Oleh; Bahren Nurdin, MA
‘Hantu’ era ini bernama HOAX. Tapi anehnya, ‘hantu’ ini tidak ditakuti namun disukai dan dilakukan oleh sebagain besar penduduk dunia. Entah mana yang aneh, ‘hantunya’ yang aneh atau memang penduduk bumi yang semakin ‘sinting’. Bagaimana tidak, mereka sangat menyukai dan mempercayai suatu berita, gambar, video, tulisan dan lain-lain yang sesungguhnya tidak pasti, tidak benar bahkan tidak ada sama sekali. Aneh tapi nyata! Anda juga, kan? hehe
Secara teknis bagaimana cara menghindari ‘hantu’ ini, saya pernah menyampaikannya melalui artikel ‘HOAX Mania itu, Ya Kita’ yang telah dipublikasikan oleh berbagai media. Saya sarankan, ketika menerima suatu berita, gambar, video, dan lain sebagainya, pertama, telilit sebelum disebarkan. Kedua, jangan ikut teruskan. Saya juga ingatkan, “Kita harus menyadari bahwa kita hidup di zaman yang penuh tipu daya. Kita sangat mudah menerima berita-berita yang tidak jelas sumbernya. Jika kita tidak teliti maka tidak menutup kemungkinan kitalah hoax mania itu”.
Maka melalui artikel kali ini saya ingin menumbuhkan kesadaran bersama bahwa HOAX tidak bisa lagi kita anggap ‘hantu’ biasa. Jangan lagi kita mengira ia hal yang remeh-temeh. Sudah harus ada kesadaran kolektif bahwa HOAX adalah musuh peradaban yang harus diperangi secara bersama karena dampak atau daya rusak yang ditimbulkannya sangat besar.
Pertama, memecah belah persatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan bangsa ini sudah dirawat sejak kelahirannya. Para pejuang dan pendiri negara telah menyumbangkan keringat, air mata, bahkan darah untuk merekat erat setiap jasad yang bernafas di atas Bumi Pertiwi ini. Sila ke tiga PancaSila sebagai lem pemersatu yang kokoh ‘Persatuan Indonesia’. Perbedaan apa pun yang melekat pada diri setiap manusia Indonesia akan disatukan menjadi satu kata ‘Indonesia’. Jika sudah menyebut kata itu, hilanglah semua warna perbedaan. Itulah kekayaan yang sangat mahal harganya.
Kakayaan yang mahal ini agaknya mulai dilirik untuk dirampok dan dirampas! Saat ini perampok itu bernama ‘HOAX’. Berita kebencian satu suku terhadap suku lain disebarluaskan. Kebengisan satu agama terhadap agama lain diada-adakan. Perbedaan pendapat antar kelompok diviralkan. Disadari atau tidak, HOAX telah menjadi alat propaganda penghancur persatuan bangsa.
Kedua, pembunuhan karakter (Character Assassination). Salah satu penanda zaman ‘smart phone’ saat ini adalah banyaknya orang yang ‘dikubur hidup-hidup’. Mengerikan! Ada orang yang masih bernafas tapi hakikatnya sudah mati; bukan fisiknya yang ditanam tapi karakternya yang telah ditelan bumi. Salah satu alat canggih untuk melakukan pembunuhan itu adalah ‘HOAX’.
Dengan menggunakan ‘HOAX’ siapa saja boleh membunuh siapa pun. Caranya pun cukup gampang dan teruji ampuh. Tinggal buat tulisan, berita, gambar, video tentang keburukan orang yang hendak ‘dibunuh’, dan kirim ke seluruh pemilik handphone pintar di dunia ini. Hasilnya, hanya dalam hitungan detik, mayatnya pun langsung ditemukan! Sadis!
Ketiga, fitnah berantai. Menyampaikan sesuatu yang belum pasti itu disebut juga fitnah. Allah SWT menempatkan dosa membuat fitnah lebih buruk dari pada membunuh. Firman Allah “…fitnah itu besar (dahsyat) dari melakukan pembunuhan…” (QS al-Baqarah: 217). Kegiatan memfitnah itu sendiri ternyata dianalogikan oleh Allah seperti ‘suka memakan daging saudaranya yang telah mati’. Makan mayat; menjijikkan! Coba ingat-ingat keseharian anda. Jangan-jangan setiap hari sarapan ‘mayat’ kawan sendiri. Ngeri, Brai!
Apa yang saya sampaikan pada artikel ini hanyalah sebagian kecil dampak yang ditimbulkan oleh HOAX. Masih bagitu banyak dampak negatif lainya. Jika begitu, tidak ada pilihan kecuali bersama-sama melawan kejahatan ini. Kesadaran ini sudah harus dibangun oleh setiap elemen bangsa. Maka terbentuknya komunitas-komunitas laskar anti HOAX di tengah masyarakat harus mulai digerakkan.
Tulisan ini juga sekaligus mengapresiasi atas terbentuknya Komunitas Anti HOAX di Kota Jambi yang diberi nama LUKAH (miLU Komunitas Anti HOAX) yang difasilitasi oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Jambi (FKPT) beberapa waktu lalu. Komunitas ini terdiri dari berbagai unsur masyarakat. Doa dan dukungan tentu patut diberikan, semoga komunitas ini mampu berbakti melawan segala kejahatan HOAX untuk kemaslahatan bersama. Amin.
Akhirnya, HOAX telah menjadi musuh bersama. Daya rusak yang ditimbulkannya sangat masif dan menghancurkan sendi-sendi berkehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap orang harus mengambil bagian untuk ikut serta angkat senjata. Nyatakan perang terhadap HOAX! Kepalkan tangan dan katakan dengan suara lantang “Payoh..! Payoh..! Payoh…!”
#BNODOC12405052017
*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi
Note: Bahasa Melayu Jambi, “Payoh” artinya “ayo..!”, ‘Milu’ artinya ‘Ikut’.
Discussion about this post