Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Apa rasanya 20 bulan menjadi menteri, Pak? Kesempatan yang Bapak Presiden berikan kepada Bapak selama 20 bulan ini mungkin terlalu singkat untuk membuat perubahan dan kemajuan pendidikan kita yang begitu kompleks dan ‘njelimet’. Betul kata Bapak, tugas itu sudah ‘dicukupkan’. Jangan bersedih, Pak. Paling tidak nama Bapak sudah tercatat di sejarah per-pendidikan Republik ini. Kami pun berkeyakinan, sedikit apa pun prestasi Bapak, itu demi masa depan bangsa tercinta seperti yang Bapak Katakan.
Sekolah reot? Bapak betul. Syukurlah kalau Bapak sudah lihat langsung ke penjuru negeri ini, masih Bapak temukan dinding-dinding sekolah yang reot dan rapuh. Termasuk di kampung saya kan Pak? Bapak pernah ke Jambi kan? Masih banyak dinding sekolah kami yang reot dan rapuh..! Walaupun tidak ke seluruh penjuru Indonesia, sebagai pembicara dan motivator pendidikan, saya juga telah berkeliling penjuru negeri saya, negeri Jambi. Dulu saya juga seorang guru. Di Jambi masih banyak sekolah yang reot, Pak. Saya ingin bertanya kepada Bapak, jika Bapak katakan ‘sebuah PR besar’, kapan PR ini akan selesai, Pak?
Bapak tidak perlu ragukan jiwa-jiwa pengabdian kami sebagai guru di negeri ini! Bapak dan kawan-kawan Bapak yang menjadi Menteri di Jakarta sana, tidak perlu sangsikan semangat siswa dan orang tua akan pendidikan. Akan selalu kokoh, Pak. Tapi sungguh, Pak, kami meragukan peran pemerintah akan nasib pendidikan negeri ini. Kami melihat, setiap ganti menteri, selalu mengatakan ‘INI PR BESAR’ tapi tidak pernah selesai! Kami tidak marah kepada Bapak secara personal, tapi kepada apa yang disebut ‘PEMERINTAH’.
Titipan masa depan? Jauh sebelum Bapak jadi menteri kami telah berjibaku menyiapkan masa depan negeri ini. Masa depan bangsa ini bukan titipan Bapak! Kami berdiri di dalam kelas reot ini karena kami menganggap apa yang kami lakukan adalah titipan Ilahi kepada kami. Kami tidak ingin menerima titipan menteri karena menteri terus berganti. Kami khawatir setiap menteri punya titipan yang berbeda. Tapi titipan Ilahi (panggilan jiwa dan nurani) tidak akan pernah mengingkari. Maaf, titipan Bapak tidak kami terima.
Sungguh Pak, hati dan jiwa kami akan terus bersinar lebih cerah dari matahari di dalam sekolah-sekolah reot yang pernah Bapak kunjungi. Tapi, pertanyaan kami, adakah mentari bersinar bersih di hati presiden, wakil presiden, dan para menteri, kawan-kawan Bapak di sana? Jangan ragukan ketulusan kami menyiapkan masa depan bangsa ini! Siapa pun presiden, wakil presiden dan menterinya, kami akan terus berjuang, Pak.
PR akan dituntaskan? Kami kadang-kadang marah juga dengan peserta didik kami yang tidak buat PR di rumah. Jika Bapak katakan ‘masih banyak PR pemerintah yang harus ditunaikan’, haruskah kami marah juga kepada pemerintah karena gak buat PR? Mungkin sekali-kali kami guru di seluruh Indonesia perlu juga ‘jewer’ kuping pemerintah sebagai hukuman karena tidak mengerjakan PR dengan baik. Boleh gak, pak?
Mari lanjutkan perjuangan! Sampai kapanpun, Pak. kami akan terus berjuang dengan semangat dan penuh tanggung jawab. Kami terus berkomitmen mengabdikan diri untuk negeri ini, walaupun kami tahu komitmen pemerintah belum tentu sekokoh jiwa dan raga kami. Lihat saja kebijakan kurikulum yang berubah-ubah yang membingungkan kami, kebijakan uang sertifikasi yang terkadang menjadikan kami ‘pengemis’ untuk terus menanti, kadang tiada pasti, kisruh pergantian kepala sekolah yang kadang ‘memusingkan’ kami, dan entah berapa banyak lagi bukti-bukti komitmen pemerintah yang begitu abai kepada kami, guru Indonesia.
Selamat Jalan, Pak. Bapak tidak perlu kecewa karena diganti Pak Jokowi. Kesempatan sudah diberikan kepada Bapak untuk berbuat sebagai menteri. Pesan kami, setelah tidak jadi menteri lagi, marilah kembali bersama kami. Mari kembali berdiri bersama kami di kelas-kelas reot di seluruh penjuru negeri ini. Kami pun yakin, Bapak adalah orang hebat untuk pendidikan kita. Semoga saja, waktu 20 bulan ini tidak mengotori hati Bapak yang tulus itu, hehehe… Selamat bergabung kembali sebagai guru! Numpang bertanya pak, enak mana jadi guru atau jadi menteri? Kapan-kapan kita ngobrol-ngobrol ringan ya, Pak? Bapak kan sudah tidak terlalu sibuk lagi dampingi Pak Jokowi tebar pesona, hehehe…
Kami, atas nama guru di Indonesia juga minta maaf atas segala khilaf dan salah. Terima kasih atas pengabdian yang telah Bapak berikan. Semoga semua yang Bapak berikan menjadi amal ibadah di sisi Allah, Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jambi, 28 Juli 2016
Bahren Nurdin
Discussion about this post