Anda sudah nonton film Joker, kan? Jika sudah menyaksikan film ini dipastikan kaget melihat judul artikel ini. Anda pasti bertanya, di mana kebaikannya?
Semua orang pasti sepakat bahwa kesan yang ditimbulkan film ini adalah ‘kegilaan’ dan kesadisan. Darah dan pembantaian. Bahkan banyak orang berpendapat bahwa film ini tidak layak ditonton oleh anak-anak karena akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan psikologi mereka. Begitu juga orang dewasa, mereka menonton film ini harus dengan perspektif yang benar agar tidak memberikan pengaruh buruk dalam diri mereka sendiri. Jangan sampai ada Joker jadi-jadian!
Jika yang menjadi perhatian besarnya adalah tentang dendam, pembunuhan, kejahatan, kekacauan social, chaos politik, lantas di mana letak kebaikannya. Inilah yang ingin saya tampilkan. Bukan anti mainstream, tapi saya hanya ingin mengalihkan sedikit perhatian para penonton film ini dari hal-hal yang berupa kejahatan itu kepada hal lain yaitu kebaikan.
Di mana letaknya? Coba ingat-ingat adengan ketika Joker didatangi oleh dua mantan teman badutnya: satu yang cebol bernama Gary dan yang super besar bernama Randall. Nasib malang menimpa Si Gendut karena tewas di tangan Joker dengan gunting bersarang di leher dan matanya. Darah mengalir persis dihadapan Si Cebol. “Why do you do that, Art?” ‘Orang gila’ kok ditanya?
Gary pun sudah sangat yakin bahwa korban selanjutnya adalah dirinya. Dengan postur yang mungil, manalah mungkin bisa melawan Joker yang super kuat itu. Tapi apa yang terjadi kemudian?
“Gary, kau boleh pergi, karena kau sangat baik kepadaku”. Lebih kurang begitulah kata-kata Joker. Tentu, pada situasi ‘hidup-mati’ seperti itu tidak mudah untuk dipercaya. Tapi dia tidak ada pilihan kecuali mencari jalan keluar. Tidak mudah pula karena pintu dikunci dan harus melewati mayat Randall. Ketika mau membuka pintu pun, ternyata dia harus minta bantuan Sang Pembunuh karena grendel pintu kalah tinggi dibanding badannya.
Di sini pointnya. Mengapa Gary selamat dari ancaman kematian itu? Karena kebaikannya sendiri. Lihatlah apa yang Gary lakukan terhadap Joker saat mereka masih sama-sama menjadi badut. Ketika semua orang membenci dan menganggap Joker ‘aneh’, Gary tidak. Gary selalu berbuat baik kepada ‘orang gila’ tersebut.
Catat baik-baik. ‘Orang gila’ sekelas Joker pun ternyata tidak bisa melupakan kebaikan orang lain. Kebaikan itu ternyata memiliki tempatnya sendiri, di dalam ingatan Si Gila sekali pun.
Saya jadi ingat beberapa tahun silam mengikuti seminar motivasi tentang ‘tabungan kebaikan’. Sang Motivator mengatakan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan akan mejadi tabungan. Persis seperti menabung uang di bank. Pada suatu masa, anda mengalami kesulitan dan memerlukan bantuan, saat itulah tabungan kebaikan anda akan dicairkan. Terhindarlah anda dari kesulitan tersebut. Celakanya, jika anda tidak memiliki tabungan. Apa yang mau dicairkan?
Dan sebaliknya, jika anda berbuat kejahatan juga akan ditabung. Jangan bangga jika anda melakukan kejahatan dan anda masih aman-aman saja. Tunggu saja masanya, suatu saat tabungan kejahatan anda akan cair. Saat itu anda akan mengalami kejatuhan yang luar biasa. Lihat saja para pelaku korupsi. Pasti mereka tertangkap bukan pada percobaan pertama. Satu kali aman, dua kali tidak apa-apa, tiga kali santai, dan pada waktunya tertangkap dan ‘jatuh tapai’. Cair, bray…
Pada perspektif ini, jelaslah Gary selamat dari ‘santapan’ Joker bukan karena Joker baik hati tapi kebaikannya di masa lalu telah melindunginya.
Intinya, selalulah berbuat baik kepada siapa saja dan dalam kondisi apa saja. Ketika berada di tengah-tengah para penjahat dan ‘orang tidak waras’ sekali pun kita harus berbuat baik. Ingatlah, kebaikan tetaplah menjadi kebaikan yang akan mendatangkan kebaikan. Ayo berbuat baik.
Discussion about this post