Perhelatan pemilihan kepala daerah Provinsi Jambi masih terhitung dua tahun lagi; 2021. Layar ‘Jambi Tuntas’ yang saat ini dinahodai Fachrori Umar masih cukup waktu untuk mendayung sampai ke darmaga; TUNTAS atau KANDAS. Kita lihat saja nanti. Namun, di dunia politik, waktu dua tahun bukanlah waktu yang panjang. Buktinya, ‘kebisingan’ mulai terjadi.
Beberapa nama mulai digadang-gadang. Sejumlah tokoh dimunculkan sebagai kandidat yang akan meramaikan perhelatan tersebut. Dari sekian orang yang dihadirkan ke permukaan, nama Hasan Basri Agus (HBA) mulai dimasukkan ke dalam bursa. Walaupun yang punya nama belum mengeluarkan statemen apa pun, kehebohan di dunia politik tidak dapat dihindari.
Masuknya kembali nama HBA yang notabenenya adalah mantan gubernur Jambi, menjadi menarik untuk diperbincangkan oleh banyak kalangan dari ranah akademisi, politisi, media masa sampai medsos. Maka melalui artikel singkat ini saya ingin memberikan sudut pandang lain. Lain, karena hampir semua orang bersetuju HBA kembali mengikuti kompetesi calon Gubernur Jambi mendatang. Saya malah melihatnya sebaliknya; jangan!
Mengapa HBA tidak perlu masuk kembali dalam kontestasi ini? Ada beberapa pertimbangan yang menurut saya patut diperhatikan. Pertama, jangan turun level. Memang diakui bahwa menjadi kepala daerah memiliki prestise tersendiri. Menggiurkan dan mempesona. Lihatlah banyak anggota dewan bahkan pejabat setingkat menteri pun masih mau ikut jadi calon kepala daerah. Namun, dalam konteks HBA, jika masuk kembali mejadi calon gubernur pada 2021 mendatang, sama dengan turun level.
Apa yang saya maksud turun level adalah bahwa beliau sudah dipercaya oleh masyarakat Jambi berada di Senayan sebagai senator RI. Ini berarti masyarakat Jambi menginginkan kiprah HBA pada level yang lebih tinggi dan lebih luas. HBA sudah saatnya membangun Jambi dari pusat.
Saya masih ingat kata-kata Beliau dalam beberapa kesempatan saat masih menjabat sebagai Gubernur Jambi, “Payah nian nyari orang kito di Pusat”. Nah, saatnya beliau sendiri yang akan menjadi ‘orang kito’ untuk membantu pembangunan Jambi mendatang.
Kedua, memunculkan tokoh baru. Dengan tidak majunya HBA pada pilgub mendatang maka dapat diyakini akan muncul tokoh-tokoh baru. Putera-puteri terbaik Provinsi Jambi akan memberanikan diri untuk menjadi kontestan. Berharap, yang muncul adalah yang benar-benar baru dan memiliki ketokohan yang kuat di tengah masyarakat. Yang lebih hebat, HBA mampu memunculkan tokoh-tokoh tersebut sebagai rekomendasi. Namun, tentunya yang benar-benar memiliki kapabelitas yang baik.
Ketiga, Jambi perlu tokoh nasional. Jambi memerlukan tokoh nasional. Orang Jambi yang dikenal seantero nusantara. Tanpa maksud mengecilkan peran beberapa anggota DPR-RI atau DPD-RI dapil Provinsi Jambi selama ini, tidak terdengar ada tokoh Jambi yang berbicara kepentingan nasional. Sebagian besar dari mereka, setelah terpilih, ‘bak batu jatuh ke lubuk’ yang akan muncul pada saat pemilihan lima tahun kemudian. Jangankan untuk Indonesia, apa yang mereka perjuangkan untuk Jambi saja tidak berwujud.
Kemunculan nama HBA di Senayan merupakan harapan besar masyarakat Jambi akan mengharumkan nama Jambi pada level nasional. Tentu masyarakat ingin melihat kiprah orang Jambi untuk membangun Indonesia tercinta ini. HBA untuk Indonesia.
Akhirnya, tidak ada yang meragukan kiprah dan karir politik Hasan Basri Agus (HBA). Memperoleh suara terbesar menuju Senayan menjadi bukti bahwa masyarakat benar-benar mempercayainya sebagai pemimpin. Maka, saatnya HBA mengambil porsi kepemimpinan dan tanggungjawab yang lebih besar dan lebih tiggi lagi. Sekarang masanya HBA berbuat untuk Indonesia, bukan lagi level provinsi. Lupakan pilgub mendatang, fokuslah berbuat di tingkat nasional karena HBA memang sudah selayaknya terlahir untuk Indonesia. Semoga.
Discussion about this post