Oleh: Bahren Nurdin, MA
Apa itu peningaktan kapasitas? Atau apa yang saat ini lagi ‘ngetren’ dengan sebutan Capacity Building (CB). Dalam banyak kesempatan pelatihan dan seminar motivasi, khususnya yang bertemakan CB saya selalu menghubungkannya dengan Al-Quran Surah Al-Asyr. Ayat ini berbunyi “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Siapa orang yang merugi dan siapa orang yang beruntung? Demi waktu yang tidak pernah mau berhenti walau satu detik saja, semua merugi! Itu sudah ditegaskan oleh Allah. Semua, siapa pun kita pasti rugi kecuali tiga golongan tesebut; yang beriman, mengerjakan amal shaleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan ketakwaan. Hubungannya dengan CB? Sebenarnya tiga poin ini adalah inti utama dari CB tersebut (tapi, ini bukan teori atau tafsir).
Orang-orang yang memiliki kapasitas baik dapat dipastikan memiliki tingkat relegiusitas (keimanan) yang baik, selalu mengerjakan kebaikan (amal shaleh) dengan terus meng-upgrade diri dan mampu bekerja sama dalam tim (saling menasehati).
Lihat apa kemudian yang disampaikan oleh Brown (Rainer Rohdewohld, 2005:11) yang merumuskan CB sebagai “a process that increases the ability of persons, organisations or system to meet its stated purposes and objectives”. Lihat, fokusnya asalah peningkatan kemampuan diri, oraganisasi dan sistem untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedikit lebih detail, United Nation Development Program (UNDP) merumuskan pengembangan kapasitas sebagai suatu proses yang dialami oleh individu, kelompok, organisasi, lembaga dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka agar dapat: 1) melaksanakan fungsi-fungsi essensial, memecahkan masalah, menetapkan dan mencapai tujuan, dan 2) mengerti dan menangani kebutuhan pengembangan diri mereka dalam suatu lingkungan yang lebih luas secara berkelanjutan (CIDA, 2000).
Secara gamblang CB berada pada tiga level (tingkatan) yaitu individu, organisasi dan sistem. Saya lebih fokus pada pengembangan diri dengan hipotesa jika individu-individu yang ada baik maka dengan sendirinya organisasi akan baik, jika organisasi baik maka sistem yang dijalankan juga akan baik. Dan, sebaliknya, organisasi dan sistem yang dibuat akan hancur jika orang-orang yang berada di dalamnya tidak terbangun dengan baik.
Ada banyak aspek kapasitas individu yang harus terus ditingkatkan sehingga ia menjadi individu yang terus memperbaiki diri dari hari ke hari. Pada artikel singkat ini, saya bahas dua aspek saja. Pertama, peningkatan pengetahuan. Menuntut ilmu itu wajib hukumnya. Tapi juga harus digaris bawahi, bahwa menuntut ilmu itu tidak selalu berkonotasi dengan sekolah dan ijazah. Sekolah atau universitas hanyalah salah satu tempat yang biasa digunakan untuk menuntut ilmu. Berarti masih banyak tempat-tempat lain selain sekolah atau universitas. Ya, seperti seminar, pelatihan, berdiskusi, bahkan alam semesta yang luas ini adalah guru bagi siapa saja yang mau belajar. Maka belajarlah!
Bukankah orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu ditinggikan Allah beberapa derajat? “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat, Allah maha mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan” (QS. Al-Mujadilah ayat 11). Boleh dikatakan bahwa kata lain dari ‘derajat’ itu adalah kapasitas. Itu artinya, Allah akan meningkatkan kapasitas seseorang yang terus menerus menuntut ilmu.
Kedua, keterampilan (skill). Keterampilan (skill) adalah keahlian atau kemahiran seseorang di bidang tertentu atau mengerjakan suatu pekerjaan dengan mencurahkan segala daya yang dimilikinya untuk mencapai suatu hasil dan tujuan tertentu dengan baik. Dewasa ini, secara garis besar kita mengenal hardskill dan softskill. Hardskill lebih kepada kemampuan yang bersifat teknis. Sementara, menurut Dennis E. Coates, soft skill merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Contoh interpersonal skills adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain, kemampuan bekerja sama dalam tim, dan lain sebagainya.(intiemanajemen.com).
Akhirnya, peningkatan kapasitas bisa dimulai dari level individu untuk mencapai perbaikan dan peningkatan organisasi dan sistem. Individu yang baik akan berdampak baik pula pada organisasi dan sistem yang dibangun.
#BNODOC20727072017
*Akademisi dan Praktisi/Trainer Hypno-Communication Jambi
Discussion about this post