Oleh: Bahren Nurdin, MA
Anda pasti tahu judul di atas pertanyaan siapa. Setiap saat anda ditanya dengan pertanyaan tersebut. Ya, anda benar. Itu adalah pertanyaan Facebook terhadap penggunanya. Dan, setiap saat pula anda menjawabnya dengan suka rela. Tidak pernah marah walaupun ditanya terus dan terus. Barusan dijawab, ditanya lagi. Bayangkan jika pertanyaan itu ditanyakan oleh anak anda setiap saat, pasti anda sudah marah-marah. Gak adil, hehehe.
Manarik juga. Masalahnya sederhana, mengapa pertanyaannya ‘apa yang anda PIKIRKAN sekarang?’ bukan ‘apa yang anda LAKUKAN sekarang?’. Ada yang bisa jawab? Pasti anda tidak berpikir sejauh itu, yang penting tulis saja, yang penting update status, dan eksis terus. Itulah tabi’at sebagian besar dari kita. Tidak ambil peduli terhadap apa yang kita pikirkan dan lakukan. Pokoknya, orang update status Facebook, kita juga.
Saya rasa, Facebook membuat pertanyaan itu bukan tidak ada tujuan. Bukan pula asal bertanya saja. Lihat kata-kata bijak berikut ini, “Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu. Jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu, karena akan membentuk karaktermu” (Wim Kadaryono).
Tidak main-main, ternyata semua berawal dari apa yang anda pikirkan. Jadi secara tidak langsung, pertanyaan ‘apa yang anda pikirkan’ adalah cara yang paling efektif untuk mengungkap banyak hal tentang siapa diri anda sebenarnya. Dari pikiran itu kemudian diketahui apa saja kata-kata yang anda gunakan dalam berkomunikasi, apa saja perbuatan-perbuatan anda, sehingga tercermin dengan jelas apa kebiasaan dan bahkan karakter anda.
Maka itulah kemudian kita sering mendengar istilah, “you are what you think’ (anda adalah apa yang anda pikirkan).
Jika demikian, disadari atau tidak, Facebook telah menjadi panggung besar untuk mempertontonkan diri anda ke depan publik. Facebook telah ‘menelanjangi’ anda sehingga membuka diri seluas-luas untuk diketahui oleh orang banyak.
Saya sering sampaikan dalam berbagai kesempatan seminar, saat ini tidak susah untuk mengetahui watak atau sifat seseorang. Cukup kunjungi Facebook-nya (atau media sosial lainnya) dan pelajari paling tidak tiga bulan terakhir. Lihatlah apa saja yang ia perbuat. Perhatikan apa kata-kata yang ia tuliskan, yang ia update, yang ia share, yang ia tonton, dan sebagainya. Seluruh aktivitas itu adalah refleksi dari apa yang ia pikirkan. Dan, itulah dirinya!
Tapi orang bisa saja berpura-pura. Betul, artinya apa yang ia tampilkan di media sosialnya seperti Facebook tidak seutuhnya menampilkan dirinya. Jika itu yang terjadi, kemungkinannya cuma dua; akun bodong atau pencitraan. Akun-akun palsu memang tidak akan menampilkan identitas aslinya. Namanya juga abal-abal. Begitu juga dengan Facebook yang memang dari awal telah dipersiapkan untuk kepentingan sesuatu seperti pencitraan di dunia politik. Bisa saja semua penuh manipulasi. Apa yang menjadi bahasan artikel ini adalah Facebook pribadi yang ia lakukan sendiri segala aktivitas bermedia sosial itu.
Akhirnya, sadarkah anda bahwa ternyata selama ini apa pun aktivitas anda di Facebook adalah cerminan diri anda seutuhnya. Apa pun yang anda lakukan adalah turunan dari apa yang anda pikirkan. Apa yang sedang anda pikirkan itulah diri anda. Facebook sudah dengan cerdas mengungkap jati diri anda. Katakan, “Thank you, Bro Zuck”. Hehehe. #BNODOC27402102017
*Akademisi UIN STS dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post