Oleh: Bahren Nurdin, MA
Apa hebatnya jadi anak kos? Jika anda selama sekolah atau kuliah belum pernah nge-kos, rasanya belum lengkap makna perjuangan itu. Sensasinya belum ‘maknyos’. Bagaimana jika menjadi anak kos setelah berkerja? Beda, nilai juangnya berbeda. Menjadi anak kos saat sekolah atau kuliah cukup baik untuk menguji adrenalin dan cukup sehat karena hampir setiap bulan dipastikan melakukan ‘senam jantung’; dag dig dug menunggu kiriman. Lebih-lebih, jika keadaan perekonomian orang tua pas-pasan. Pas diminta, pas nyari pinjaman.
Menjadi anak kos, jauh dari orang tua, disadari atau tidak ternyata sangat berkontribusi terhadap pembentukan mental (mindset) seseorang. Dapat dipastikan cara pandang, cara menyelesaikan masalah, cara bergaul (berhubungan dengan orang lain) dan cara hidup orang-orang yang pernah menjadi anak kos (merantau) berbeda dengan orang-orang yang dari kecil hingga dewasa berada bersama orang tua. Sangat berbeda. Secara umum, ‘mantan’ anak kos lebih siap dan mampu menyelesaikan masalah hidup dengan melihat berbagai prespektif.
Secara alamiah ternyata mental anak kos terbentuk dengan sendirinya. Pertama, kemandirian. Tinggal jauh dari orang tua sudah dapat dipastikan akan membentuk kemandirian dalam berbagai hal, karena semua memang harus dikerjakan sendiri – dari memenej keuangan hingga memasak dan mencuci. Sendiri!
Walupun harus diakui, kemajuan zaman dan teknologi telah menciptakan pergeseran gaya hidup masyarakat, termasuk anak kos. Anak kos sekarang sudah jauh berbeda dengan anak kos sebelum tahun 2000an. Dulu, ketika hendak berpisah dengan orang tua dan keluarga memang benar-benar berat karena tidak mudah untuk berkomunikasi. Sekarang dengan kecanggihan teknologi, orang tua dan anak yang berjarak ribuan kilo meter dapat berkomunikasi dengan mudah dengan menggunakan perangkat ‘smartphone’. Sekarang pun anak-anak kos telah akrab dengan catering dan laundry. Dulu masak dan mencuci memang dikerjakan sendiri. Namun demikian, nilai-nilai kemandirian sebagai anak kos tetap saja terbentuk dengan sendirinya.
Mandiri tidak hanya dalam menyelesaikan hal-hal teknis seperti memasak dan mencuci. Kemandirian yang terbentuk ketika jauh dari orang tua dan keluarga adalah sikap mental (mindset). Bagaimana kemudian ia melihat dirinya sendiri dan harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri.
Kedua, belajar bertanggung jawab. Ya, hari-hari pertama berpisah dari orang tua dapat dipastikan seorang anak kos merasa dirinya seperti dilepas ke lautan lepas. Mendayunglah sendiri, hadapilah ombak dan badai sendiri, dan tentukanlah arah dan tujuan sendiri. Dan, menangislah sendiri, hehe.
Tanggungjawab sepenuhnya ada pada diri sendiri. Resikonya, seluruh keputusan yang diambil akan berdampak langsung pada diri sendiri. Malas mendayung, akan jalan ditempat alias tidak maju-maju. Salah menentukan arah, akan tersesat. Kalah dalam melawan ombak dan badai, akan tenggelam.
Dengan kondisi seperti itu, secara alamiah anak-anak kos dapat belajar selangkah demi selangkah mempertanggungjawabkan atas apa yang ada pada dirinya. Dia mulai menyadari sepenunya bahwa orang lain selain dirinya hanyalah ‘supporting system’, tapi yang bertanggungjawab penuh adalah dirinya sendiri. Manjadi actor kehidupan sendiri.
Ketiga, pembentukan jiwa sial. Ini juga hal yang tidak kalah penting terjadi pada mental-mental anak kos. Ketika menyadari hidup jauh dari orang tua, maka hal pertama yang dirasakan adalah merasa diri lemah. Merasa diri lemah, maka secara alamiah pula ia mencari orang-orang untuk ‘berlindung’. Merasa dirinya lemah, maka terkikislah nilai-nilai kesombongan dan pongahan terhadap orang lain. Dampak positifnya, mereka lebih mampu memahami dan menerima orang lain, lebih peduli dan saling membantu. Mudah berbagi juga menerima.
Akhirnya, pada orang tua saya berpesan, lepaskan saja anak-anak ke rantau orang. Biarkan mereka jadi anak kos karena dipastikan akan membentuk mentalnya yang kuat dan penuh tanggung jawab. Kepada calon anak kos, jangan khawatir. Hidup memiliki jalannya sendiri. Ingatlah, Allah adalah sebaik-baik penjaga. Jangan pernah takut dan khawatir untuk jadi anak kos karena dengan cara inilah kita sedang belajar menjadi manusia yang mandiri. #BNODOC21504082017
*Akademisi UIN STS dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post