Ada begitu banyak platform yang bisa digunakan untuk mendukung proses belajar-mengajar di kampus, baik yang disediakan oleh kampus sendiri maupun yang tersedia di ‘alam maya’; berbayar maupun gratisan. Banyak pula kampus yang menyedian systemnya sendiri.
Membangun sebuah platform e-learnging memang tidak semudah membalikkan telapak tangan; Simsalabim. Diperlukan keseriusan dan profesionalisme sumberdaya. Dibutuhkan anggaran dan infrastruktur yang memadai. Namun, jika platform e-learning yang disediakan kampus masih belum bisa maksimal digunakan karena berbagai kendala, maka dosen harus pula dituntut berikhtiar maksimal agar mahasiswa tidak terabaikan. Oke-lah, semua butuh proses.
Bagi saya, penggunaan e-learning sebenarnya tidak terlalu baru. Di kampus saya, jika tidak salah di tahun 2013 sudah digaungkan untuk menggunakan elearning. Bahkan, saya pernah mendapat pernghargaan dari kampus sebagai dosen paling aktif menggunakan e-learning dan dijadikan dosen model penerapan elearning di tahun 2016. Namun kemudian karena berbagai kendala, elearning kampus mengalami perubahan sampai kemudian kemunculan Covid 19.
Kedatangan wabah Covid 19, elearning kembali bergema. Dosen dan mahasiswa tidak bisa melaksanakan kuliah tatap muka. Semua proses perkuliahan dilakukan secara virtual.
Awal-awal kemunculan covid 19 kampus sibuk menyiapkan platform elearning. Perkuliahan tetap harus berlangsung. Beberapa platform kemudian saya coba. Sebut saja edmodo, google classroom, Google form, Zoom, TeamLink, dan lain sebagainya. Saya mencari media pembelajaran online yang paling efektif dan efesien; mudah juga murah. Dua kata ini memang menjadi pertimbangan utama saya karena ada beberapa platform yang bagus tapi mahal. Minsalnya menyedot pulsa atau paket internet yang besar.
Mudah artinya semua orang bisa mengakses dan memiliki platformnya. Murah artinya tidak diperlukan biaya yang terlalu mahal. Modal paket internet sedikit, sudah bisa ikut kuliah. Saya tahu persis bahwa tidak semua mahasiswa memiliki biaya yang cukup untuk membeli kuota internet. Bahkan ketika saya survey, sebagian besar mahasiswa saya mengeluhkan mahalnya kuota dan susahnya signal. Mereka yang tinggal di pelosok, kesulitan mendapatkan akses internet.
Tapi memang harus diingat bahwa tidak ada satu platform yang sempurna. Pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Tapi buat saya, yang penting tujuan-tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan untuk memanfaatkan Whatsaap Group sebagai salah satu alternative media perkuliahan daring. Berikut ini saya buat cara dan alasannya:
Mengapa Voice Note memenuhi kriteria mudah dan murah?
1. Setiap mahasiswa dipastikan memiliki WA
2. WA tidak memerlukan kuota yang mahal.
3. Tidak memerlukan signal yang tinggi. Signal pas-pasan sudah bisa akses WA
4. VN bisa tersimpan di grup dan boleh diakses kapan saja. Artinya, jika ada mahasiswa yang tidak bisa mengikuti kuliah saat itu, dia masih bisa akses kemudian.
5. VN bisa disimpan di dokumen mereka. Artinya, masih bisa mereka ulang-ulang kapan pun mereka mau.
6. Bisa mengirim berbagai media pembelajaran seperti video, pdf, ppt, dll
7. Bisa interaktif dengan mahasiswa
8. dll
Caranya juga mudah:
1. Buat grup WA matakuliah tertentu.
2. Seluruh mahasiswa yang mengambil matakuliah tersebut harus berada di dalam grup
3. Sesuai jadwal, beritahu mahasiswa bahwa kuliah akan dimulai.
4. Manfaatkan feature yang ada di grup tersebut: teks (nulis pesan), lampiran (foto, audio, dokumen, dll), voice note (gambar mike warnah hijau).
5. Minta mahasiwa untuk absen. Sebelumnya beritahu mahasiswa untuk menulis nama asli mereka di profil masing-masing. Jadi ketika mereka absen, harus sesuai nama di profile dengan nama yang ditulis di list. Perhatikan satu per satu.
6. Share dokumen (ppt atau pdf) untuk bahasan pertemuan itu saja; 3 atau 4 slides.
7. Minta mahasiswa untuk membaca secara seksama.
8. Gunakan Voice Note untuk menjelaskan slide-slide tersebut. (jangan terlalu lama agar tidak terlalu berat. Cukup 3 sampai 5 menit) untuk 1 VN.
9. Setelah selesai, minta mahasiswa untuk diskusi (jika mau diskusi).
10. Selsai.
Kesimpulan, ada begitu banyak platform yang bisa digunakan untuk melakukan perkuliahan daring. Tidak ada platform yang sempurna dan selalu ada kekurangan dan kelebihan. Membangun sebuah platform juga memerlukan keseriusan dan sumberdaya manusia dan anggaran yang memadai. Jika harus memilih, saya jadikan WA Grup sebagai salah satu alternatif dengan alasan-alasan di atas. Semoga bermanfaat.
*Ditulis oleh: Bahren Nurdin (Akademisi UIN STS Jambi)
Foto: https://sevima.com/
Discussion about this post