Oleh: Bahren Nurdin, MA
Pada suatu seminar motivasi Hypno-teaching, melalui sesi tanya jawab seorang guru ‘curhat’ bahwa anak-anak kita sekarang sedang mengalami krisis mimpi. Saya kaget juga mendengarnya. Alangkah banyaknya krisis di negeri ini. Kita sudah sangat mengenal isitilah krisis kepercayaan, krisis pemimpin, krisis moral, krisis moneter, krisis BBM, krisis listrik, dan seterusnya. Ternyata, salah satunya ada pula krisis mimpi! Hiks.
Apa yang dimaksud dengan krisis mimpi adalah bahwa anak-anak saat ini tidak lagi mampu menyatakan mimpi dan cita-cita mereka layaknya anak-anak yang bebas dan polos menyatakan keinginan. Ketika ditanya, “nanti kalo sudah besar, kamu mau jadi apa?”. Mereka cenderung menjawab, “nggak tau!”. Betul, ini krisis!
Masih ingat apa jawaban generasi sebelumnya? Mimpi yang paling jamak kita dengar adalah, “saya mau jadi presiden”, “saya ingin jadi pilot biar bisa terbang”, “saya mau jadi dokter biar bisa sembuhin papa dan mama”, “saya mau jadi guru biar bisa membuat orang lain pintar”, dan lainnya. Pada kondisi krisis mimpi, ternyata impian semacam ini tidak lagi mampu terucap oleh mereka.
Jadi presiden? Kan presiden cuma satu? Jangan salah, mereka yang bercita-cita menjadi presiden sebagaian besar mencapainya dengan gemilang. Walau pun bukan disumpah sebagai Presiden Republik Indonesia, tapi mereka akhirnya bisa menduduki jabatan presiden seperti Presiden Direktur (CEO) pada suatu perusahaan atau minimal pernah menjabat sebagai Presiden BEM sewaktu kuliah. Apa pun bentuk dan levelnya, namanya tetap presiden. Dream comes true!
Krisis mimpi yang dihadapi anak-anak negeri tentunya tidak bisa dianggap sepele. Sudah harus menjadi keprihatinan kita semua. Anak-anak tidak boleh dibiarkan hidup dengan mental pesimis. Impian mereka harus terus dikobarkan. Ajak mereka menerbangkan mimpi dan cita-cita, membubung sampai angkasa. Bukankah Soekarno pernah mengajarkan ‘gantungkan cita-citamu setinggi langit. Kalaupun tidak sampai, minimal jatuh di pelukan bintang-bintang’. Tepat, karena jika cita-citamu hanya setinggi pohon sawit, jatuhnya masuk-semak. Hehe.
KELAS INSPIRASI
Saya rasa konsep Kelas Inspirasi (KI) adalah salah satu jawaban tepat untuk mengentaskan krisis mimpi anak negri ini. Sama-sama diketahui, bahwa konsep Kelas Inspirasi merupakan salah satu program yang dimotori oleh kawan-kawan yang terlibat pada Gerakan Indonesia Mengajar dan keinginan kaum profesional berkontribusi pada pendidikan Indonesia.
Kelas Inspirasi adalah kegiatan yang mewadahi profesional dari berbagai sektor untuk ikut serta berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia. Melalui program ini, para profesional pengajar dari berbagai latar belakang diharuskan untuk cuti satu hari secara serentak untuk mengunjungi dan mengajar SD, yaitu pada Hari Inspirasi, (kelasinspirasi.org).
Langkah ini sangat baik karena anak-anak akan ‘bersentuhan’ langsung dengan mimpi-mimpi mereka. Kelas inspirasi akan membuat anak-anak berkata “Wow… bapak itu keren, saya ingin menjadi seperti dia”. Jika dulu anak-anak hanya berani menyatakan atau hanya ditunjukkan gambar-gambar profesi yang ingin mereka capai, tapi pada KI anak-anak akan bertemu dan mendapatkan cerita dari orangnya langsung. Ini pasti kren.
Didatangkannya para professional (inspirator) dengan berbagai macam profesi ke dalam kelas, anak-anak akan memiliki kekayaan mimpi yang kuat. Yakinlah, mereka pun akan ‘kebanjiran’ impian dan cita-cita. Namun demikian, pilihan harus diserahkan kepada mereka pula. Guru dan orang tua tinggal membimbing mereka untuk memilih apa yang menjadi ‘passion’ mereka. Bimbing dan arahkan.
Akhirnya, anak-anak negeri ini tidak tidak boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang di tengah krisis mimpi dan cita-cita dengan mental pesismistik. Jangan! Saatnya ‘membangun mimpi anak negeri’ bersama Kelas Inspirasi. Jadilah Inspirator bagi mereka! #BNODOC2808102017
*Akademisi UIN STS dan Motivator Pendidikan (Inspirator Kelas Inspirasi Jambi 3).
Discussion about this post