KAMPUNG KAMI eh… KITA, PUCUK
Pe – U – Ce – U – Ka, dibaca PUCUK
Lima aksara eja murka untuk kampung kami
Bukan kata kami
Kami yang tinggal dikampung busuk
Bukan kata kami
Kami hidup dilembah gelap tiada lentera
Bukan kata kami
Kami tinggal di pucuk kenikmatan
Baru kata kami, eh…kita
Nikmat kami bukan nikmat kalian, eh…kita
Kalian nikmat bukan kami menikmat
Kami menggeliat di dada dan di pusat
Memejam mata melihat nikmat yang kau pejam
Nikmat kita bukan nikmat mereka, kami tidak
Nikmat siapa nikmat neraka atau nikmat syurga
Nikmat entah laknat atau lalat penikmat, itu kita.
Pucuk pucuk pucuk pucuk puuuuucuk
Busuk menusuk merasuk
Lekuk meliuk
Kadang mendengus mencari nyawa supaya tak mampus
Meredam lara berbungkus
Kami tak ingin mampus karena tak ada isi usus
Kau suci karena kami kau anggap hina, eh…kita.
Kami kau hina karena kau tahu kau sendiri hina
Kami tak berdaya menahan hina
Hina kau yang lebih banyak dari kami, kau pasti dungu.
Hina kau para priayi dan pemimpin negri
Mengotori kami untuk kau hina, kau sendiri hina
Menelan muntahan birahi nafsu korupsi
Menelan air mani, money, money sembunyi-sembunyi
Mengulum lidah-lidah pengadilan
Mencium pantat-pantat pimpinan agar disayang dan melayang
Mencumbu isteri-isteri orang yang kau kangkangi
Menggoyang, memutar, menarik-narik, menekan-nekan harta negara
Kau berada dikampung P U C U K, kampung kita.
Pe – U – Ce – U – Ka dibaca….(titik titik)
Malaysia, 13 Desember 2008
Discussion about this post