, investasi waktu. Saya yakin, sebagian besar dari kita terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari sehingga tidak ada waktu untuk sekedar berkomunikasi dengan kedua orang tua (yang orang tuanya masih hidup), atau sekedar mendoakan mereka sehabis shalat lima waktu (bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia). Waktu terlalu berharga, apa lagi untuk berkunjung dan menghabiskan waktu bersama mereka hanya sekedar berbagi cerita atau mendengarkan keluh kesah mereka. Time is money.
Sekarang kita ubah pola pandang ini. Mulai sekarang kita harus melihat waktu yang dihabiskan untuk orang tua itu adalah investasi. Investasi untuk diri kita sendiri. Artinya, semakin banyak dan berkualitas waktu yang dihabiskan bersama orang tua kita, maka nantinya itu pula yang akan kita dapatkan dari anak-anak kita. Secara alamiah, semakin banyak yang diinvestasikan maka akan semakin banyak keuntungan yang ‘dipanen’ pada masanya nanti.
Kedua, investasi materi. Yakinlah bahwa orang tua kita tidak meminta balas budi terhadap apa yang telah mereka berikan. Jikapun mereka meminta balas pastilah seorang anak tidak akan mampu membalasnya. Terlalu besar yang diberikan orang tua terhadap anak. Maka, pola pikir ini juga harus diubah. Ketika kita memberi materi (uang atau harta benda) kepada orang tua, itu bukan dalam rangka balas budi tapi adalah investasi untuk kita sendiri.
Sekali lagi, semakin besar yang kita investasikan di jalan ini, maka itu pulalah yang nanti akan didapat. Bukan pula meminta balas dari anak-anak kita, tetapi yakinlah Allah-lah yang akan memberikannya melalui anak-anak kita sesuai apa yang telah kita investasikan.
Akhirnya, sudah saatnya kita mengubah mindset yang selama ini kita anggap beban untuk memberikan yang terbaik kepada orang tua, menjadi sebuah investasi yang menjanjikan. Dengan pola pikir semacam ini, kita akan ‘memaksa’ diri sendiri untuk menggapai ridhonya orang tua dengan berinvestasi. Siapa yang tidak mau berinvestasi, jangan berharap akan mendapatkan bagian di masa yang akan datang. Ingat, ”Ridha Rabb terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada kemurkaan keduanya.” (Riwayat Ath Thabarani). Semoga bermanfaat. Amin. #BN30418012018
*Akademisi UIN STS Jambi dan Praktisi Mind-Setting Programmer
sumber foto: @tausiahcinta_
Discussion about this post