Oleh: Bahren Nurdin, MA
Jika mendengar kata ‘investasi’, apa yang terbayang dalam benak anda? Betul, otak anda akan langsung mengkorelasikan kata itu dengan modal usaha, proverti, perusahaan, passive income, dan seterusnya. Itulah memang makna investasi yang dipahami selama ini. Kamus pun berkata begitu, yaitu “penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan” (kbbi.web.id). Jadi investasi itu melakukan dua perkara; menanam modal dan mendapat untung. Modal sama dengan untung. Semakin besar modal yang ditanam semakin besar untung yang didapat. Keren!
Tapi taukah anda bahwa ada sesungguhnya investasi yang nilainya sangat besar? Jika diuangkan, nilainya ribuan triliun dan keuntungannya mengalir terus menerus tak terbatas waktu. Modalnya? Lumayan. Anda mau?
Saya menyebutnya ‘investasi langit’. Tidak perlu diperdebatkan istilah itu. Saya hanya ingin memberi perbedaan sebutan saja. Jika investasi-investasi yang saat ini anda pahami atau sebagaimana yang ada di buku-buku ekonomi di dunia ini, saya menyebutnya ‘investasi bumi’. Penanaman modalnya di bumi dan keuntungannya juga untuk mahluk bumi, dan selagi anda ada di bumi.
Berbeda dengan ‘investasi langit’ yang penanaman modalnya dilakukan di bumi tapi keuntungannya bisa jadi diperoleh sejak anda di bumi bahkan sampai suatu saat nanti anda telah meninggalkan bumi ini. Sekali investasi yang selamanya memperoleh keuntungan. Wow! Luar biasa kan?
Inilah investasi yang luar biasa itu. Tidak tanggung-tanggung, tutorialnya langsung disampaikan oleh orang terbaik sedunia, businessman sejati, konglomerat ulung, kepala pemerintahan sukses, suami juga orang tua tangguh. Siapa lagi kalau bukan Muhammad Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).
Itulah paling tidak tiga jenis ‘investasi langit’ yang Rasulullah tunjukkan, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh (selalu mendoakan kedua orang tuanya). Tiga investasi ini merupakan cara memperoleh ‘passive income’ yang telah Rasulullah tuntunkan kepada ummatnya.
Pada artikel ini mari kita bahas salah satu dari tiga hal tersebut yaitu ‘anak saleh’. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memiliki mindset yang benar terhadap anak. Karena jika konsepnya salah, maka salahlah perlakuan terhadap anak. Pada konteks ini, bagaimana menjadikan anak sebagai aset ‘investasi langit’. Anak yang mampu mendatangkan ‘income’ ketika kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Tentu bukan ‘income’ materi dunia tapi apa-apa yang dibutuhkan di akhirat. Karena pada masa itu, kedua orang tua tidak lagi membutuhkan ‘income’ dunia seperti uang dan harta benda.
Bagaimana konsep yang benar terhadap anak? Konsep dasar yang harus diketahui bahwa anak-anak tidak dilahirkan langsung besar, sukses, bahagia, pandai dan menang. Anak-anak juga tidak dilahirkan langsung gagal, menderita, kecewa, nakal dan kalah. Tetapi anak-anak mempunyai potensi untuk kedua-duanya. Potensi inilah yang kemudian akan menjadi ‘investasi langit’. Bagaimana mengolah potensi ini? (bersambung…). #BNODOC18101072017
*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post