Hubungan Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan akronim Humas merupakan salah satu bagian penting yang tak terpisahkan dalam system birokrasi sebuah lembaga atau institusi, tidak terkecuali IAIN STS Jambi. Bagian ini merupakan ‘corong’ penyampai berita dan informasi yang terjadi di dalam lingkungan institusi kepada khalayak publik. Hari ini Humas juga juga dikenal dengan sebutan Public Relation (PR).
Secara teroritis, pakar PR, Edward L. Bernay, menyebutkan beberapa peran dan fungsi humas diantaranya, a) Memberikan penerangan pada masyarakat; b) Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung; c) Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan / lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. Tentu saja masih banyak lagi peran penting keberadaan humas atau PR dalam sebuah lembaga.
Menyangkut hal inilah, melalui tulisan singkat ini saya ingin menyampaikan sebuah paradigma baru menyangkut pelaksanaan kehumasan yang ada di IAIN STS Jambi saat ini. Tulisan ini pun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan Pelatihan Peningkatan Peran Kehumasan IAIN STS Jambi yang dilaksanakan baru-baru ini oleh Bagian Humas IAIN STS Jambi. Lantas apa yang lama dan apa yang baru?
Paradigma lama, humas IAIN STS Jambi tidak lebih sebagai penyempai berita (singkat) dan inforamasi yang terjadi di seputaran IAIN STS Jambi. Coba perhatikan web iainjambi.ac.id. Apa pun yang ada di web ini adalah hasil karya kawan-kawan dari bagian Humas dan protokoler. Kita harus memberikan apresiasi kepada kawan-kawan yang telah meluangkan waktunya untuk berkarya sehingga informasi dapat diperoleh melalui web ini. Tentu ini sebuah kemajuan yang signifikan dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Namun demikian, lembaga ini harus terus bergerak dan membangun dirinya sehingga mampu berpacu dengan dinamika globalisasi yang terjadi. Artinya, dilihat dari fungsinya, humas IAIN STS Jambi baru mampu sebagai ‘wartawan’ kampus yang menuliskan berita tentang kampus ini dalam kolom dan informasi yang masih sangat terbatas. Paradigma lama ini mengisyaratkan bahwa bagian humas itu hanyalah bagian kecil yang belum dianggap penting alias asal ada. Kesimpulannya, paradigma humas IAIN STS Jambi itu baru menjalankan satu fungsi PR yaitu ‘memberikan penerangan kepada masyarakat’. Sementara fungsi lain masih terabaikan.
Maka dari itu, Humas IAIN STS Jambi harus berani membangun paradigma baru. Apa itu paradigma baru? Jika kita liat apa yang disampaikan oleh Edward L. Bernay bahwa Humas IAIN harus mampu ‘melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung’ terhadap IAIN STS Jambi. Artinya, humas berperan penting dalam membangun persepsi masyarakat Jambi khususnya tetang institusi ini. Peran itu dapat diwujudkan melalui berita-berita dan tulisan-tulisan yang disampaikan oleh kawan-kawan yang ada di bagian ini. Wajah institute tertua di Jambi ini ada pada goresan kata-kata yang mereka tulis. Inilah salah satu paradigma baru itu, bahwa humas tidak hanya sebagai penyampai berita tetapi menyampaikan ‘wajah’ IAIN ini kepada khalayak umum. Ada sesuatu yang lebih besar dari hanya sekedar menulis berita.
Lebih jauh lagi, dalam pelatihan ini, sebagai salah satu narasumber saya juga menegaskan bahwa berita-berita yang ditulis itu adalah sejarah dalam pusaran waktu tentang IAIN. Jadi kawan-kawan Humas harus berparadigma bahwa mereka tidak sedang menulis berita tapi sedang mencatatkan sejarah IAIN STS Jambi ini yang puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun mendatang akan dibaca oleh orang lain. Paradigama ini harus kita bangun sehingga kawan-kawan humas tidak melihat sepele tentang kehumasan ini.
Sebagai contoh, jika salah seorang dosen atau staf IAIN STS Jambi meninggal dunia, selama ini berita yang dimuat atau diberitakan hanya “Telah meninggal Mr. X Dosen Fak Y, di rumah duka, dikebumikan pada jam X dst. Civitas Akademika IAIN STS Jambi turut berduka cita”. Sudah, itu saja. Itu paradigma lama. Paradigma baru, seharusnya berita kematian ini harus dilengkapi dengan berita dan informasi menyangkut Mr. X dengan baik dan lengkap. Sejak kapan Mr. X mengabdi di IAIN, apa saja karya yang pernah ditorehkan, bagaimana kontribusinya terhadap IAIN, bagaimana dia di mata, keluarga, rekan sejawat, tetangga, mahasiswa, dan apa saja penghargaan yang pernah dia peroleh, dan seterusnya. Informasi ini harus ditulis dengan baik dan menarik. Dengan demikian, membaca informasi ini orang lain (baik orang IAIN maupun luar IAIN) akan mengetahui bahwa institusi ini pernah memiliki Mr. X dalam sejarah institusi ini. Begitu juga dengan berita-berita kegiatan yang dilakukan harus dikemas dengan bahasa dan ‘nada’ yang menarik.
Kesimpulan, paradigma lama bahwa bagian humas hanya sebagai penulis berita harus dirubah menjadi pencatat sejarah dan peradaban perjalanan penting keberadaan institute ini. Para pengambil kebijakan dan budgeting seharusnya juga memiliki paradgma yang sama sehingga humas berperan aktif untuk membentuk opini dan persepsi IAIN di mata masyarakat luas. Sudah saatnya, IAIN ini memiliki tabloid dan sejenisnya sebagai tambahan informasi selain yang ada di web (online). Semoga.
Discussion about this post