Oleh: Bahren Nurdin, MA
Istilah ‘jihad narkoba’ atau labih tepatnya ‘jihad melawan narkoba’ muncul dari testemoni seorang mantan pencandu narkoba yang ditampilkan oleh BNN Kota Jambi dalam Rangka Rapat Kerja bersama Walikota dan seluruh Kepala SKPD di lingkungan pemerintah Kota Jambi. Sebut saja namanya Mr. H. Istilah ini menjadi sangat menarik setelah mendengarkan perjalanan hidupnya yang begitu ‘gelap’ bergelimang dengan narkoba hingga akhirnya menemukan ‘jalan’ untuk kembali ke jalur hidup yang sebenarnya.
Menurut pengakuan Mr. H, dia telah mengenal narkoba sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Terlahir di tengah keluarga yang berkecukupan dan terdidik. Orang tuanya seorang pegawai negeri sipil yang memiliki jabatan dan disegani. Secara ekonomi keluarganya hidup dengan baik dan tidak kekuarangan. Kehidupan rumah tangga kedua orang tuanya pun sangat baik. Pola asuh anak yang dilakukan oleh kedua orang tuanya juga bagus. Mr. H mendapat kasih sayang sebagaimana anak-anak lainnya.
Jika begitu dari mana masuk pengaruh narkoba dalam hidupnya? Pergaulan. Berawal dari ‘salah bergaul’. Dia masuk ke dalam lingkaran pergaulan yang sudah terlebih dahulu menikmati narkoba. Diawali dengan tawaran gratis dan coba-coba, akhirnya bertungkus lumus di dalam lingkaran setan pengedaran narkoba. Hampir semua jenis narkoba dijajalnya bersama teman-teman SMP-nya. Orang tuanya tidak pernah tahu. Yang mereka tahu anaknya baik-baik saja. Pulang dan pergi sekolah menuntut ilmu. Tapi ternyata Mr. H lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kelas ketimbang duduk manis bersama guru menuntut ilmu.
Namun demikian, Mr. H masih tetap melanjutkan pendidikannya. Dari SMP, SMA, dan Kuliah tetap ia jalani walau dengan terseok-seok bersama pengaruh narkotika dalam dirinya. Selama bertahun-tahun ia jalani hidup dengan sangat berat. Narkoba pula telah membawa ia ke dalam berbagai kejahatan. Bayangkan saja, setiap harinya ia harus membeli narkoba ke bandar dengan harga empat ratus ribu sampai dengan jutaan. Untuk memenuhi kebutuhan itu ia harus melakukan berbagai cara. Dari menipu orang tua hingga merampok di jalanan.
Barang-barang berharga di rumah sudah habis dijualnya. Ia pernah mencuri cicin satu-satunya milik ibunya yang sedang dipakai. Ia curi cincin itu saat ibunya sedang tertidur. Tidak ada lagi yang bisa dijual, terakhir ia mencuri kandang burung besi milik ayahnya. Seluruh teman-teman sudah pernah ditipu dan diperas. Terakhir menjadi perampok di jalanan.
Narkoba akhirnya benar-benar membuat hidupnya tidak berarti. Di umur yang masih relative muda, ia sudah divonis pengidap HIV-AID. Ia terhempas dan putus asa. Makna hidup sudah tidak ada. Ia kemudian menjadi mayat berjalan.
Kesabaran Orang Tua
Ketika orang tuanya akhirnya tahu bahwa ia berada dalam kubangan narkoba, dia dirangkul dengan kasih sayang dan perhatian yang besar. Kejahatan-kejahatan yang dilakukan tidak lantas ia dikucilkan dari keluarga. Mr. H mengakui kasih sayang kedua orang tuanya begitu besar pada dirinya. Kasih sayang yang telah ia hianati sejak lama karena jeratan narkoba. Kasih sayang yang telah ia gadaikan untuk membeli barang haram tersebut.
Semua cara kemudian dicoba untuk mengeluarkannya dari kubangan kejahatan itu. Titik baliknya, ketika Mr.. H ‘dipaksa’ untuk menunaikan ibadah umroh. Di sanalah ia mulai menemukan cahaya kehidupan. Pola pikirnya berubah. Harapan hidupnya bangkit kembali. Ia seolah terlahir kembali. Ia memutuskan untuk berhenti dan menjauh dari kegelapan dunia narkoba. Sembuh.
Jihad Narkoba
Mr. H selalu terobsesi dengan dunia jihad. Beberapa kali ia minta izin dengan kedua orang tuanya untuk jihad ke medan perang di Suriah. Sampai akhirnya ia disadarkan bahwa saat ini negara kita juga sedang berkecamuk perang melawan narkoba. Tidak ubanya medan perang di negara-negara konflik itu, negeri ini dalam ancaraman besar dari musuh yang bernama narkoba.
Beberapa tahun terakhir Mr. H sudah melakukan jihadnya melalui beberapa organisasi kemanusiaan untuk memerangi narkoba. Kini ia berdiri paling depan menjadi komando untuk menarik tangan-tangan anak negeri ini yang masih bergelimang dengan kejahatan melalui narkoba. Satu persatu mereka diselamatkan. Satu persatu mereka dirangkul dan disadarkan. Memang tidak dar der dor menggunakan senjata, namun Mr. H menemukan jalan hidupnya sendiri dengan ‘jihad narkoba’.
Akhirnya, tulisan ini ingin menginformasikan kepada kita semua bahwa tidak ada kata putus asa dalam memerangi narkoba. Mr. H yang sudah sedemikian parahnya bergelimang kejahatan narkoba ternyata masih bisa menemukan arah untuk kembali ke jalan yang benar. Kasih sayang orang-orang terncinta menjadi energy positif sangat diperlukan.
Discussion about this post