Oleh: Bahren Nurdin, MA
[Kesatu: Jika mendengar kata ‘investasi’, yang terbayang dalam benak anda modal usaha, proverti, perusahaan, passive income triliunan rupaiah, dan seterusnya. Ternyata ada investasi yang dapat mendatangkan keuntungan tak terbatas untuk selamanya yaitu ‘investasi langit’ yang terdiri dari sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim). Kita kupas anak yang soleh sebagai asset investasi ukhrawi].
Jadi, konsep dasarnya adalah bahwa anak-anak tidak dilahirkan langsung besar, sukses, bahagia, pandai menang, dan mendatangkan ‘keuntungan’. Anak-anak juga tidak dilahirkan langsung gagal, menderita, kecewa, nakal, kalah dan tidak berguna. Tetapi anak-anak mempunyai potensi untuk kedua-duanya. Tergantung siapa dan bagaimana mengelolanya.
Paling tidak ada dua faktor penting sukses atau tidaknya investasi ini. Pertama, faktor investor. ‘Investor’-nya sangat penting untuk menentukan apakah investasi ini akan menghasilkan ‘keuntungan’ atau bahkan akan membawa ‘kerugian’. Pada konteks ini, investornya adalah kedua orang tua. Maka kemudian lahirlah istilah, orang tua yang hebat akan melahirkan generasi kuat. Lihatlah ‘Sang Mentor’ (dibaca: Rasulullah saw) yang merupakan orang paling sukses menjadi ‘investor’ di bidang ini. Beliau berhasil dengan sukses melahirkan genersi yang sangat tangguh dan berpegang teguh pada perintah Allah. Siapa lagi kalau bukan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad salah satunya.
Fatimah memiliki ‘investor’ yang luar biasa sehingga ia mampu tumbuh dan berkembang dengan ketentuan-ketentuan yang Allah inginkan. Tauhidnya kepada Sang Pencipta tegak lurus dan kokoh tak tergoyahkan. Akhlak dan budinya mulia bersinar ke seluruh penjuru dunia. Pengabdian dan pekertinya terhadap orang tua dan suaminya sungguh sangat berharga. Inilah sebaik-baik contoh anak yang lahir di tangan orang tua yang hebat. Sekali lagi, ‘investasi yang mendatangkan keuntungan yang besar dapat diapastikan lahir dari ‘investor’ yang besar pula.
Apa pula syarat yang harus dimiliki seorang ‘investor’ hebat? Pertama, niat yang benar dan mental yang kuat. Niat yang benar itu sangat penting karena kata Rosulullah “Innamal A’malu Binniyat” (amal itu tergantung niatnya). Niatkanlah karena Allah. Niat yang benar inilah kemudian akan melahirkan mental yang kuat. Ingat, tantangan menjadi investor di bidang ini sangat berat dan perlu kesungguhan yang membaja. Hal ini wajar dan sudah menjadi hukum alam bahwa suatu keuntungan yang besar pasti menghadapi tantangan yang besar pula. Tantangan yang besar diperlukan mental yang pantang menyerah.
Dalam banyak kesempatan saya selalu tegaskan bahwa tantangan menjadi orang tua hari ini tidaklah sama dengan apa yang dihadapi oleh orang tua pada zaman sebelumnya. Perubahan zaman dan kemajuan teknologi merupakan ‘musuh’ berat yang harus dihadapi oleh setiap orang tua saat ini. Di kampung saya dulu misalnya, para orang tua tidak terlalu susah memerintahkan anaknya pergi ke masjid untuk sembahyang dan mengaji. Hari ini, jangankan untuk pergi ke masjid, menyuruh anak makan saja harus perang dulu dengan sinetron atau film kartun. Menghadapi hal-hal semacam inilah diperlukan mental yang tangguh.
Kedua, ketauladanan. Kunci sukses Rasulullah dalam segala bidang adalah ketauladanan. Dalam seminar-seminar parenting saya juga selalu ‘nyindir’ para ayah-ayah yang hadir. Saya katakan, ‘jangan larang anak anda merokok jika anda masih merokok’. Jika itu anda lakukan, sama saja mengajari anak anda tidak menghormati anda. Boleh jadi perlawanan itu tidak dilihatkan secara terang-terangan, paling tidak alam bawah sadar mereka akan megatakan ‘ah, ayah saja merokok’. Begitu juga hal-hal lain seperti shalat, jujur, sedekah, dan lain sebagainya. Cara terbaik memerintahkan anak shalat adalah dengan mengajaknya shalat bersama.
Mudahkah semua ini dilakukan? Tentu tidak semudah yang dibayangkan, lebih lagi bila dihadapkan dengan segala kesibukan yang ada. Maka harus diingat pula, uang tidak menjadi jaminan sebagai modal sukses dalam investasi ini. Contohnya dapat ditemukan di sekeliling anda. Banyak orang-orang yang memiliki uang dan harta kekayaan berlimpah tapi gagal menjadikan anaknya sebagai ‘investasi langit’. Bahkan sebaliknya, uang bisa menjadi mala petaka bagi kedua orang tuanya. Dengan uang anak-anak mereka menjadi saling bermusuhan, bahkan saling membunuh untuk memperebutkan harta warisan. Na’uzubillah! (bersambung…) #BNODOC18101072017
*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post