Oleh: Bahren Nurdin, MA
Di awal abad ke 20 kita mengenal tes kecerdasan atau apa yang sering kita sebut dengan IQ (intelligent Quotient) yang dirancang oleh Alfred Binet. Tapi sayangnya banyak yang salah memahami tujuan dari tes ini. Tujuan dasar akan tes ini bukan untuk melakukan ‘standarisasi’ tapi untuk mengetahui ‘perbedaan’ pada diri manusia. Kita diciptakan oleh Allah dengan milyaran keunikan. Manusia itu unik. Lihat saja kekayaan Allah melalui sidik jari. Ada milyaran manusia di muka bumi ini, Allah ciptakan perbedaan hanya melalui sebongkah permukaan ibu jari. Tidak ada yang sama!
Setiap manusia sudah dibekali kemampuan masing-masing. Jika dilihat dari hasil tes IQ maka yang paling umum kita dapatkan angka-angka seperti ini; 70-79 (rendah atau keterbelakangan mental); 80-90 (rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal); 91-110 (normal atau rata-rata); 111- 120 (tinggi dalam kategori normal (Bright Normal); 120 “ 130 (superior); 131 atau lebih (sangat superior atau jenius). Perlukah anda mengetahui angka yang dimiliki? Menurut saya sangat perlu.
Suatu waktu saya melakukan tes IQ. Ternyata, saya berada pada angka normal atau rata-rata. Itu artinya saya tidak cerdas. Salah satu manfaat yang saya rasakan ketika kuliah. Saya punya teman yang sangat cerdas di kelas. Nyaris tidak ada pelajaran yang disampaikan dosen di kelas yang tidak ia serap. Semua dia pahami dengan sangat sempurna. Ujian paling cepat keluar. Buku-buku yang diwajibkan dosen dengan mudah ia kuasai. Sekali baca, negerti. Sedangkan saya, berkali-kali. Bayangkan apa yang terjadi ketika saya berkata “Ah, kan dia juga bacanya cuma sekali. Saya sekali jugalah!”. Yakinlah, dia dapat A, dan saya dapat A-pes!
Dengan mengetahui kemampuan saya, maka saya kemudian sadar diri. Untuk mendapat nilai yang sama dengan teman-teman yang lebih cerdas, saya harus melipat gandakan usaha. Dia sekali baca dapat A, saya harusnya 10 atau lebih. Itulah pentingnya mengetahui potensi diri.
Ya, hal pertama yang harus kita ketahui adalah potensi yang kita miliki alias tau diri. Apa saja kelemahan dan kelebihan yang kita miliki. Masing-masing orang memiliki kekurangan dan kehebatan. Boleh jadi lemah di satu bidang tapi kuat di bidang lain. Maka, kesalahan terbesar adalah ketika seseorang mencoba menyamakan dirinya dengan diri orang lain, atau memaksa orang lain sama dengan dirinya.
Jadi, harus dipahami bahwa mengetahui kecedasan (tes IQ) bukan untuk berbagga diri jika IQ tinggi atau menjadi rendah diri jika IQ ‘jongkok’, tapi untuk menentukan nilai kerja (keras) yang harus dilakukan untuk mencapai kesuksesan. Teman saya yang IQ tinggi tersebut ternyata juga memiliki ‘kelebihan’ malas tingkat dewa. Dengan menyadari saya tidak pintar, maka saya belajar lebih keras dari apa yang ia lakukan. Alhamdulillah, saya duluan menghadapi para ‘hakim’ skripsi di meja hijau. Saya wisuda duluan, hehe.
Maka Robert Stenberg, Sang guru inteligensi mutakhir, merumuskan bahwa bukanlah kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang yang akan menjadi penentu kesuksesan dirinya, tetapi usaha keras dengan goal setting yang jelas. Sehingga Alfred Binet juga pernah mengatakan “orang yang paling cerdas pada awalnya tidak selalu yang paling cerdas pada akhirnya” (Dweck, 2016).
Dalam seminar-seminar motivasi saya merumuskannya “Sukses itu bukan bakat, tapi tekad”. Banyak orang yang memiliki bakat menyanyi yang luar biasa, tapi karena ia tidak menyadari bakat tersebut dan tidak pernah memiliki tekad yang kuat untuk menjadi seorang penyanyi, maka ia tidak pernah dikenal sebagai penyanyi. Tapi sebaliknya, banyak orang yang tidak memiliki bakat apa pun, dengan tekad yang keras dengan usaha yang membaja, maka ia akan mengharumkan dirinya dengan apa yang hendak yang ia capai.
Akhirnya, kita memang berbeda. Itu ‘sunnatullah’, kehendak Tuhan Semesta. Tidak perlu memakaikan baju anda pada orang lain atau mengenakan baju orang lain pada tubuh anda. Kenali diri dan potensi diri, dan melejitlah dengan itu semua. Selamat dan sukses untuk kita semua.
#BNODOC12102052017
*Akademisi dan Praktisi Hypno-Motivation (Mind-setting Programmer) Jambi
Discussion about this post