Oleh: Bahren Nurdin, MA
Karena yang muncul adalah yang enak-enaknya saja, banyak yang lupa bahwa sesungguhnya menjadi seorang pejabat itu tidak mudah. Ada begitu banyak beban dan tanggung jawab yang harus diemban. Inilah yang telah dilupakan banyak orang, termasuk para pencari jabatan. Lupa bahwa menjadi pejabat itu harus rela mengorbankan banyak hal untuk kepentingan orang banyak; berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan materi. Belum lagi masalah pertanggungjawaban baik di dunia mau pun di akhirat. Ingat , pertanggungjawaban seorang pemimpin (pejabat) itu sangat berat di hadapan Allah kelak. Dia akan ditanya dan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Ngeri!
Kok masih rebutan? Paradigma inilah yang harus dirubah. Ada beberapa paradiga atau pola pikir masyarakat yang harus dirubah terhadap jabatan. Pertama, melayani bukan dilayani. Pejabat itu adalah orang yang dipercaya untuk melayani kepentingan orang banyak. Segala potensi yang ada pada dirinya harus diserahkan sebesar-besarnya untuk kepentingan orang lain, bukan dirinya. Maka ketika seseorang telah menyediakan dirinya untuk memegang jabatan tertentu, maka secara otomatis berkuranglah privasi akan dirinya. Dirinya tidak lagi milik diri dan keluarganya tapi sudah diserahkan kepada orang lain.
Segala tindakan dan perbuatan yang dilakukannya sudah harus rela menjadi perhatian orang banyak. Segala kepentingan yang harus dikedepankan adalah kepentingan orang banyak. Semua tenaga yang dia punya sudah dikerahkan untuk membantu orang banyak. Lantas apa enaknya jadi pejabat? Memang tidak enak! Jadi, jika selama ini pejabat itu nampaknya enak, itulah yang salah. Nampaknya dilayani, itulah yang harus dirubah.
Kedua, bekerja keras, bukan malas-malasan. Jika rakyat biasa yang malas-malas, paling yang terlantar dirinya atau keluarganya. Tapi jika pejabat malas, yang jadi korban adalah orang banyak. Paradigma ini juga harus dirubah. Selama ini, banyak yang berpikiran bahwa jadi pejabat itu boleh bekerja semau-maunya. Boleh malas-malasan. Boleh jalan-jalan atau pelesiran atas nama perjalanan dinas. Seyogyanya, menjadi pejabat itu bekerja lebih keras dari orang yang tidak memiliki jabatan karena dapat dipastikan pekerjaan yang dilakukan jauh lebih berat dan lebih banyak.
Ketiga, tanggungjawab bukan melempar tanggungjawab. Tanggungjawab seorang pejabat tidak hanya dirinya sendiri tapi juga orang-orang yang berada dalam kepemimpinannya. Itu artinya, anak buahnya yang melakukan kesalahan, dia bertanggung jawab atas itu. Seorang pejabat harus mengerahkan segala potensi dirinya untuk memimpin atau memantau kinerja para staf dan orang-orang yang dia pimpin. Jika orang-orang yang dia pimpin gagal dalam menjalankan tugas, maka itu adalah cermin kegagalan kepemimpinannya. Paradigma yang salah selama ini, pejabat boleh lempar tanggungjawab. Dia yang salah anak buah yang dikorbankan. Dia yang korupsi, anak buah yang masuk penjara. Harus dirubah!
Akhirnya, ada paradigma yang salah terhadap jabatan selama ini sehingga ia menjadi rebutan dan dikejar dengan segala cara. Manjadi pejabat itu bukan mengerjar kemewahan, tapi mengorbankan diri untuk kepentingan orang banyak. Ingat, MENGORBANKAN diri bukan MEMPERKAYA diri! Masih mau rebutan jabatan? Kelaut aja, loh!
#BN14012017
Sumber: www.kenali.co
http://kenali.co/berita-75997-masih-rebutan-jabatan.html#ixzz4XyygDgKV
Discussion about this post