Oleh: Bahren Nurdin, MA
Ternyata, setelah saya pelajari dari banyak literature, orang-orang hebat yang namanya dicatat oleh dunia telah lama menghapus kosa kata ‘gagal’ dalam kamus hidup mereka. Kosa kata itu sudah dihilangkan dan tidak mereka gunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Dihapus!
Mari kita ambil contoh salah satu penemu terkenal dunia, Thomas Alva Edison. Sang penerang dunia yang menemukan lampu pijar yang anda gunakan untuk membaca tulisan ini. Kita semua mungkin sudah sangat hafal dengan kutifan berikut ini, “I have not failed 10,000 times. I have not failed once. I have succeeded in proving that those 10,000 ways will not work. When I have eliminated the ways that will not work, I will find the way that will work.” (“Saya tidak gagal 10.000 kali. Saya tidak pernah gagal satu kali pun. Saya sukses membuktikan bahwa ada 10.000 cara yang keliru. Ketika saya telah mengetahui cara-cara yang keliru itu, akhirnya saya menemukan sebuah cara yang benar.”). Itulah proses!
Edison bahkan pernah melayangkan protes kepada sebuah sebuah surat kabar yang memuat kata ‘gagal’ dalam judul pemberitaan atas penemuan ‘lampu pijar’ yang merubah duni tersebut. Coba lihat apa yang diprotes oleh Edison? Penggunaan kosa kata ‘gagal’. Kata ‘gagal’ kemudian digantinya dengan kosa kata ‘sukses’. Nampaknya sepele tapi bagi Edison tentu ini sangat berarti, boleh jadi lebih besar maknanya dari penemuan itu sendiri.
Kata ‘gagal’ dan ‘sukses’ adalah mindset yang sangat mendasar dalam menjalankan hidup ini. Penyebutannya pun sangat berpengaruh pada pola pikir dan pada akhirnya memberikan dampak pada prilaku sehari-hari. Penggunaan kata ‘gagal’ akan menyerang syaraf-syaraf optimisme manusia. Jika kata ini yang digunakan oleh Edison, saya berkeyakinan dia tidak akan pernah menemukan lampu pijar tersebut. Dia sudah ‘gagal’ pada percobaan pertama dan ‘give up’. Maka, kata ‘gagal’ akan membuat seseorang putus asa dan berhenti berusaha.
Itulah mengapa Edison protes keras dan menggantikan kata ‘gagal’ dengan kalimat yang menggambarkan optimisme besar, ‘I have succeeded in proving that those 10,000 ways will not work’. Sukses menemukan 10.000 cara yang keliru. Bukan penemuannya yang salah, bukan penelitiannya yang tidak benar, bukan pula faktor-faktor lain yang tidak berpihak, tapi hanya ‘belum menemukan cara yang tepat’.
Dengan kalimat ‘belum menemukan cara yang tepat’ maka ia akan terus berusaha mencari cari lain agar menemukan yang benar. Keyakinan yang ada dalam benaknya adalah pasti ada cara (lain) untuk mencapai apa yang ia inginkan. Sangat berbeda jika yang digunakan adalah kata ‘gagal’. Kata ‘gagal’ akan membuat otak berhenti berkerja. Mentok!
Jika begitu, salah satu tugas besar kita saat ini adalah ‘menghapus’ kosa kata ‘gagal’ dalam kamus kehidupan.
Ada begitu banyak cara yang dapat dilakukan. Salah satu kata pentingnya adalah ‘belajar’ dan terus belajar. Jika diibaratkan naik tangga, maka Edison baru menemukan lampu pijar di tangga yang ke sepuluh seribu. Pertanyaannya, bisakah ia mencapai tangga setinggi itu jika tidak ada anak tangga sebelumnya? Itu artinya, anak tangga ke seribu sama pentingnya dengan anak tangga yang ke satu, ke seratus, ke dua ratus satu, dan seterusnya. Tidak ada satu pun ditemukan kegagalan di sana, yang ada adalah sejumlah ‘cara’ untuk terus naik dan berkembang.
Anak tangga ke satu dipelajari sedemikian rupa untuk bisa menciptakan tangga ke dua. Tangga ke dua dipelajari lagi untuk mengagapai tangga selanjutnya. Begitulah tabi’atnya orang-orang sukses. Kata kuncinya adalah ‘belajar’. Apa yang baik di tangga ke satu digunakan untuk dijadikan ‘guru’ mencapai tangga selanjutnya.
Dalam banyak seminar saya sampaikan bahwa orang-rang sukses di muka bumi ini selalu saja kelebihan satu ‘cara’. Dan sebaliknya, para pecundang lebih mendewakan ‘alasan’. Pertanyaannya pun berbeda. Orang suskses selalu bertanya ‘bagaimana lagi ya?’, sementara para pesimis sibuk mencari alasan atau pihak lain yang pantas untuk disalahkan, ‘ini salah siapa ya?’.
Akhirnya, kata-kata yang terucap dan tertanam dalam benak kita ternayata sangat berkontribusi dalam menentukan arah dan jalan hidup yang dijalani. Hanya dengan menghapus kata ‘gagal’ dalam kamus penelitiannya, Edison menjadi tokoh dunia yang tak terlupakan. Karyanya menerangi dunia. Melalui tulisan ini, saya mengajak kita semua untuk menghapus kosa kata ‘gagal’ dalam kamus keseharian yang kita lalui. Deleted!
#BN13415052017
*Akademisi dan Praktisi Master Minds-Setting Programming Jambi.
Discussion about this post