Oleh: Bahren Nurdin, MA
Ada kutifan populer dari Dee Ward Hock, pendiri Visa Internasional, yang berbunyi “The problem is never how to get new, innovative thoughts into your mind, but how to get old ones out.” Nah, ternyata itulah masalahnya. Bukan bagaimana mamasukkan pemikiran yang baru dan inovatif kedalam kepala anda, tapi bagaimana mengeluarkan mindset-mindset lama yang telah bercokol dengan kuat. Tidak jarang pola pikir (mindset) inilah yang merupakan tembok penghalang bagi banyak orang untuk berkembang. Terjebak masa lalu.
Ada beberapa kondisi masa lalu, baik yang dialami sendiri maupun yang dilihat dari pengalaman orang lain, yang menjadi ‘tembok’ kokoh sehingga ia terpenjara di dalam kerangkeng masa lalu tersebut. Kondisi ini terkadang sangat berbahaya karena dia tidak bisa keluar dan yang dari luar tidak bisa masuk. Ia seolah memiliki dunia sendiri. Untoucable!
Pada ‘stadium’ parah, kondisi semacam ini bahkan bisa membunuh dirinya sendiri. Ada contoh menarik penelitian yang dilakukan terhadap ikan hiu. Hiu dimasukkan ke dalam laboratorium penelitian. Pada jam tertentu peneliti memberikan makan hiu seekor anjing laut. Pola pemberian makan ini berlangsung dalam waktu lama sehingga menjadi kebiasaan. Setelah menjadi kebiasaan, peneliti mencoba melakukan sesuatu yaitu memberi tembok kaca pemisah antara hiu dan makanannya.
Seperti biasa, hiu menyambar makanan yang diberikan. Namun sayang, makanan itu hanya bisa dilihat tapi tidak bisa dimakannya. Dia menyerang terus dan terus sehingga ia terluka parah karena tembok kaca itu terlalu tebal untuk dilawannya. Hiu putus asa. Namun, beberapa waktu kemudian, tembok kaca itu dihilangkan. Apa yang terjadi?
Hiu tersebut tetap tidak mau makan makanan yang disediakan. Begitu dia mendekat ‘tembok’ kaca yang sebenarnya sudah tidak ada lagi itu, ia berbalik arah. ‘Tembok’ kaca itu ternyata masih bercokol dalam benaknya sehingga menghalanginya untuk menyambar makanan di depan matanya. Akhirnya hiu itu mati kelaparan hanya karena ia tidak mampu merobohkan ‘tembok’ mindset di dalam dirinya.
Dipastikan, hal yang sama juga banyak dialami oleh siapa saja dalam hidup ini. Lantas, bagaimana menghancurkan ‘tembok’ masa lalu ini?
Pertama, nikmati perubahan. Ingat, dunia terus berputar membawa segala perubahan. Perubahan itu terjadi bisa dalam kurun waktu hari per hari, atau bahkan detik per detik. Sungguh sangat tidak bijak jika kita menghakimi sesuatu yang terjadi saat ini dengan kondisi yang lalu.
Hari ini tidak akan sama dengan kemaren. Kemaren tidak akan serupa dengan tahun lalu. Lantas jika kita menjadikan barometer kejadian hari ini dengan apa yang terjadi pada waktu lalu, adalah sebuah kesalahan. Contoh nyata, setahun lalu anda bisa berangkat ke kantor dalam waktu tempuh 10 menit. Artinya, berangkat ke kantor cukup 10 menit sebelum waktu ‘check clock’. Jika pola itu masih digunakan hari ini, anda akan telat karena macet tidak sama dengan setahun lalu. Nikmati perubahan!
Kedua, belajar bukan menghindar. Masa lalu itu tempat belajar, bukan untuk menghindar. Belajar itu artinya mampu menentukan mana yang baik dan mana yang tidak elok. Apa-apa yang baik dan masih ‘compatible’ dengan keadaan hari ini silahkan dilanjutkan. Dengan pembelajaran inilah muncul sikap untuk tidak takut mencoba sesuatu yang baru. Jikalah hiu itu sekali saja keluar dari ‘tembok’ masa lalunya dan mencoba, mungkin ia tidak mati kelaparan.
Akhirnya, masa lalu boleh jadi merupakan pelajaran yang berguna atau bahkan sebaliknya menjadi tembok penghadang kehidupan. Agar masa lalu itu tidak menjadi ‘penjara’ mematikan, nikamatilah perubahan dan jadikan guru tempat belajar. Robohkan dan belajarlah! #BNODOC26927092017
*Akademisi UIN STS dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post