Jika dicermati jalan hidup anda saat ini, saya yakin lebih dari separoh keputusan-keputusan yang dibuat adalah keputusan yang salah dan anda tidak menyukainya. Tidak suka tapi harus dijalani. Ya kan? Selanjutnya anda beranda-andai waktu bisa diputar kembali. Memulai lagi apa yang ‘salah’ tersebut. Tapi, sungguh tidak bisa.
Apa yang paling jauh dalam hidup ini? Masa lalu, kata Imam al-Ghazali. Waktu satu detik yang baru saja terlewati tidak akan pernah bisa dijemput kembali. Ia telah berlalu untuk selamanya.
Tinggallah anda hidup dengan ‘menikmati’ apa yang sesungguhnya tidak nikmat. Menghadapi fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya tidak anda inginkan, tapi keputusan sudah diambil dan harus dilakoni. Lihat saja, dari persoalan pekerjaan, pasangan hidup, pendidikan, sampai pada hal-hal remeh temeh keseharian. “Wah, kalo lewat sana mungkin gak macet”. Tapi faktanya saat ini menikmati macet dari keputusan anda sendiri memilih jalan ini.
Menghadapi hal-hal semacam ini tidak mudah, tapi pasti bisa asal tahu caranya. Salah satu konsep dasar yang dapat diterapkan adalah ‘Nothing happens without reasons’ (tidak ada satu kejadian tanpa alasan). Kejadian terburuk sekali pun, pasti ada alasan mengapa kejadian itu berlaku.
Alasan apa? Asalan dari Allah. Dapat dipastikan, melalui kejadian-kejadian itulah Allah letakkan alasan-alasan terbaik untuk diri anda. Yakinlah Allah pasti menginginkan hal terbaik untuk anda. Segala sesuatu yang datang dari Allah pasti yang terbaik. Dipastikan ada berjuta alasan terbaik yang Allah sembunyikan dari peristiwa yang dialami.
Akan tetapi, alasan-alasan itu tidak serta merta dapat diterima dan difahami. Diperlukan pemahaman mendalam. Anda pasti pernah mendengar cerita tentang seseorang yang begitu murka karena ketinggalan pesawat terbang untuk urusan bisnisnya.
Ada serentetan peristiwa yang membuatnya begitu marah pagi itu. Sopirnya datang terlambat. Mobil mewahnya tiba-tiba tidak mau distarter. Taksi yang ia tumpangi mogok. Sigkat cerita, sesampai di bandara ia telah terlambat dan ketinggalan pesawat. Marah pada semua orang karena ia baru saja kehilangan kerjasama dengan nilai kontrak milyaran rupiah.
Akan tetapi, di perjalanan pulang, ia dikabari bahwa pesawat yang seharusnya ia tumpangi mengalami kecelakaan. Artinya, kalaulah dia tidak terlambat, ia pastilah salah satu korban kecelakaan pesawat tersebut. Ia kemudian bersyukur kepada Allah karena baru saja diselamatkan dari mala petaka. Kemarahan yang begitu besar berubah menjadi syukur yang begitu mendalam.
Jika begitu, apa tugas utama kita ketika menghadapi situasi-situasi sulit dalam hidup ini? Mencari alasan yang Allah sembunyikan dari semua itu. Jangan lihat kejadiannya tapi lihatlah pesan di balik kejadian tersebut. Jangan pula menyalahkan orang lain atas kejadian itu. Yakinlah, orang lain hanyalah perentara yang dimanfaatkan Allah untuk menyampaikan pesanNya. Jadi tidak perlu marah kepada orang lain atau keadaan, tapi belajarlah mencari jawaban ‘mengapa’ dari kejadian itu.
Tapi juga harus diingat, semua memerlukan proses. Terkadang pesan-pesan itu Allah sembunyikan jawabannya dalam waktu singkat atau untuk waktu yang lama. Setelah beberapa tahun kemudian anda baru menemukan jawaban yang terbaik dari Allah tersebut. Nantinya anda akan berkata, “Dengan kejadian beberapa tahun lalu, saya sekarang jadi lebih baik seperti saat ini”. Diperlukan proses dan kesabaran.
Ya, kata kuncinya adalah kesabaran untuk menjalani proses dan menemukan alasan terbaik itu. Ini yang tidak mudah. Sabar itu mudah diucapkan tapi sulit untuk dijalani. Bagaimana mungkin dalam situasi tersulit anda diminta bersabar. Maka, mereka yang mampu bersabar dan menjalani porosenya asalah orang-orang yang kuat dan memiliki mental yang kokoh. Mereka yang lemah akan kalah.
Akhirnya, beranilah untuk berkata ‘pasti ada hal terbaik yang Allah inginkan dari kejadian ini’. Konsep dasar ‘nothing happens without reasons’ untuk memastikan anda tidak pernah menyesali segala yang terjadi dalam hidup ini. Temukanlah sejuta alasan yang sedang disembunyakan Allah. Kejadian terburuk sekali pun, pasti Allah inginkan yang terbaik untuk anda. Yakinlah!
Ditulis oleh: Bahren Nurdin (Dosen UIN STS Jambi dan Mind-Provocator)
Discussion about this post