Beberapa hari lalu saya diminta menjadi narasumber di Jambi TV dalam program diskusi ‘Kupas Abiss’ dengan tema ‘Menggugat Hasil Survey’. Tema ini diangkat dalam konteks Pemilihan Gubernur Jambi 2020 mendatang. Salah satu lembaga survey pada tanggal 5 Desember 2019 lalu merilis posisi para bakal calon yang muncul kepermukaan.
Dalam hal populeritas dan elektabilitas misalnya, beberapa nama menempati posisi puncak dan banyak pula yang ‘dilempar’ ke bawah. Hasil survey ini kemudian menjadi perbincangan hangat di media mainstream, media social dan masyarakat luas. Framing, pro-kontra, justifikasi, pembentukan opini, dll terjadi sebagai respon. Sah-sah saja!
Pandangan saya, apa pun bentuk response itu adalah bentuk kepedulian mereka terhadap isu yang berkembang. Itulah cara mereka untuk menunjukkan kepedulian yang dimiliki. Keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemikiran, kritik, saran, perdebatan, dll harus dilihat sebagai suatu sumbangan besar untuk pendewasaan demokrasi negeri ini.
Lantas, bagaimana sesungguhnya ‘menggugat’ hasil survey? Di awal acara ini saya tegaskan, cara terbaik untuk menggugat sebuah hasil survey adalah dengan mengadakan survey lagi. Memperdebatkan metodologi, sampling, responden, dan sejenisnya tidak akan ada habisnya. Lembaga survey dipastikan memiliki hak untuk menentukan hal-hal semacam ini dengan pertimbangan sendiri.
Bagaimana jika suatu lembaga survey melakukannya dengan mengabaikan kaedah-kaedah akademis sehingga hasilnya bias atau bahkan tidak valid? Saya tegaskan pula, lembaga survey yang ‘abal-abal’ akan terseleksi oleh ‘alam’. Coba lihat ada berapa banyak lembaga survey yang ‘dicibir’ oleh masyarakat karena terlalu sering menerima ‘survei pesanan’.
Roh sebuah lebaga survey itu adalah trust (kepercayaan) dari masyarakat. Kepercayaan itu dibangun dengan memberikan data-data yang valid dan tidak bias kepentingan. Aturan-aturan akademiknya harus dijalankan secara bertanggung jawab dan etis. Jika beberapa kali saja merilis data yang ‘tidak sesuai’ maka hilanglah kepercayaan masyarakat dan biasanya juga akan hilang namanya. Jadi biarkan saja alam yang menyeleksinya.
Untuk menanggapi sebuah hasil survey dengan cerdas, ada dua hal tugas masyarakat; mampu membaca dan pandai memanfaatkan hasil survey yang dirilis.
Pertama, mampu membaca hasil suvey. Penting sekali buat masyarakat untuk mampu membaca angka-angka yang disodorkan para lembaga survey baik dalam bentuk angka-angka statsitik maupun deskriptif. Dalam konteks pilkada misalnya, kemampuan membaca hasil survey ini dalah salah satu cara untuk memahami dinamika politik yang sedang berkembang.
Bagaimana pun hasil survey tersebut adalah salah satu bagian penting dalam pembacaan pergerakan dan pembentukan opini public. Kecerdasan yang dimaksud, masyarakat dapat melihat secara cermat antara data dan fakta. Data adalah apa yang disuguhkan hasil survey dan fakta adalah apa-apa yang terjadi di lapangan. Kecerdasan ini akan memberikan pendidikan politik yang baik untuk demokrasi.
Kedua, pandai memanfaatkan hasil survey. Seharusnya para bakal calon dan tim sukses semakin senang jika semakin banyak lembaga survey yang merilis hasil mereka. Apa pun hasilnya harus dilihat secara positif. Jika salah satu lembaga survey menunjukkan angka kecil untuk calon yang diusung, maka akan menjadi motivasi untuk mengevaluasi bahkan mengubah strategi agar bisa dinaikkan. Begitu juga yang merasa hasilnya bagus untuk dipertahankan atau ditingkatkan.
Itu artinya, semakin banyak lembaga survey yang merilis data mereka semakin baik untuk demokrasi bangsa ini. Dengan survey ini pula masyarakat akan semakin terbiasa berdiskusi dengan angka-angka dan data.
Akhirnya, dua hal penting untuk ‘menggugat’ hasil survey adalah pahami dan manfaatkan secara positif. Masyarakat sudah harus semakin cerdas dalam membaca data dan melihat fakta. Jika ada lembaga survey yang ‘abal-abal’, biarkan saja karena ia akan tersingkirkan dengan sendirinya. Masyarakat pun akan semakin cerdas menilai, mana yang pesanan mana yang benar-benar objektif
Penulis: Bahren Nurdin (Akademisi UIN STS Jambi)
Sumber foto: https://geologi.co.id/
Discussion about this post