Oleh: Bahren Nurdin, MA
Temaram senja menjelma. Di upuk barat mata hari baru saja beringsut surut meninggalkan siang. Burung-burung berterbangan menuju sarang. Awan berarak kian kemari menyelimuti senja yang semakin syahdu. Di puncak bukit menjulang, ayat-ayat Ilahi mengumandang mengiringi langkah para santri menuju masjid. Mereka berbondong-bondong melangkah menuju kemenangan menjawab panggilan azan yang menggema dari pengeras suara.
Itulah sekelumit gambaran suasana magrib di sini. Magrib kali ini saya berkesempatan untuk menginjakkan kaki di sebuah bukit yang belum diberi nama. Ya, salah satu kebahagiaan hidup saya adalah diberi Allah kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat istimewa di muka bumi ini. Salah satu tempat special itu adalah majelis para penuntut ilmu; sekolah, pesantren, universitas, majlis ta’lim dan sebagainya. Seperti halnya malam ini, saya bisa memberikan seminar motivasi pendidikan di sebuah pesentren yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.
Di puncak bukit, di ujung desa Betung Bedarah Barat, Kab. Tebo nun jauh dari hiruk pikuk Kota Jambi, berdiri sebuah pondok pesantren Modern bernama Al-Hariri. Pondok ini didirikan oleh Ust. Husairi, S.Pd.I,. M.Pd. Seorang ustad muda memiliki semangat menggelora membangun peradaban ilmu (Islam). Seorang anak yatim yang hebat dan berani menunjukkan keberhasilannya kepada dunia. Istiqomah dan tawaddu’ menghiasi jiwa dan kalbunya. Dengan modal itu semua, beliau kemudian berhasil merubah mindset masyarakat bahwa yang mempu membangun pesentren tidak harus orang kaya. Kekayaan yang dimilikinya adalah semangat dan keikhlasan. Luar biasa!
Malam ini saya benar-benar merasakan kobaran semangat yang begitu hebat di puncak bukit ini. Masjid yang begitu besar diisi sesak oleh para santri, ustad, usatazah, pejabat desa, orang tua, tokoh masyarakat, pemuda, dan sebagainya. Puncak bukit ini terbakar semangat menyala-nyala! Kedatangan saya disambut antusias dengan semangat yang sama; semangat menuntut ilmu. Memang demikianlah seharusnya, bahwa urusan pendidikan menjadi semangat bersama. Urusan prestasi anak didik pun tidak bisa hanya diserahkan kepada pihak sekolah (guru) belaka, tapi keterlibatan semua elemen masyarakat sangat menentukan.
Untuk menciptakan peserta didik yang berprestasi, paling tidak ada tiga unsur penting yang semangatnya perlu digelorakan. Pertama, peserta didik. Para peserta didik merupakan subjek utama yang harus digerakkan semangatnya untuk mencapai cita-cita menjadi orang yang berkemauan besar untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Dengan motivasi yang menyala-nyala dalam diri mereka, seluruh halangan dan tantangan dalam menuntut ilmu akan mereka hadapi dengan ksatria.
Sering saya katakan, dalam menuntut ilmu itu selalu saja dihadapkan dengan rintangan demi tantangan. Aral selalu saja melintang dan menghadang. Hanya mereka-mereka yang memiliki tekad yang kuatlah kemudian yang mampu menghadapi dan menyingkirkannya untuk kemudian terus melejit dengan prestasi-prestasi yang hebat.
Bukit ini menjadi saksi nyata bagaimana semangat-semangat generasi Islam di sini bergelora hebat. Bukit ini begetar menggelegar mendengar hentakan semangat para peserta didik pesantren ini. Optimisme membubung tinggi ditengah keterbatasan penghidupan orang tua mereka. Pesan yang selalu saya kobarkan kepada mereka “jangan jadikan kemiskinan sebagai kambing hitam untuk tidak menuntut ilmu lebih tinggi”. Anak yatim dan duaafa bersemangat pula.
Kedua, tenaga pengajar (usatad/ustazah). Semangat mereka juga tidak kalah pentingnya dikobarkan untuk membantu mencapai prestasi-prestasi para peserta didik. Mereka menjadi motor penting untuk penggerakkan jiwa-jiwa belia calon pemimpin agama dan bangsa ini. Jika bukan semangat yang mereka punya, tentulah upah yang mereka dapat tidak akan mempu menggantikan pengabdian yang diberikan.
Malam ini pun, saya dapat merasakan betapa para ustad dan ustazah, tua dan muda, menyatukan tekad dan semangat untuk tidak mengenal lelah membina para peserta didik yang ada. Semangat itu dapat dilihat dari tampilan-tampilan yang ditayangkan melalui prestasi-prestasi santri yang tampil, dari mengaji hingga menabuh rabana.Wajah-wajah ikhlas dan tulus terpancar bersama anak-anak didik mereka. Semoga menjadi amal ibadah di sisi Allah, amin.
Ke tiga, dukungan Pemerintah dan Masyarakat. Ini juga tidak kalah penting dalam menunjang prestasi peserta didik bangsa ini. Pemerintah dan masyarakat beserta stakholder yang ada sudah saatnya bahu membahu saling mendukung. Begitu juga pemerintah yang seyogyanya tidak boleh setengah hati memperhatikan dunia pendidikan negeri ini. Pembangunan sumber daya manusia adalah modal utama membangun bangsa ini.
Akhirnya, malam ini dipuncak bukit ini benar-benar terbakar semangat yang menggelora. Di tengah kobaran semangat yang memuncak ada kelembutan jiwa dan ketulusan sukma selembut sutra. Karena bukit ini belum bernama, saya ingin menyebutnya Jabal Hariri (bukit sutra), sembari berdoa semoga kobaran semangat malam ini akan terus menyala-nyala. amin
#BNODOC13314052017
*Akademisi dan motivator pendidikan Jambi
Discussion about this post