Dua hari terakhir ini saya dapat pengalaman yang amat sangat berharga semenjak saya blow up kasus PENISTAAN ALUMNI MALAYSIA oleh salah seorang pejabat IAIN STS Jambi. Hanya beberapa saat setelah saya posting sebuah tulisan di Whatsapp (WA) Group Dosen IAIN STS Jambi saya menerima begitu banyak telfon juga pesan-pesan singkat. Dari semua mereka yang menghubungi saya itu dapat disimpulkan bahwa pesan mereka sama yaitu “Jangan habiskan energi untuk membuktikan sesuatu yang semua orang sudah tahu”. Itu artinya, tidak pun kasus itu diungkap ke publik, orang sudah tahu dan sudah sangat banyak orang yang mendapat perlakuan seperti itu. Bahkan salah satu diantara mereka berkata “saya malah pernah mendapat perlakuan dan kata-kata yang sangat menyakitkan dari Sang Pejabat yang lebih dari itu”. Dan menariknya lagi, selalu mereka berkata “tidak usah dilawan, doain saja biar taubat dan Allah Maha Adil”.
Lantas apa arti semua ini bagi saya? Pertama, saya sangat berterima kasih kepada senior-senior dan kawan-kawan yang telah menasehati saya. Saya tersadar ada begitu banyak orang yang menyayangi saya. Saya betul-betul berterima kasih atas nasehat-nasehat yang diberikan. Izinkan saya mengucapkan ribuan terima kasih atas segala kebaikan Kando, Ayunda, dan kawan-kawan semua.
Kedua, jika saya mengabaikan begitu banyak nasehat-nasehat baik itu, tidakkah saya (juga) merupakan orang yang angkuh dan sombong? Tujuan saya ingin mengingatkan orang untuk tidak sombong, tapi saya sendiri sombong. Maka target utama kasus ini ternyata adalah diri saya sendiri untuk melawan keangkuhan dan kesombongan. Saya dengan senang hati dengan rasa syukur yang tinggi telah diingatkan oleh banyak orang. Maka saya terima saran dari orang-orang yang menyayangi saya dengan tidak perlu ‘memaksa’ Sang Pejabat untuk meminta maaf, dengan ini saya secara pribadi telah memberi maaf (namun secara organisasi Perhimpunan Alumni Malaysia (PAM) akan didiskusikan lebih lanjut).
Ketiga, salah satu sifat orang angkuh dan sombong itu adalah dia tidak merasa pernah melakukan kesalahan, tidak merasa telah menyakiti orang lain dengan ucapan dan tindakannya, tidak merasa menyinggung orang lain, yang dia rasa hanya satu kehebatannya sendiri. Selain dirinya, orang di dunia ini tidak hebat (bodoh semua). Yang pintar cuma dia. Maka dengan kasus ini, saya juga takut bisa-bisa saya melakukan hal yang sama. Maksud saya memang ingin mengingatkan seseorang tapi jangan-jangan ada orang lain yang tersakiti. Sungguh, sebagai ‘anak kemaren sore’ saya ingin belajar dan terus belajar dengan banyak orang. Saya takut sekali menyakiti orang lain dengan ucapan dan tindakan saya. Sekali lagi saya minta maaf.
Keempat, tidakkah Allah lebih tahu mana yang terbaik? Salah satu ustad yang menelfon saya juga berkata “tidak perlu ambil tugas Allah untuk menghukum orang lain. Hukuman Allah itu lebih dahsyat, Akh”. Nasehat ini luar biasa. Nasehat ini membuat saya meneteskan air mata di atas sajadah penghambaan saya di sepertiga malam itu. “Ya Rabb…jauhkan kesombongan itu dari diri hamba. Jangan tumbuhkan walau sedikit, Ya Allah”.
Terakhir. Saya minta maaf atas semua kekhilafan yang saya lakukan. Sungguh, saya blow up kasus ini semata ingin mengingatkan kita semua bahwa telah terjadi PENISTAAN terhadap kami alumni Malaysia; tidak lebih. Dengan ini pula saya banyak belajar dan dapat banyak nasehat dari banyak orang yang menyayangi saya. Terima kasih semoga Allah membalas segala kebaikan Abang-Abang, Ayuk-Ayuk dan kawan-kawan semua. Saya setuju, “tidak perlu membuktikan yang kebenarannya telah terbukti”. Allahu’alam.
Discussion about this post