“Hoi Pak cik, lagi ngapo tu?”
“Ha..inilah lagi nyiram kembang. Nak ke mano kau Pik?”
“Ni nak beli baju sekolah Kulup bentaa ke pasar. Mak Cik sehat laah?”
“Sehatlah. Ado lah dio di dapur masak sambal jengkol po katonyo”
Pernahkah anda mendengar dialog di atas? Atau sekedar menebak-nebak di mana dialog tersebut berlangsung. Ya, itu adalah dialog singkat orang Jambi ketika bertemu tetangga atau sekedar melintas di depan rumah orang lain. Ini hanyalah basa-basi atau tegur sapa. Orang Amerika menyebutnya greetings. Saya yakin walaupun tidak sama persis bahasanya, dialog seperti ini juga terjadi di kampung halaman anda di Indonesia sana.
Namun ketika sekarang tinggal di rumah susun (flat) di Malyasia ini, masih mungkinkah basa-basi itu terjadi? Inilah yang ingin saya sampaikan kemudian pada artikel singkat di bulletin ini. Buletin HITAM PUTIH kesayangn kita samua.
Pernah anda berdiri di depan flat anda? atau berdiri di mana saja dan memperhatikan flat-flat yang berdiri dihadapan anda? apa yang ada di dalam benak anda? ketika itu saya rasakan saya melihat kotak-kotak yang ditegakkan dan diberi ruang-ruang. Semakin saya mengecilkan mata atau mencoba memejamkan mata sebelah kiri saya, semakin jelas kalau flat-flat itu tidak lebih dari kotak-kotak beton yang ditumpuk-tumpuk hingga bertingkat-tingkat. Kotak-kotak ini kemudian diberi terali besi dan konci berlapis-lapis. Gembok sebesar paha anak balita.
Di dalam kotak-kotak inilah kemudian nilai-nilai individualisme dibangun dan dipupuk. Di dalam kotak ini tidak ada yang lebih penting kecuali diri sendiri. Di dalam kotak ini pula dikembangkan pikiran dan sikap bahwa selain dirinya adalah orang lain yang dianggap aneh dan membahayakan keselamatan dirinya. Selain dirinya dalah ancaman. Maka jika diamati lebih detil lagi, kotak itu tidak lebih dari Nusa Kambangan (kata orang see, soalnya belum pernah ke sana. Berharap jangan pernah heee…). Itu artinya sama bahwa kita setiap hari keluar masuk penjara.
Cobalah anda berbaik hati dan mencoba berkenalan dengan orang-orang yang berada di dalam penjara sebelah. Anda menegur mungkin seaktu menjemur pakaian. Berpapasan waktu naik atau turun tangga. Melalui suara yang terkadang kedengaran menembus tembok, dan lain-lain. Maka kemudian anda akan dianggap orang aneh. Orang suka iseng. Orang yang tak beradab. Orang yang sok kenal. Orang yang tidak tau sopan santun. Orang yang ….pokoknya jelek deh. Walaupun mungkin dengan cara ini anda akan bisa mengenal satu sama lain. Lagi-lagi tembok-tembok flat ini telah membina mental individualisme dengan baik
Pernahkah anda membayangkan jika anda sakit?orang bijak mengatakan, keluarga anda yang pertama (paling dekat) adalah tetanggamu. Wah repot, mana tetangga anda di sini? Mungkin jawabannya TEMBOK. Karena orang yang berada di sebelah tembok baik kiri mau pun kanan bukan orang tapi juga tembok yang berjalan. Artinya sama-sama tidak akan peduli anda mau mati atau mau hidup. Maka pantas kemudian jika banyak sekali orang-orang yang meninggal dunia tanpa diketahui oleh orang lain dalam sebuah flat atau apartemen. Sungguh cara meninggal yang sangat menggenaskan. Saya pernah melihat monyet (maklum anak dusun..) menyaksikan salah satu kawannya yang mati dan kemudian rebut memberitahu teman yang lain. Di flat ini siap-siap anda akan mati lebih menggenaskan dari mereka, (jangan kesinggung lho…)
Anda berdiri di dalam kamar dan ekmudian pejamkan mata anda. tarik napas dalam-dalam dan coba masuk kedalam dunia hayal anda, (kayak Romi Rafael saja). Siaaap….? Oke, sekarang bayangkan bahwa tidak ada tembok sama sekali. Anda menyaksikan ada gedung yang luas sekali. Di dalam gedung itu (persis seperti aula besar) ada banyak orang dengan segala aktivitasnya. Ada yang sedang menyapu. Memasak, menyetrika pakaian, membaca buku, bermain games, mengetik tesis, menyusun data penelitian, membaca Al-Quran, menyemir sepatu, dan lain-lain. Kemudian anda datang kepada yang masak, “hei Cik lagi masak ape nie?” kemudian dia nawarin anda makan bersama keluarganya. Anda bertemu keluarga yang sedang sakit, anda bilang “sudah dapat obat belum? Di rumah saya ada obat penurun panas” kemudian ia mengucapkan terima kasih. Anda…. (sudah kelamaan, dan jangan bayangin masuk kamar mandi, bahaya)
Sudah buka mata anda. itulah sesungguhnya dan idialnya hidup ini. Kita saling peduli. Sesungguhnya tembok-tembok ini dibangun oleh manusia dan seharusnya bisa ‘dihancurkan’. Maksud saya bukan secara fisik kita hancurkan, tetapi bagaimana kita melihat tembok tersebut bukan menjadi penghalang untuk kita saling mengenal dan saling peduli. Emang sih di akhirat nanti katanya kita juga mengurusi diri sendiri dengan amal-amal kita sendiri. Tapi alangkah malangnya nasib kita ketika kita mengetahui di dunia sendiri (padahal banyak orang), di kubur sendiri (walaupun ada cacing dan kelabang), di akhirat sendiri lagi. Maka dari itu sekarang juga mari kita hancurkan tembok-tembok flat ini dengan nilai-nilai social dan kemanusiaan. Kita robohkan sekat-sekat perbedaan di muka bumi ini. Individualisme hanya akan merugikan kita semua. Terima kasih.
Malaysia 5 Juli 2008
Discussion about this post