Saya sedang dalam perjalanan untuk mengisi seminar di luar Kota Jambi. Saya kaget bukan kepalang ketika dikirimi seorang kawan melalui medsos WA sebuah foto. Saya seoalah tidak percaya menyaksikan foto itu lebih-lebih terjadi di kota Jambi. Bagaimana mungkin ada orang Jambi yang begitu tega menista lafaz ‘Allah’ yang ditulis dilantai lobby sebuah hotel berbintang dengan motif telapak kaki. Saya pastikan kepada beberapa teman. Ternyata benar. Saya tidak habis pikir karena ini bukan hotel kelas ecek-ecek. Sangat diyakini segala yang diperbuat di holel berbintang ini sudah melalui kajian manajemen. Itu artinya, penulisan lafaz ‘Allah’ yang juga menyatu pada ornament natal di hotel ini pastilah diketahui oleh pihak manajemen dengan unsur kesengajaan.
Lafaz ‘Allah’ adalah sesuatu yang sangat suci dan sacral bagi ummat Islam. Lafaz ini tidak boleh dipermainkan oleh siapa pun dengan alasan apa pun. Tempatnya sangat tinggi di hati kaum muslimin karena merupakan keagungan salah satu asmaulhusna. Jika ini coba dinistakan tentulah akan membuat umat Islam berang. Dinistakan, karena dengan sengaja ditulis di lantai lobby hotel ditambah lagi berada satu rangkaian dengan ornament natal.
Benar saja, hanya beberapa menit berselang foto-foto tersebut menyebar keseluruh Jambi, Indonesia dan dunia. Ummat Islam yang ada di Jambi langsung mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) bersama ormas, Gubernur, Wali Kota, Kapolda, Kapolresta dan lain-lain. Gubernur marah besar. Hanya selang beberapa jam kemudian, Wali Kota Jambi pun memutuskan untuk menutup hotel ini. Tindakan cepat yang dilakukan pemimpin di Jambi ini tentu sangat patut diapresiasi sehingga kemarahan masyarakat Jambi dapat diantisipasi dengan cepat.
Untuk kesekian kalinya, ummat Islam diuji kesabarannya untuk menjaga toleransi antar ummat beragama di negeri ini. Agak berat memang untuk menyampaikan kepada masyarakat khususnya ummat Islam untuk bersabar dan terus menjaga toleransi karena kesabaran itu terus diuji. Namun demikian, demi keutuhan dan ketenangan tanah Melayu ini, tentu kesabaranlah yang harus dikedepankan dengan terus menuntut pertanggungjawaban terhadap pelaku.
Agar kasus ini tidak sampai ‘membara’ menyulut siapa saja, seharusnyalah para pelaku termasuk manajemen hotel diseret ke ranah hukum. Sudah sangat jelas, apa yang terjadi adalah penistaan (pelecehan) terhadap Agama Islam. Siapa pun pelakunya harus mendapat hukuman yang setimpal. Hukuman yang diberikan tentunya tidak hanya memeberi efek jera pada para pelaku, tapi juga pada masyarakat luas. Pesan yang ingin disampaikan, jangan pernah menjadikan agama sebagai bahan olok-olokan; agama apa pun.
Sungguh ini cobaan yang berat bagi Ummat Islam khususnya di Jambi. Jambi yang selama ini tenang dan hidup rukun antar umat beragama, agaknya kali ini harus terusik. Namun sekali lagi, kepada masyarakat Jambi, marilah kita tunjukkan bahwa ummat Islam tidak mudah untuk diprovokasi dan disulut emosi. Himbauan tentunya diberikan kepada penegak hukum untuk tidak juga bermain-main dengan penegakan hukum atas penista agama seperti ini. Siapa pun orangnya, tegakkanlah hukum sebagaimana mestinya (seadil-adilnya) agar rakyat tetap percaya pada hukum. Jika rakyat puas dengan penegakan hukum yang dilakukan, maka akan dapat memenimalisir kemarahan masyarakat. Semoga.
Discussion about this post