Oleh: Bahren Nurdin, MA
Terbaru, Kota Jambi dihias lampu kota dengan ornament atau bentuk bunga warna-warni. Ketika malam anda melintasi jalan Kapten Pattimura misalnya, anda akan menemukan lampu jalan yang membentuk pohon bunga warna-warni tanpa daun. Sekilas nampak cantik dan artistik, namun lagi-lagi masyarakat Jambi mempertanyakan apa makna dari lampu-lampu tersebut?
Tidak Hanya Artistik; Tapi Juga Nilai
Sesungguhnya konsep pembangunan kota tidak hanya mengedepankan keindahan dan kenyamanan. Indah dan nyaman memang penting. Tapi ada yang jauh lebih penting adalah nilai-nilai yang terkandung dalam keindahan tersebut. Taman-taman yang dibangun sudah indah dan in sya Allah bermanfaat. Sampai-sampai banyak orang memberi ‘gelar’ kepada Wali Kota Jambi dengan sebutan ‘WAGIMAN’ alias Wali Kota Gila Taman. Sah-sah saja. Mudah-mudahan Pak Wali tidak tersinggung. Anggap saja pemberian gelar itu bentuk kecintaan rakyat pada wali kotanya. Masyarakat suka dengan taman-taman tersebut. Taman-taman tersebut adalah salah satu bukti nyata kerja wali kota untuk rakyatnya. Namun sangat disayangkan dari sekian banyak taman tersebut tidak ada yang mencirikan kota Jambi. Tidak ada nilai-nilai budaya yang terpancarkan dari taman-taman ini. Selain fungsinya, taman-taman ini minus nilai-nilai budaya dan edukasi.
Begitu juga halnya dengan lampu jalan yang baru saja menghiasi jalan-jalan Kota Jambi ini. Fungsinya sebagai penerang jalan tidak tipersoalkan. Warnanya yang cantik telah memenuhi nilai-nilai artistic. Tapi lagi-lagi, menggambarkan apa ‘bunga-bunga’ ini? Sesungguhnya ada begitu banyak lambang-lambang budaya yang bisa digunakan sebagai ornament penghias kota ini. Contohnya, angso duo, keris siginjai, perahu kajang lako, dan lain-lain. Tidak akan kekurangan pastinya. Hal ini bisa digali di musem-museum yang ada. Atau bisa juga dari sumber daya alam yang ada seperti buah-buahan asli Kota Jamb, bunga khas Jambi, dll.
Mengapa ini penting? Sangat penting! Pertama, ornament ini akan selalu dilihat oleh masyarakat setiap kali mereka melintasi tempat tersebut. Itu artinya proses penanaman nilai ke dalam alam bawah sadar mereka sedang berlangsung. Maka jika yang mereka lihat adalah benda-benda yang memiliki nilai-nilai budaya, nilai-nilai historis, nilai-nilai edukasi, maka secara tidak langsung sudah memberikan pendidikan kepada masyarakat. Kecintaan masayakat akan kota ini akan terbangun dengan sendirinya.
Kedua, menonjolkan kekhasan sebagai identitas budaya daerah. Oranamen-ornamen penghias kota adalah salah satu bagian terpenting untuk menunjukkan kekhasan daerah tersebut. Tamu akan mudah mengenali kota tersebut dari hiasan-hiasan kota yang ada. Contohnya, masuk kota Pekanbaru, akan merasakan ‘aura’ Melayu. Warna-warna yang ditonjolkan dalam hiasan kota sangat jelas dan terasa. Begitu juga ketika mamasuki kota Padang, mata pengunjung langsung ‘ditusuk’ tanduk kerbau. Daerah-daerah lain seperti Bali, Yogyakarta, Surabaya, dll juga demikian. Saya rasa itu yang minus dari Kota Jambi.
Sengajakah? Saya tidak ingin berburuk sangka. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa cantik, indah dan nyaman saja belum cukup. Hiasan-hiasan yang dibuat untuk kota ini seyogyanya harus juga memiliki nilai-nilai. Benda-benda yang selalu dinikmati masyarakat setiap harinya itu wajib menonjolkan kekhasan Kota Jambi, memiliki nilai budaya dan historis, penuh dengan nilai-nilai edukasi. Semoga
#BN17012017
Sumber: www.kenali.co
http://kenali.co/berita-76020-kota-jambi indah-tapi-gersang-nilai.html#ixzz4XyywMrKt
Discussion about this post