Oleh: Bahren Nurdin, MA
Apakah anda punya musuh? Seharusnya tidak. Permusuhan tidak akan mendatangkan apa pun kepada hidup dan diri kecuali ketidaktenangan dan kehancuran. Hati yang dipenuhi oleh permusuhan akan sulit menerima kebenaran dan hal-hal positif dalam hidup. Jika sudah begitu, hidup akan terasa berat dan sempit. Ketakutan-ketakutan selalu saja menghantui setiap saat. Pada level parah, setiap orang dianggap musuh (paranoid). Paranoid itu semacam penyakit mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Bahaya!
Belum lagi bicara jalan rezeki. Bukankah rezeki yang datang dari Allah itu melalui orang lain? Itu artinya, jika kita memiliki satu musuh, maka tertutuplah satu pintu rezeki. Bayangkan saja kalau semua orang sudah dianggap musuh, tertutuplah semua pintu yang harusnya dilewati rezeki. Pepatah kuno mengatakan, ‘seribu teman kurang, satu musuh terlalu banyak’.
Kesimpulannya, kita tidak boleh memiliki musuh dalam bentuk apa pun dan di mana pun. Namun demikian, terkadang kita memang tidak mencari musuh, tapi ada orang-orang yang sengaja menciptakan permusuhan dengan kita. Permusuhan itu datang dari orang lain.
Rasanya kita tidak mau menyakiti siapa pun. Segala tindakan sudah dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak menyinggung dan mengganggu orang lain. Semua ucapan baik lisan maupun tulisan melalu media sosial sudah sangat teliti dan awas. Menjalin hubungan dengan cara-cara yang wajar dengan mempertimbangkan norma-norma kesantunan. Namun masih saja permusuhan itu datang tak diundang.
Lantas bangaimana menaklukkan para pemusuh itu dengan jitu? Saya yakin sebagian besar dari kita adalah dengan melakukan perlawanan balik. Atas nama harga diri, atas nama penegakan kebenaran, atas nama mendidik, dan atas nama yang lainnya, kita akan melakukan serangan balik. Permusuhan akan dibalas dengan perseteruan. Pada akhirnya tepuk dada tanya selera, ‘siapa yang labih hebat?’.
Ternyata, ini adalah sebuah pola pikir (mindset) yang salah. Coba buktikan di tengah masyrakat. Carilah, jika ada sebuah permusuhan yang benar-benar selesai dengan baik melalui sebuah perseteruan. Tidak ada. Permusuhan yang dilawan dengan permusuhan dipastikan akan menciptakan konflik berkepanjangan. Tidak akan pernah selesai. Tiak akan pernah. Kalau pun ada yang merasa menang, itu pasti salah satu pihak. Itu pun kemanangan semu dengan kehilangan satu pertemanan.
Senjata utama untuk menaklukkan musuh itu ternyata adalah dengan menjadikannya teman. Tidak ada cara yang lebih ampuh dari ini. Tentu cara ini tidak mudah. Dipastikan cara ini jauh lebih sulit dari melakukan konfrontasi.
Menaklukkan musuh dengan menjadikannya teman memiliki tantangan besar yaitu melawan diri sendiri. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah berhasil menaklukkan dirinya sendiri sebelum ia mampu menaklukkan musuhnya. Dan, itu tidak mudah. Hal utama yang dapat dilakukan terlebih dahulu adalah dengan merubah mindset di dalam diri.
Ubahlah sudut pandang bahwa pemenang sejati itu bukan yang berhasil membalas permusuhan dengan dendam tak berkesudahan, tapi adalah mereka yang mampu menjadikan musuhnya ‘bertekuk lutut’ atas kebaikan-kebaikan yang ia berikan. Sampai-sampai Sang Musuh tidak lagi punya celah untuk melihat keburukan dirinya karena sudah dianggap temannya sendiri.
Akhirnya, musuh itu tidak ada jika anda mampu menempatkan semua orang sebagai teman, tapi pertemanan tidak akan pernah tercipta jika anda lihat semua orang adalah musuh. Semuanya hanya berada pada sudut pandang (mindset) yang anda miliki. Maka cara jitu untuk menaklukkan musuh-musuh anda saat ini adalah dengan menempatkan mereka sebagai teman baik. #BNODOC27806102017
*Akademisi UIN STS dan Pengamat Sosial Jambi. Praktisi Hypno – Mind-Setting Programming.
Discussion about this post