Oleh; Bahren Nurdin, MA
Yang penting hutang dulu dan dapat duit dulu, persoalan bagaimana bayarnya, itu persoalan nanti. Jadilah kita saat ini negara tukang hutang yang tidak jelas kapan bisa membayarnya. Dan, kedaulatan bangsa ini pun ‘kembali’ terjajah oleh negara lain berwujud hutang. Bertekuk lutut pada rentenir!
Mindset berhutang adalah pola pikir jangka pendek. Dianalogikan, seorang ibu rumah tangga yang ‘kalap’ ketika didatangi tukang kredit. Dengan sedikit diberi bujukan dan iming-iming ‘bunga rendah’ oleh salesnya, tanpa pikir panjang Sang Ibu langsung sikat ini dan itu. Selagi mau ambil tanpa memikirkan dari mana nanti harus membayar angsuran kredit tersebut.
Benar saja, sebulan kemudian langsung panik dan ‘tercekik’ karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga (APBK) menjadi membengkak dan hutang tidak dapat dilunasi. Besar hutang dari pendapatan! Kapal rumah tangga pun oleng, subsidi uang sekolah anak dicabut, tabungan disikat, hutang lagi sana sini. Terakhir, malak!
Ternyata pola pikir (mindset) yang berorientasi jangka pendek ini sangat berbahaya. Coba lihat pembangunan yang ada di lingkungan kita saat ini. Landasan berpikir pembangunan yang sangat dangkal. Filosopinya pun ‘cetek’, “yang penting (hari ini) sudah dibangun”. Persoalan besok rusak, tidak jadi masalah. Lihat saja pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti jalan, gedung-gedung pemerintah, masjid, jembatan, gedung sekolah, dan lain sebagainya – rusak .
Semua dibangun di atas asas ini. Maka tidak heran kemudian semua fasilitas-fasilitas itu sudah rusak sesuai waktu yang diinginkan; keesokan harinya. Ya, itulah yang diinginkan karena akan ada anggaran perbaikan bahkan pembangunan (baru) lagi. Dirusak yang ‘lama’ (yang baru kemaren dibangun itu), dan dibangun lagi. Dianggarkan lagi dan proyek lagi. Orientasi perut!
Pola pikir ini lebih mengerikan lagi terjadi pada cara-cara mencari nafkah. Pola pikirnya juga sama, “yang penting dapat duit dulu”. Persoalan haram, halal, korup, merugikan orang lain, merusak alam, dan sebagainya, tidak masuk itungan. ‘Yang penting dapat dulu’!
Pola pikir ini agaknya salah satu yang mengispirasi banyak koruptor di negeri ini. ‘Yang penting duit masuk rekening dulu, persoalan setelahnya ditangkap polisi atau diciduk KPK urusan nanti’. Begitu juga Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI), ‘yang penting dapat duit banyak dan cepat, persoalan merusak lingkungan, masalah belakangan’. Budaya nyontek di kalangan pelajar dan mahasiswa juga menganut ‘faham’ ini. ‘Yang penting nilai tinggi dulu. Persoalan didapat dari cara tidak benar, masa bodoh’.
Berbahaya! Tapi itulah yang terjadi. Nyaris semua lini kehidupan sosial kemasyarakatan dan pembangunan bangsa ini digerogoti oleh pola pikir jangka pendek. Lebih mengerikan lagi, ‘penyakit’ ini juga menyerang para pemimpin negeri ini di berbagai level. Dan agaknya, inilah sebenarnya yang menjadi biang kerok menumpuknya hutang negera yang saat ini menghebohkan itu.
Lihatlah kata-kata yang sering terlontar, ‘hutang dulu’, ‘pakai dulu’, ‘potong dulu’, ‘cabut dulu’ dan dulu-dulu lainnya. Bagaimana ‘nantinya’ biar pemimpin selanjutnya yang memikirkannya. Yang penting ‘sekarang’! Sungguh, pola pikir yang sesat.
Akhirnya, ‘kesesatan’ dalam berpikir (mindset) akan menciptakan orientasi sesat pula yang pada akhirnya memberikan dampak negatif terhadap banyak hal. Mindset berorientasi jangka pendek (short orientation) hanya mampu mengajak orang untuk hidup ‘hari ini’ dan mengabaikan masa depan. Agaknya bangsa ini sedang memerlukan pemimpin ‘futuristic’ yang mampu melihat nasib bangsanya 1000 tahun mendatang agar tidak menjadi pecundang hutang. Dicari!
#BNODOC21201082017
*Akademsi dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post