(Orasi Singkat Peringatan HUT RI Ke 36 PPI UKM)
Oleh: Bahren B. Nurdin
Diawali dengan lagu kebangsaan Indonesia.
INDONESIA RAYA
Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru “Indonesia Bersatu.”
Hiduplah tanahku, Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya.
Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Reff:
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, Negriku yang kucinta.
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, Negriku yang kucinta.
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.
Asslamu’alaikum Wr Wb.
Kawan-kawan sebangsa dan setanah air. Izinkan saya menyampaikan orasi singkat ini.
Ketika kita bangun pagi tadi:
Sadarkah bahwa tanah yang kita pijak bukan bumi bangsa kita?
Udara yang kita hirup bukan udara negeri kita?
Air yang kita minum bukan air dari tanah bumi kita?
Semut yang berjalan di atas meja mekan kita, bukan semut negri kita?
Nyamuk yang menghisap darah kita, bukan nyamuk negri kita?
Nasi yang kita makan bukan padi yang tumbuh di negeri kita?
Sadarkah kita….?
Ketika kita sadar itu semua, maka barulah kita tahu saat ini kita sedang terpisah dari ibu pertiwi. Ibu pertiwi yang telah memberi tempat untuk kita dilahirkan. Memberi kesempatan untuk menghirup nafas pertama. Memupuk dan membesarkan kita. Tempat pertama kita mengenal huruf dan angka. Tampat pertama kita tertawa dan menangis. Darah dan air mata telah pula kita tumpahkan di bumi nan jauh di sana. Indonesia ku…
“Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru “Indonesia bersatu.”
Merdekaa…! Merdekaa….! Merdekaaa….!
“Marilah kita berseru “Indonesia Bersatu”. Rasanya merinding bulu roma menyenandungkan kalimat ini. Batapa saat ini “bersatu” menjadi barang langka yang mahal. Bersatu menjadi momok ditengah banyaknya perkumpulan-perkumpulan, partai politik, dan organisasi yang memakai nama “persatuan” termasuk Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Tapi terkadang kita lupa bahwa kata persatuan tidak sama dengan makna persatuan.
Kawan-kawan sebangsa dan setanah air…
Sudahkah kita bersatu di tanah Melayu ini? Jangan anda melihat orang yang ada disebelah anda saat ini. Jangan tanyakan apa pun kepada mereka. Tapi coba lihat ke dalam diri kita sendiri. Bertanyalah, apakah darah yang mengalir saat ini adalah darah yang panas akan persatuan, atau darah saparatisme (dalam makna luas)? Nafas yang kini terhempas dihadapan teman kita adalah nafas persaudaraan, atau nafas busuk perpecahan, pertentangan, perselisihan? Pandangan yang kini kita berikan, adalah tatap teduh kasih sayang? Atau tatapan kebencian dendam kesumat? Senyum yang tersungging dibibir adalah senyum ikhlas persaudaraan, atau hanya senyum penghinaan?
Kawan-kawan yang saya cintai…
Kini kita perpijak di bumi yang bukan milik kita. Kita tidak di dalam pelukan bumi pertiwi. Lautan, gunung, dan hutan belantara memisahkan kita dari pangkuan ibu yang telah melahirkan kita. Tapi kita harus ingat bahwa kita dilepas untuk mengabdi. Dilepas untuk berbudi. Dilepas untuk kembali. Bukan terlepas membubung tinggi lupa bumi. Kita adalah butiran-butiran kecil anak negeri yang sedang dinanti.
Saudara-saudaraku…
Ketika kita tersadar bahwa kita adalah butiran-butiran kecil, maka pada saat yang sama mengetahui pula bahwa kita akan sangat mudah berterbangan di tiup angin. Terhempas, tercerai berai, tersesat, terhina, terjajah dan tak berharga. Maka dari itu saudara-saudaku semua, butiran-butiran kecil ini harus bersatu padu menjadi besar. Besar menjadi tembok untuk melindungi. Rindang menjadi atap untuk menaungi. Kokoh untuk dijadikan pegangan. Indah untuk menghibur hari. Besar untuk dilihat. Besar untuk dihargai. Di momentum yang sangat baik ini, dengan semangat juang darah dan pengorbanan para pahlawan kita, mari kita kita kuatkan semangat perjuangan dan memperat barisan Persatuan Pelajar Indonesia.
Hiduplah tanahku, Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya.
Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Yel-yel…(teriakkan)
Indonesiaaa……. MERDEKA..! (3 x)
PPI….. BERSATU…!
PPI….. MAJU…!
PPI…. YES….!
Teriring doa untuk kita semua. Mohon maaf atas segala kekuarangan dan terima kasih atas segala perhatiannya.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
INDONESIA RAYA (versi 3 stanza)
Bait 1:
Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru “Indonesia bersatu.”
Hiduplah tanahku, Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya.
Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Reff:
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku yang kucinta.
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku yang kucinta.
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.
Bait 2:
Indonesia! Tanah yang mulia, Tanah kita yang kaya.
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya.
Indonesia, Tanah pusaka, Pusaka kita semuanya.
Marilah kita mendoa, “Indonesia Bahagia!”
Suburlah Tanahnya, Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya semuanya.
Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya.
Untuk Indonesia Raya.
disambung dengan reff
Bait 3:
Indonesia! Tanah yang suci, Tanah kita yang sakti.
Disanalah aku berdiri menjaga ibu sejati.
Indonesia! Tanah berseri, Tanah yang aku sayangi.
Marilah kita berjanji: “Indonesia Abadi!”
Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah Putranya,
Pulaunya, Lautnya semuanya.
Majulah Negrinya, Majulah Pandunya.
Untuk Indonesia Raya.
disambung dengan reff
Discussion about this post