Terdegar agak sarkasme judul di atas. Tapi tidak pula bermaksud demikian. Dengan judul ini saya bermaksud menyampaikan pesan bahwa sudah saatnya para kandidat atau bakal calon Gubernur Jambi yang naik ‘ring’ pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang untuk menyudahi kampanye pencitraan dengan memamerkan foto melalui berbagai media promo alias jual tampang. Sudahilah! Sebagaimana diketahui saat ini yang muncul ke permukaan ada dua nama ‘petarung’ yaitu Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (HBA), sang incumbent, dan ‘penantang’ baru H. Zumi Zola Zulkifli, S.TP, MA, (ZZZ) Sang Penguasa Tanjung Jabung Timur. Kedua nama ini tentu tidak lagi asing bagi masyarakat Jambi dan diakui memiliki wajah di atas rata-rata. Yang tua kharismatik berwibawa, yang muda ganteng lagi rupawan. Masyarakat Jambi sudah tahu.
Maka apa yang dibutuhkan masyarakat Jambi saat ini tentu yang labih dari itu; tidak jual tampang doang. Sudah saatnya masyarakat disuguhkan informasi yang lebih berkualitas dan mendidik. Politik pencitraan melalui jual tampang sudah tidak dibutuhkan lagi. Masyarakat butuh prestasi dan program nyata.
Jual Prestasi
Kedua bakal calon ini adalah kepala daerah. Itu artinya masing-masing mereka telah diberi kesempatan oleh masyarakat untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam memimpin dan membangun daerah di tempat mereka berkuasa saat ini. HBA telah pula diberi amanat oleh masyarakat Jambi lima tahun terakhir untuk menjadi bubernur. ZZZ telah dipercaya masyarakat Tanjung Jabung Timur menjadi bupati. Maka pertanyaannya apa prestasi meraka berdua?
Kepada kandidat atau tim sukses seyogyanya saat ini menampilkan data-data akurat dan valid akan prestasi masing-masing. Seharusnya masyarakat hari ini sudah disuguhkan baliho-baliho yang menampilkan prestasi. Di televisi dan surat kabar masyarakat harus dipertontonkan ketangguhan dan keberhasilan mereka dalam memimpin. Dengan cara ini masyakat akan dapat dengan jelas melihat track record (rekam jejak) mereka dan pada gilirannya dapat menentukan pilihan dengan cerdas dan objektif.
Namun sungguh disayangkan apa yang terjadi saat ini, terutama melalui media sosial, para tim sukses atau simpatisan masih sibuk dengan ‘perang’ opini; bukan ‘perang’ data. Pertarungan opini semacam ini sangat membahayakan bagi pendewasaan demokrasi kita. Perang opini hanya akan menggiring masyarakat menjadi fanatisme buta minim data. Apa yang terjadi kemudian adalah mereka akan terjebak pada black campaign. Mereka akan saling serang melaui isu-isu ‘ecek-ecek’ dan ‘esek-esek’. Itu pembodohan!
Dengan cara ini pula masyarakat akan terbiasa dengan objektivitas. Kita tidak hanya menginginkan pemimpin yang cerdas dan berprestasi tapi juga masyarakat yang pintar dan dan dewasa dalam berdemokrasi. Disamping itu, masyarakat tentunya juga berhak mengemukakan atau mencari data-data yang akurat tentang prestasi-prestasi sang kandidat. Paling tidak bisa sebagai pembanding dari data-data yang ditampilkan oleh tim sukses. Sudahi kebohongan-kebohongan para pemimpin negeri ini dengan data yang valid dan teruji
Jual Program
Jika jual prestasi para kandidat diminta menampilkan prestasi-presatasi yang mereka raih (track record), maka melalui jual program masyarakat meminta para kandidat menampilkan program-program yang akan ditawarkan. Tentu saja-program-program tersebut tidak hanya sebatas angan-angan. Program yang dilemparkan ke masyarakat tentulah yang terukur dan realistis. Itulah yang kita namakan kemudian visi dan misi.
Dengan penyuguhan visi dan misi yang jelas dan terukur melalui program-program kerja yang dirancang, dengan sendirinya masyarakat akan menentukan sendiri pilihan mereka. Apa kah program-program tersebut berpihak kepada kepentingan mereka atau tidak. Itu artinya, bisa saja para kandidat yang ada saat ini memiliki track record yang baik tapi tidak memiliki program-program kerja yang terukur dan realistis, maka ia akan ditinggalkan para pemilih. Dan sebaliknya, bisa saja selama ini dia belum maksimal, tetapi memiliki program-program yang ‘menggiurkan’ dan diyakini oleh masyarakat dapat direalisasikan dengan data-data yang baik dan akurat. Dia akan dipercaya.
Begitu juga halnya dengan perang slogan. Slogan yang ada di tengah masyarakat dari kedua kandidat saat ini belum mewakili program yang sesungguhnya. Kedua kandidat sama-sama memakai prasa ‘lebih baik’. HBA mengusung slogan ‘Untuk Jambi HBA Lebih Baik’. Sementara ZZZ membalasnya dengan slogan “Zumi Zola, Untuk Jambi Lebih Baik’. Prasa ‘lebih baik’ belum cukup untuk mempengaruhi para pemilih-pemilih cerdas yang telah melek politik. Pertanyaan sederhannya ‘apanya yang lebih baik?’
Kesimpulannya, kepada para kandidat, tentunya tidak hanya kapada dua nama yang sudah berada di atas ‘ring’ saat ini, tapi juga kepada siapa pun nantinya yang juga ikut menguji ‘nyali’, sudahilah pencitraan yang hanya sekedar ‘jual tampang’. Juallah citra yang lebih baik dengan memamerkan prestasi dan program kerja yang ‘cantik’ dan ‘ganteng’. Penuhi ruang-ruang media promosi dengan rangkaian data yang valid dan akurat; bukan jidat. Didiklah masyarakat untuk menentukan pemimpin mereka yang cerdas. Masyarakat butuh pemimpin yang cerdas lagi mencerdaskan. Semoga.
Bahren Nurdin, SS., MA
Dosen IAIN STS Jambi dan Penggiat seminar “Hypno-Motivation”
Email: bahren_nurdin@yahoo.com
Catatan: Tulisan ini telah dimuat di kolom OPINI:
www.metrojambi.com dengan judu yang sama.
link: http://www.metrojambi.com/v1/home/kolom/35317-kandidat-jangan-jual-tampang.html
Discussion about this post