Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya selalu saja menyisakan kisah-kisah heroisme anak-anak bangsa di seluruh penjuru dunia. Tahun 2018 ini, kisah hebat ditorehkan oleh sorang anak yang bernama Yohanes Ande Gala atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan Joni. Dia adalah seorang siswa SMP Negeri Silawan, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Nama Joni mendadak viral di seluruh jagat Nusantara karena aksinya yang tidak lazim dilakukan anak seumurnya. Ia memanjat tiang bendera pada saat upacara HUT ke-73 RI di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Sebuah video menunjukkan aksi hebatnya sedang memanjat tiang bendera setinggi 20 meter untuk memperbaiki tali bendera yang putus.
Aksi itu pun kemudian mendapat tanggapan dari berbagai kalangan. Beruntungnya Joni hidup di zaman now, video aksi patriotismenya langsung menyebar melalui media sosial dan diapresiasi oleh berbagai kalangan, termasuk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Dia pun mendapat undangan kehormatan ke Jakarta untuk mendapat penghargaan dari orang nomor satu di Indonesia itu.
Tidak hanya Presiden, beberapa petinggi negara, menteri, pengusaha, pengecara, Polri, TNI, dll juga ikut memberikan penghargaan kepada bocah 13 tahun tersebut. Ia pun dapat banyak hadiah baik berupa beasiswa, pembangunan rumah maupun uang tunai untuk tabungan masa depannya. Selamat ya, Joni.
Mengapa Joni mendapat perhatian begitu besar dari para pejabat dan masyarakat Indonesia? Apa yang dilakukan Joni ‘hanya’ memanjat tiang bendera yang talinya putus saat upacara berlangsung. Semua anak mungkin bisa saja melakukannya. Tapi gara-gara perbuatan ‘sederhana’ inilah ia mendapat gelar ‘pahlawan zaman now’.
Maka harus dipahami bahwa kepahlawanan itu adalah ‘nilai’ dari sebuah perbuatan. Boleh jadi apa yang dikerjakannya sederhana, tapi nilai yang ditimbulkan dari perbuatan itu besar.
Pada konteks ini, Joni telah berhasil menunjukkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme yang tiggi dengan beberapa alasan. Pertama, saat itu adalah upacara peringatan HUT RI yang amat sangat penting bagi bangsa ini. Hari yang sakral dan dihormati. Kejadian putusnya tali bendera itu tentunya diluar kemampuan para penyelenggara upacara. Pasti tidak diinginkan.
Coba bayangkan apa yang terjadi jika Joni tidak mengambil keputusan untuk memanjat tiang benedera itu? Diyakini upacara itu akan batal, paling kurang tertunda. Maka nilai yang timbul dari aksi Joni adalah bukan memanjat tiang bendera tapi ia sudah menyelamatkan upacara itu sesecara keseluruhan. Menyelamatkan upacara itu berarti ia baru saja menyelamatkan bangsanya sendiri.
Kedua, keberanian. Tidak ada pahlawan yang pengecut. Maka keberanian itu tidak hanya untuk menghadapi musuh. Tapi keberanian untuk mengambil sebuah tindakan yang resikonya mengorbankan diri sendiri adalah sebuah nilai kepahlawanan yang tinggi. Memanjat tiang bendera setinggi 20 meter tanpa alat pengaman apa pun tentu sangat penuh resiko. Nyawa taruhannya. Siapa yang menjamin tiang itu masih bagus dan kokoh? Siapa yang bisa melihat tiang itu tidak berkarat dan rapuh? Siapa yang bisa menyelamatkan nyawanya seandainya tiang itu tiba-tiba patah? Semangat besar yang dimilikinya membuat Joni tidak pernah memikirkan itu. Satu hal yang ada dalam benaknya saat itu, tali yang putus itu harus ia perbaiki. Upacara tidak boleh terganggu. Hebat..!
Begitulah seharusnya. Selagi anda masih menghitung-hitung resiko terhadap diri anda untuk berbuat pada bangsa dan negara ini maka anda belum memiliki nilai-nilai kepahlawanan. Jika dulu para pahlawan bangsa ini hitung-hitungan resiko, maka bangsa ini tidak akan pernah merdeka. Tapi ternyata, keringat, darah dan nyawa yang menjadi resiko mereka melawan penjajahan telah mereka persembahkan untuk menaikkan Sang Merah Putih. Merdeka..!
Ketiga, kokoh pendirian. Sempat terdengar teriakan dari peserta upara meminta Joni untuk turun dan menghentian aksinya. Namun Joni tetap pada pendiriannya menyelesaikan ‘tugas negara’ yang telah ia mulai. Terpaan angin kencang yang membuat tiang besi itu meliuk, tidak ia hiraukan. Nilai kepahlawanan itu memang harus dibangun di atas pendirian yang kokoh. Sebagaimana juga diajarkan beberapa funding father bangsa ini yang tidak pernah tergoda dengan bujuk rayu para penjajah di masanya.
Akhirnya, Joni baru saja mengajari kita semua tentang nilai-nilai kepahlawanan di ‘zaman now’. Bukan seberapa hebat aksinya, tapi seberapa besar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Generasi milinial seyogyanya dapat mencontoh nilia-nilai ini. Jadilah pahlawan milinial!
Discussion about this post