Tulisan ini terispirasi oleh salah seorang teman saya dari Yaman. Baru saja saya bersama salah seorang teman dari Indonesia berkunjung ke rumahnya. Biasa sebagai teman antar negara kami mengobrol dengan topic ngalor ngidul dari masalah Irak sampai Amerika. Dari hal umum sapai yang sifatnya pribadi. Karena kami semakin akrab akhirnya dia memperlihatkan pada kami foto-foto kegiatannya di negrinya nun jauh di sana (dia kemudian memberi saya beberpa fotonya salah satunya di samping ini). Ia kemudian juga memperlihatkan foto keluarganya (tentu tidak termasuk istrinya). Pada awalnya tidak ada yang istimewa. Dia memperlihatkan kepada kami foto anak-anak yang ditinggalkannya. Dia memiliki 6 anak. Dia menerangkan tentang anaknya dari yang paling tua hingga yang bungsu. Foto si bungsu di letakkan sebagai background desktop laptopnya.
Saya kemudian tersentak dan sedikit merasa berdosa ketika saya tanyakan kepadanya “Do you miss them?” Pertanyaan ini mungkin agak konyol (konyol karena sudah jelas dia sedang rindu kok masih nanya). Dengan sedikit menguatkan diri dia jawab “very much…” dan beberapa saat kemudian diam-diam saya melihat ia menghapus air mata.
Dari poin ini kemudian saya dapat merasakan betapa pengorbanan itu sangat besar. Seorang ayah menangis menahan rindu akan kehadiran putera puteri tercinta. Pejamkan mata anda dan sedikit layangkan pikiran anda ke rumah anda di Indonesia sana. Siapa yang anda tinggalkan? Anak-anak yang sedang lucu-lucunya? Terngiang teriakan mereka memanggil anda. Isteri yang baru dinikahi 3 bulan lalu? Istri yang sedang hamil yang sangat membutuhkan belaian dan kasih sayang anda? Ibu atau ayah yang sedang sakit di rumah sakit? Adik-adik yang sedang membutuhkan bantuan anda? Semua kita tinggalkan (maaf saya juga jadi sedih..heee…terharu juga…)
Apa makna semua ini? Ini adalah pengorbanan. Rasanya jika yang diharapkan adalah semata uang pasti kita tak sanggup melakukan semua ini. Kita tak kan sanggup meninggalkan mereka semua. Ratusan ribu kilo meter jarak mereka dari kita. Tapi ini adalah pengorbanan demi ilmu pengetahuan.
Inilah rasanya yang menjadi kuncinya yaitu kepergian kita ke sini hanya karena memungut ilmu pengetahuan, tidak yang lain. Jadi jika ada yang sesampai di Malaysia ini merubah niat untuk yang lain pantas untuk dipikirkan kembali. Sabaiknya dikaji ulang. Jauh dari itu sesungguhnya pengorbanan ini tentu bukan pengorbanan kita semata tapi juga pengorbanan orang-orang yang kita tinggalkan di Indonesia sana. Mereka juga takkan sanggup untuk menerima ini semua (ditinggal) jika bukan karena niat kita yang tulus tuk menuntut ilmu di Tanah Melayu ini.
Tulisan ini mungkin hanya sekedar refleksi dan saling mengingatkan. Tetesan air mata orang-orang yang kita tinggalkan jangan sampai menjadi sia-sia hnaya karena kita lupa bahwa ada pengorbanan besar yang kita lakukan. Pengorbanan kita dan pengorbanan orang-orang yang kita cintai. Semoga Allah selalu memberikan hidayahnya untuk kita semua dalam mengarungi langkah menikmati pengorbanan ini. Hanya ada satu titik yang kita temui di akhir semua ini yaitu senyum dan tawa bahagia mereka. Betapa bangga mereka saatnya nanti melihat ayah, ibu, abang, kakak, tante, om, datuk, nenek, mereka berhasil menempuh pendidikan dengan baik, amin. Terus Semangat…!
Malaysia, 10 Agustus 2008 (18:30)
Discussion about this post