Oleh: Bahren Nurdin, MA
Dalam usaha menyekolahkan anak, merupakan sebuah kesalahan bagi orang tua jika ia menggunakan ‘kalkulator’ sendiri. Menghitung-hitung pendapatan bulanan dan kemudian berkata “Tidak Cukup!”. Dalam banyak seminar motivasi pendidikan yang dihadiri orang tua, saya selalu sarankan kepada mereka untuk tidak menggunakan kalkulator sendiri, tapi gunakanlah ‘kalkulator’ Allah. Kalkulator anda dapat dipastikan terlalu ‘kecil’ bagi Allah. Allah memiliki ‘kalkulator’ maha luas!
Apa yang saya maksud dengan ‘kalkulator’ Allah bahwa hitungan-hitungan rejeki yang diperoleh dalam membiayai sekolah anak tidak bisa menggunakan hitungan anda sendiri. Allah memiliki caraNya sendiri untuk memberikan rezeki untuk orang tua yang bersungguh-sungguh dalam usaha menyekolahkan anaknya.
Begini, mari kita lihat fakta-fakta di tengah masyarakat. Kasat mata, anda pasti pernah melihat atau menemukan keluarga sederhana yang semua anaknya sedang menempuh pendidikan. Si sulung dan nomor dua kuliah, nomor tiga SMA, nomor 4 SMP, dan Si Bungsu SD. Jika dihitung-hitung menggunakan kalkulator yang ada di tangan anda, maka penghasilan Sang Ayah yang hanya seorang ASN berpangkat rendah, rasanya tidak mungkin cukup membiayai sekolah anak-anaknya. Dilihat dari kesehariannya, Sang Ayah adalah ASN jujur yang selalu menjaga diri dari rezeki haram. Jauh dari noda korupsi.
Buka mata, masih sangat banyak fakta-fakta lain di tengah masyarakat. Tidak sedikit orang tua yang jika dilihat dari keseharian mereka dalam mencari nafkah sangat biasa-biasa saja, bahkan bisa dibilang tidak berkecukupan. Boleh jadi ia bekerja sebagai tukang bangunan, petani, pengumpul barang bekas, buruh panggul, dan lain sebagainya. Dari sisi pendapatan, boleh dihitung sendiri. Tapi faktanya mereka mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
Jika diperhatikan lebih jauh, agak aneh, angka yang muncul di layar kalkulator dengan angka yang harus dikeluarkan untuk membiayai sekolah anak-anak mereka sama sakali tidak berimbang. Biaya yang dikeluarkan sangat besar bila dibandingkan dengan penghasilan bulanan yang diperoleh. Dari mana datang angka-angka untuk mencukupi segala kekurangan itu? Sekali lagi, itulah yang saya sebut ‘Kalkulator Allah’.
Bagaimana menggunakan ‘kalkulator’ Allah?. Pertama, keyakinan dan doa. Untuk menyekolahkan anak, orang tua harus memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah akan membukakan pintu rejeki yang seluas-luasnya. Kuncinya, seberapa besar keyakinan anda kepada kebesaran Allah. Bukankah Allah menegaskan “…. Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.Ath-Thalaq:2-3).
Kata lain dari ‘taqwa’ itu adalah keyakinan. Jika Allah telah memberi jaminan demikian, seharusnyalah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan bagi orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Buang kalkulator anda dan biarkan Allah memainkan ‘kalkulatorNYA’ sendiri. Artinya, janganlah sekali-kali ber-‘negative thinking’ kepada Allah.
Lengkapilah keyakinan itu dengan memanjatkan doa kepada Allah. Keyakinan yang kuat dan doa yang ikhlas meminta jalan keluar kepada Allah, akan memudahkan segala usaha yang dilakukan. Keyakinan dan doa menjadi fondasi utama yang kokoh bagi orang tua yang menginginkan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka.
Kedua, usaha dan doa. Saya ingin menegaskan satu hal menyangkut usaha yaitu jangan sekali-kali membiayai sekolah anak dengan melakukan usaha-usaha yang dilarang oleh Allah. Dengan kata lain, jangan biayai sekolah anak anda dengan uang haram!
Dampak yang didapat jika anda membiayai anak dengan usaha yang dibenci Allah atau dengan uang haram, dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, anda akan semakin sulit, tertekan, stress dalam memperoleh rejeki. Allah menutup kemudahan-kemudahan memperoleh rejeki karena jalan yang ditempuh bukan jalan-NYA. Begitu juga anak yang sedang menempuh pendidikan yang dibiayai dari uang haram, mereka akan menemukan banyak kesulitan dalam menempuh study. Kasihan!
Dampak tidak langsung atau dampak jangka panjang. Banyak orang bartanya mengapa ada orang tua yang berhasil menyekolahkan anak-anak mereka, tapi pada akhirnya ada anak yang tidak bermanfaat bagi orang tuanya ketika tua. Banyak anak yang ‘sukses’ tapi mengabaikan orang tua yang telah menyekolahkannya. Saran saya, coba evaluasi, dulu waktu menyekolahkan mereka menggunakan uang haram atau uang halal?
Akhirnya, jangan pernah ragu untuk menyekolahkan anak-anak anda dengan apa pun kondisi ekonomi anda saat ini. Jangan terlalu menghitung-hitung rejeki yang diperoleh karena kalkulator anda terlalu kecil dibanding ‘kalkulator’ Allah yang maha luas. Taqwa (yakin), doa dan usaha adalah kuncinya!
#BNODOC13920052017
*Akademisi UIN STS Jambi dan Motivator Pendidikan
Discussion about this post